RADARSEMARANG.COM, Hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2023, ditandai dengan kebangkitan ekonomi pascapandemi Covid-19. Bangkit dari keterpurukan untuk kembali berjaya. Seperti yang dialami CV Ghulam Koper. Produsen koper umrah dan haji ini.
Adalah Ghulam Syaiful Lathif pemilik CV Ghulam Koper, usaha pembuatan koper haji dan umrah. Ghulam dulu merupakan sales tas yang menyuplai kota dan kabupaten di Jawa. Sejak 2014 ia menekuni kerajinan koper.
“Dulu melayani Jawa Tengah, sekarang sampai ke seluruh Jawa, Pekanbaru, dan Sumatera,” tuturnya ketika ditemui di tempat usahanya Jl Ayodyapala no 20 Krobokan, Semarang Barat.
Diceritakan, pada pandemi Covid-19 hampir dua tahun lamanya usaha koper terpuruk. Karena saat itu biro umrah yang dulu menjalin kerja sama tidak beraktivitas.
“Kaget juga, tahu-tahu pandemi tidak ada persiapan apapun hingga terpuruk,” katanya.
Omzet koper umrah menurun drastis. Bahkan, hingga minus 30 persen karena tidak ada pemasukan. Padahal stok bahan baku melimpah, dan tenaga kerja masih bekerja.
“Kalau pengeluaran sih terus, karena sebelum pandemi itu ramai, saya berani stok bahan baku, tenaga. Sampai Maret, April itu karyawan masuk semua. Saya pikir hanya tiga bulan saja, semua diproses. Tahu-tahu mau dikirim malah pending. Turun terus,” jelasnya.
Lantas Ghulam membuka dua rumah makan di Puri Anjasmoro, Jalan Ariloka yang bagus profitnya. Sebelumnya ia tidak memiliki usaha sampingan. Kemudian ada kebijakan pembatasan aktivitas (PPKM) take away hingga sepi.
“Tadinya sehari warung itu dapat Rp 5 juta. Take away, sampai Rp 1,5 juta, lalu terpuruk lagi karena PPKM lagi,” imbuhnya.
Ketika terpuruk, Ghulam stres. Namun, sang istri, Novi Eksanti memberikan dukungan penuh.
“Istri dan tiga anak saya penyemangat. Kuncinya kalau pikiran sehat, badan harus sehat juga. Kalau pengusaha stres, berpengaruh pada kesehatan. Ibadah juga semakin religius,” kata pria 37 tahun.
Ghulam tidak pantang menyerah. Hingga biro umrah mulai dibuka kembali. Usaha kopernya sedikit demi sedikit membaik. Saat ini dua warung makannya ditutup dan fokus pada koper karena keadaan sudah mulai membaik dan biro umrah sudah beroperasi kembali.
“Sudah mulai banyak yang mesan koper, saya kembali ke koper. Rumah makan saya tutup semua itu,” katanya.
Ghulam bekerja sama dengan 12 biro di seluruh Pulau Jawa. Kopernya dihargai dari Rp 200 ribu hingga Rp 700 ribu. Dari bahan lokal Jakarta, Bandung, Semarang ukuran 18 inchi hingga 28 inchi. Produksi dari pukul 08.00 hingga 16.00. Bahkan dilembur hingga malam hari.
“Yang tadinya minus, jadi 0, lalu mulai merangkak naik. Alhamdulillah,” katanya.
Menurutnya yang terpenting dari berwira usaha adalah jangan menyerah, Belajar dari keterpurukan ketika pandemi Covid-19, Ghulam memulai usaha sampingan seperti peternakan ayam, dan usaha kos-kosan. (fgr/lis)