RADARSEMARANG.COM – Jawa Tengah memiliki berbagai benda peninggalan bersejarah. Sayang, tidak semua diketahui dan terselamatkan. Akhirnya, muncul komunitas-komunitas yang bertekad mengedukasi masyarakat untuk melestarikan berbagai benda bersejarah.
Salah satunya adalah Komunitas Pecinta Situs dan Watu Candi (Dewa Siwa). Beranggotakan 20 orang yang suka blusukan mencari dan melestarikan benda peninggalan sejarah khususnya di Kabupaten Semarang. Bahkan, karena aktivitas nyeleneh tersebut, mereka kerap dianggap mencari nomor togel saat blusukan ke candi.
Ada kepuasan ketika bisa menelusuri kembali keberadaan situs purbakala di Kabupaten Semarang. Ketika akan berangkat komunitas ini hanya berbekal buku peninggalan jaman Belanda dan informasi katanya-katanya yang belum tentu benar. Meski begitu, semangat mereka tak pernah padam.
“Kami bukan siapa-siapa tidak bisa mempertahankan atau bagian dari pemerintah yang bisa mengambil keputusan kepada benda-benda ini. Jadi kami blusukan hanya untuk kepuasan saja,” aku salah satu anggota Dewa Siwa, Bambang Murdianto, 41, kepada RADARSEMARANG.COM.
Berbekal hobi yang sama, komunitas ini kerap blusukan ke candi-candi. Mulai dari situs kecil hingga candi besar seperti Candi Gedong Songo. Menemukan informasi baru tentang benda yang ditemukan diselingi perdebatan kecil menjadi hal yang biasa. Bahkan komunitas ini sering disebut pemuda pencari nomor togel.
“Memang 50 persen situs yang kami temukan sudah beralih fungsi sebagai hal mistis. Jadi kerap dianggap mencari nomor togel,” ujarnya.
Mereka mengaku miris ketika menemukan arca atau yogi diberikan dupa di atasnya. Selain itu banyak yang sudah rusak. Bahkan cerita berkembang lokasi-lokasi yang ditemukan benda peninggalan sejarah dipercaya mendatangkan ilmu dari makhluk alam lain.
“Ada juga benda peninggalan sejarah yang rusak akibat perilaku manusia yang percaya batu tersebut bisa mendatangkan ilmu hitam,” akunya.
Ia bersama rekan-rekannya pernah menjelajahi wilayah Bergas. Di Bergas Lor arah belakang Kantor BPJamsostek yang memang ada patung ganesha. Setelah ditelusuri, ditemukan patung ganesha lebih dari lima, ada banyak watu lumpang, dan ada situs kalitaman. Artinya, dulu lokasi tersebut merupakan tempat pembelajaran karena ganesha identik dengan pendidikan.
“Ketika kami pastikan ini situs atau batu peninggalan sejarah kami bikinin tulisan. Kami tancapkan di lokasi. Ada warga yang akhirnya peduli dengan beda-beda tersebut dan kemudian dirawat,” tambahnya.
Komunitas Dewa Siwa berharap Pemkab Semarang lebih peduli dengan peninggalan bersejarah. Pihaknya hanya bisa memberikan edukasi kepada masyarakat tentunya masih kurang jika dari pemerintah daerah tak ikut andil. Ia berharap ada area khusus seperti museum untuk menampung benda-benda peninggalan sejarah tersebut.
“Kami berharap pemerintah daerah bisa lebih peduli apalagi undang-undang cagar budaya sudah ada. Itu warisan berharga dan harus dijaga dan dilestarikan bersama,” ujarnya.