RADARSEMARANG.COM – A Yuspahruddin mulai aktif menjadi pendonor darah sejak 1981. Tepatnya ketika ia masuk ke Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP). Saat ini menjadi role model bhakti kemanusiaan yang dapat ditiru bawahannya melalui donor darah.
Kepala Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Jawa Tengah ini awalnya ingin sekedar berbagi saja. Namun, karena kondisi kehidupan di Jakarta dengan uang ikatan dinas yang kecil, di akhir bulan ia pergi ke Palang Merah Indonesia (PMI) untuk donor darah. Tujuan lain untuk mendapatkan mi instan dan telur.
“Karena kebutuhan hidup itu, akhirnya jadi kebiasaan supaya dapat mi dan telur. Akhirnya saya rutin pertiga bulan donor darah,” ujarnya kepada RADARSEMARANG.COM sambil tertawa mengenang perjuangan karirnya dulu.
Pria kelahiran Bengkulu ini menyatakan sudah ratusan kali mendonorkan darah. Hingga, ia mendapatkan penghargaan Piagam Donor Darah Sukarela. Piagam itu dikatakan bukan tujuan utama, ia sama sekali tak terbesit bakal mendapatkan penghargaan. Pasalnya, niat hatinya hanya ingin bhakti kemanusiaan.
Dari sederet pengalamannya, ia sangat berkesan bisa membantu tetangganya. Kala itu, ucap Yuspahruddin mengenang, ia sedang berada di rumah sakit tempat istrinya bertugas. Secara tiba-tiba ia didatangi petugas medis diminta untuk donor darah karena ada pasien yang membutuhkan.
Yuspahruddin tanpa basa-basi langsung tancap gas. Tentu ia berharap kondisi tubuhnya prima sehingga bisa donor darah. Donor tanpa rencana itu selesai. Seperti biasa, ia kembali aktivitas. Namun, yang membuatnya terkejut ternyata darahnya itu diberikan pada anak kecil yang merupakan tetangganya. Sebelumnya ia tak mengetahui untuk siapa darah itu diberikan.
“Rasanya luar biasa senang bisa membantu. Darah saya bisa menyelamatkan orang lain. Karena selama ini, saya tidak tahu kemana darah saya didonorkan. Setelah itu keluarganya datang ke rumah mengucapkan terimakasih,” ucapnya.
Menurutnya hal itu menjadi pengalaman berarti. Sejak saat itu ia semakin termotivasi untuk bisa mendonorkan darah lebih banyak. Kemudian, ia tularkan pada jajaran dan pegawai di lingkungan Kemenkumham Jateng. Hal ini juga sebagai bagian dari role model bhakti kemanusiaan seorang pemimpin agar dapat ditiru bawahannya. Biasanya, dalam setiap event peringatan Hari Karyadika atau Hari Bhakti unit pelaksana teknis, ia tak pernah lupa menyelipkan bhakti sosial donor darah sebagai salah satu agenda.
“Saya mengajak kawan-kawan untuk donor darah agar bisa membantu saudara-saudara kita yang sakit. Sebagaimana jargon yang selama ini digunakan PMI bahwa satu tetes darah kita bisa menyembuhkan yang sakit,” ungkap pria berusia 59 tahun itu.
Mengenai kondisi kesehatan, ia meyakini setiap selesai donor darah akan menjadi lebih sehat. Namun, lulusan Magister Hukum Universitas Indonesia ini mengungkapkan, selama ini dirinya tidak selalu dalam situasi yang memungkinkan untuk menjadi pendonor. Hal itu karena kondisi kesehatan yang terkadang tidak stabil seperti tensi darahnya tinggi.
Kendati demikian, Yuspahruddin bertekad, selama masih bisa berbagi ia akan terus donor darah. “Selama masih diperbolehkan dari kondisi kesehatan ya, saya akan terus donor darah,” tukasnya.