Nantinya, eks lokalisasi ini akan kembali buka dan ramai lagi saat seminggu setelah Lebaran. Selain itu, ketika tanggal muda wanita PK sibuk menemani pelanggan. Rata-rata usia wanita PK di eks lokalisasi ini mulai dari 25 tahunan.
“Dulu pernah ada PK yang di bawah umur. Saat itu pun sudah dikonfirmasi gak ada, tapi ternyata main sembunyi-sembunyi. Itu menjadi PR juga buat kami untuk memantau. Tapi kesulitannya kami masih ada keterbatasan tenaga. Jadi nantinya akan dirembug lagi,” jelas Budiyono.
Budiyono menerangkan, kondisi eks lokalisasi saat ini lebih terkontrol. Dia juga selalu patroli menyambangi masing-masing rumah karaoke. Ada juga kesepakatan bersama antara wanita PK, pemilik karaoke, dan Pokdarwis. Hal itu untuk kenyamanan dan keamanan wilayah Mlaten, Desa Sumberejo.
Saat ini, warga asli di RW 1 Dusun Mlaten, Kaliwungu, hanya lima persen. Sejumlah warga merasa sudah terbiasa dengan kondisi wisata malam ini. Bahkan, anak-anak tidak takut untuk keluar malam dan berkunjung ke rumah karaoke.
“Kalau bulan Ramadan ini malah anak-anak sering bangunin sahur ke rumah-rumah karaoke. Pas mau Lebaran gini ya datang biar dapat THR,” ujarnya sambil terkekeh.
Melihat aktivitas wanita PK dan sejumlah pengunjung, terdengar desas-desus praktik prostitusi di desa wisata ini. Menanggapi hal itu, Budiyono menyangkal. Dia bersama Pokdarwis mengaku tidak akan bertanggung jawab jika terjadi bisnis prostitusi maupun bisnis miras.
Menurutnya, aktivitas itu sudah termasuk ranah pribadi. Dia tidak akan ikut campur dan akan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwenang.
“Saya tidak berani mengiyakan. Karena bisnis prostitusi dan miras itu sudah masuk hal pribadi. Bukan tanggungjawab saya. Kalau miras biasanya pelanggan membawa sendiri. Di sini ada, tapi kadar alkohol rendah. Tapi kalau memang ada, bakal ada sanksinya,” jelasnya sembari menghisap rokok.