RADARSEMARANG.COM, Sutrisno bakal berangkat haji bareng mertua dan anaknya di tahun 2023. Tiga generasi ini akhirnya terlaksana menjalankan ibadah haji setelah tiga kali ditunda.
Diungkapkan Sutrisno pada RADARSEMARANG.COM, persiapan keberangkatan haji sudah sangat matang. Moment ini sudah dinantikan sejak lama.
“Sudah sangat siap karena kami ditunda tiga kali. Jadi ini sangat ditunggu,” ujarnya ditemui di rumahnya Jomblang, Candisari.
Ia menyatakan, persiapan sudah dilakukan sejak diberitahu akan berangkat 2020 namun ditunda karena pandemi Covid-19. Dari sisi kesehatan, ia berulangkali melakukan pemeriksaan.
Apalagi ia masuk kategori lanjut usia (lansia) dengan usia 64 tahun. Berdasarkan keterangan petugas medis, ia lolos tes kesehatan.
“Harus update kondisi kesehatan. Kalau lansia seperti saya cenderung harus cek tekanan darah. Saya jaga-jaga dengan konsumsi vitamin dan suplemen. Rutin pemeriksaan, apalagi saya punya alat tes tekanan darah sendiri,” ujarnya.
Sedangkan dari sisi mental, ia juga menyatakan cukup siap dan optimistis.
Meski keberangkatan haji yang akan dilalui tanpa istri karena telah meninggal pada 2022. Hingga akhirnya digantikan dengan anaknya, Hestiani yang berusia 35 tahun.
Sesuai jadwal, ia bersama anaknya berangkat pada tahun tersebut karena sudah melakukan pelunasan. Namun tidak dengan mertuanya, Hidayatun.
“Begitu mengurus pelimpahan, satu bulan harus berangkat. Harusnya bisa berangkat tapi orang tua tertinggal. Akhirnya minta mundur supaya bisa bareng orang tua,” ucapnya.
Warga Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari ini bersyukur bisa berangkat bersama sebagaimana pendaftaran yang dilakukan pada 2010. Dengan begitu, ia bisa melakukan pendampingan terhadap mertuanya yang berusia 85 tahun itu.
Dijelaskan Sutrisno, persiapan kesehatan yang dilakukan Hidayatun lebih banyak dibanding dirinya.
Seperti membutuhkan obat pendamping, karena berdasarkan hasil rontgen, ada sedikit pembengkakan jantung “Tapi kondisinya sehat. Beliau sering olahraga seperti jalan,” imbuhnya.
Dalam kesiapan berangkat haji pada Mei, mereka sudah manasik haji di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Pedurungan, Semarang. Pun, koper yang akan digunakan juga sudah diambil.
Begitu pula dengan kesiapannya membid’ahkan istrinya haji. Ia sudah melunasi biaya itu sebesar Rp 10 juta untuk menghajikan istrinya mesti sudah meninggal.
“Tinggal menunggu arahan lagi nanti dari KBIH seperti apa. Kami sudah sangat siap untuk berangkat, semoga sehat selamat,” harapnya. (ifa/lis)