26.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Prihatin dengan Limbah Plastik, Bangun Bisnis Ramah Lingkungan

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Bagi Falasifah, 24, menjaga lingkungan adalah tugas setiap orang. Alumnus Undip ini pun getol mengkampanyekan pengurangan sampah plastik. Gencar menggelar aksi membersihkan sampah di laut. Kiprahnya di bidang lingkungan turut memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Hingga akhirnya berinovasi dengan membangun bisnis yang ramah lingkungan (eco-sociopreneur). Kini Falsasifah menjabat sebagai director di PT Alga Bioteknologi Indonesia.

Apa yang mendorong kamu membangun bisnis Eco-sociopreneur?

Saya memulai bisnis atas dasar keprihatinan saya melihat lingkungan yang kotor. Inovasi ini diawali dengan perjalanan saya ke Pulau Rote NTT 2017 lalu. Kondisi laut di Pulau Rote berbanding terbalik dengan laut di Semarang. Dari hal itulah saya berpikir bagaimana caranya untuk memperbaiki kondisi laut yang mulai dipenuhi sampah. Tapi kalau saya sendiri ternyata cukup berat.

Akhirnya saya mendirikan komunitas Seangle Semarang di tahun 2018. Sejak saat itu, saya mulai fight mengatasi permasalahan lingkungan, terutama sampah-sampah laut dari hulu ke hilir. Di komunitas ini, saya dan teman-teman juga sering memberikan edukasi pentingnya peduli lingkungan. Kemudian saya kembali menginisiasi komunitas kedua, yaitu Backind. Dilanjut dengan bisnis Eco-sociopreneur Life and Co Semarang pada Februari 2020.

Banyak yang beranggapan bahwa peduli lingkungan itu berat. Menurut kamu bagaimana?

Konsep peduli lingkungan itu sesederhana ketika kita peduli kepada diri sendiri. Misalnya, ketika masyarakat membiasakan makan makanan organic, tentu akan membantu hidupnya lebih sehat. Nah, sering kali kalau kita ngomongin tentang lingkungan, kita cuma bicara aspek lingkungannya aja. Tapi jarang bahas aspek manusianya. Dari contoh yang saya sebutkan tadi, kita bisa lihat bahwa dalam konsep peduli lingkungan sebenarnya ada keterbukaan antara manusia dan alam.

Selain turut serta dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan laut, apa saja yang kamu lakukan?

Awalnya, kami mengedukasi masyarakat dengan membiasakan untuk selalu peduli dengan lingkungan sekitar. Memang tidak mudah juga untuk membangun kebiasaan seperti itu. Tentu harus dimulai dari diri sendiri dulu. Hingga kemudian di komunitas ini saya mengajak masyarakat untuk menerapkan zero waste lifestyle (gaya hidup bebas sampah). Gaya hidup bebas sampah sudah diterapkan oleh masyarakat Indonesia zaman dulu. Contohnya, menggunakan danuk untuk membawa barang belanjaan atau jeriken untuk membeli minyak. Namun saat ini, kebiasaan itu sudah tergantikan dengan kemasan saset yang terbuat dari plastik. Sehingga akhirnya plastik-plastik inilah menjadi salah satu sumber permasalahan lingkungan.

Bagaimana peran Eco-sociopreneur Life and Co Semarang dalam membangun konsep peduli lingkungan?

Inovasi bisnis Eco-sociopreneur Life and Co Semarang merupakan kelanjutan dari penerapan zero waste lifestyle. Kami menjual jenis teh-tehan atau herbal drink dan kopi, seeds and grains, bumbu-bumbu, personal care, paket tanam-tanam, dan banyak lagi. Produk-produk tersebut didapat dari petani lokal dan para supplier. Selain itu, ada totebag dari teman-teman disabilitas. Adanya Life and Co Semarang juga membantu teman-teman yang memiliki karya dari hasil bank sampah, sehingga karya-karya tersebut tidak sekadar dipamerkan saja.

Pada dasarnya, Life and Co hampir sama dengan toko kelontong. Namun, sistem penjualannya adalah free plastic. Pembeli yang belanja pun harus belanja sesuai dengan kebutuhan, bukan keinginan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi tingkat sampah. Kami menyarankan agar pembeli merencanakan belanjaannya terlebih dahulu. Perencanaan inilah pembeli bisa menimbang sendiri kebutuhannya.

Apa harapan kamu dengan adanya inovasi bisnis Eco-sociopreneur Life and Co Semarang?

Life and Co itu salah satu incredible moment karena kami zero modal. Kami dapat modal dari investor dan teman-teman yang ada di Kota Semarang. Bahkan untuk tempatnya, kami memanfaatkan hibah ruko di daerah Sukun yang masih sisa satu tahun. Kemudian pindah ke Tembalang atas hasil bisnis. Kami juga mendapatkan pendanaan dari program kewirausahaan PMW Undip sebanyak Rp 20 juta, Paragon Innovation Awards, dan pendanaan Internasional. Intinya, kalau ada niat dan usaha pasti bisa terwujud. Semua orang bisa membangun usahanya masing-masing.

Life and Co sendiri bukan hanya sekadar toko. Kami ingin Life and Co menjadi ruang-ruang diskusi dan bekerja bersama untuk alam yang lebih baik. Saya ingin generasi muda dapat menjadi agent of change untuk lingkungan. Sebab, berbicara mengenai aspek lingkungan, itu merupakan fundamental yang penting untuk diselesaikan bersama. Nah, untuk memulai peduli terhadap lingkungan maka kita harus peduli dengan diri sendiri terlebih dahulu. (mg4/zal)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya