RADARSEMARANG.COM – Dunia peran sudah menjadi dunia Winda Kusuma Ningrum. Perempuan kelahiran 16 Juni 1991 ini sudah terlibat di beberapa film pendek maupun iklan. Lewat karya pantomime “Di Rumah Aja” Winda menjadi salah satu peserta yang lolos program “Pentas di Rumah” yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2020 ini.
Mengapa tertarik menggeluti dunia peran ?
Menurut Winda, dunia keaktoran atau seni peran itu sangat menantang, dan penuh kejutan. Kita tidak pernah tahu apa yang akan kita perankan. Biasanya memerankan karakter yang sangat berbeda dari diri kita, misal orang tua, orang gila, atau kepala suku.
Ketertarikan menggeluti bidang itu termotivasi atau terinspirasi oleh apa?
Dari dulu memang suka film apalagi film Bollywood. Awalnya masih coba–coba saja tapi makin lama menjadi tertantang untuk lebih profesional. Apalagi sekarang bisa terlibat dalam beberapa produksi film dengan aktor-aktor senior, membuat Winda lebih termotivasi dan lebih semangat untuk belajar keaktoran lagi dan lagi.
Sejak kapan?
Winda pertama kali bermain peran itu dalam pementasan drama acara Agustusan di kampung. Saat itu mulai tertarik untuk bisa menjadi aktor. Lalu pada 2014 sempat terlibat dalam produksi film TA mahasiswa Unnes. Kemudian di akhir 2018 kembali diberi kesempatan untuk terlibat dalam sebuah iklan. Semenjak saat itu mulai mendapat tawaran untuk bermain film.
Pada saat apa mencapai titik terendah, apa yang dilakukan untuk bangkit?
Menurut Winda, untuk mencapai kesuksesan pastinya butuh usaha yang sangat keras. Perlu adanya ketekunan, komitmen, keseriusan dan juga fokus. Karena menurut saya kesuksesan itu tidak bisa didapat tanpa adanya usaha dan proses. Titik terendah yang pernah Winda alami ketika mengikuti beberapa casting dan belum pernah lolos serta kurangnya dukungan dari keluarga membuat Winda semakin down. Ketika gagal dalam beberapa casting yang pasti mencoba mengevaluasi diri sendiri terlebih dahulu dan juga bertanya kepada senior, sehingga bisa tahu kekurangan kita dan belajar lagi agar bisa lolos dalam casting selanjutnya. Selain itu kita dapat membuktikan kepada orang tua kalau bisa bertahan dengan pilihan yang kita ambil.
Dukungan orang tua atau keluarga seberapa besar?
Orang tua pada awalnya kurang setuju karena menurut mereka dunia kesenian kurang bisa menjamin masa depan. Ya layaknya kebanyakan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa menjadi “wong” dalam istilah orang Jawa yang berarti menjadi orang yang memiliki pekerjaan yang dianggap terpandang. Hal tersebut membuat orang tua kurang mendukung pilihan kita untuk menjadi seorang aktor dan juga penyanyi.
Cita-cita apa yang belum tercapai, bagaimana mengupayakannya?
Dalam dunia seni peran pastinya ingin sekali menjadi aktor nasional yang berkualitas dan bisa bersanding dengan aktor- aktor senior. Ingin menjadi aktor monolog perempuan nasional juga seperti Sha Ine Febriyanti dan juga Happy Salma. Untuk mengupayakannya yang pasti berlatih dan berusaha agar kualitas berakting bisa lebih baik lagi dan lagi. Juga bermain sebaik mungkin dalam setiap kesempatan bermain peran yang sudah dapatkan, baik dalam film maupun teater
Harapannya ke depan bagaimana?
Harapan ke depan pastinya bisa mewujudkan cita- cita saya untuk bisa menjadi aktor yang dikenal secara nasional. bisa membahagiakan orang tua dan juga orang – orang yang ada di sekitar kita. (mg11/ton)