26 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

Menjual Kembali Pesona Hutan Wisata Tinjomoyo, Warga Tak Sabar Mencoba Jembatan Kaca

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Hutan wisata Tinjomoyo, Kota Semarang sudah lama mangkrak. Sebelum pandemi, sempat dibuka Pasar Semarangan tiap Minggu untuk menghidupkan Tinjomoyo. Tapi setelah itu mati suri. Kini Pemkot Semarang sedang menyiapkan destinasi baru berupa jembatan kaca di kawasan tersebut.

Hutan wisata Tinjomoyo menjadi salah satu destinasi wisata alam di Kota Semarang. Tempatnya yang masih asri dan banyak pepohonan menyuguhkan pemandangan yang indah. Sehingga bisa dijadikan jujugan untuk melepas penat selepas bekerja. Terletak di Jalan Tinjomoyo Barat, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunung Pati, Kota Semarang, akses menuju ke sana juga mudah.

Dari exit tol Jatingaleh hanya dibutuhkan waktu enam menit. Sedangkan dari Simpang Lima Semarang membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di tempat ini. Pengunjung juga harus tetap hati-hati. Untuk menuju wisata ini harus melewati jalan berkelok. Namun lelahnya perjalanan dapat terobati ketika sampai di gerbang masuk bertuliskan Selamat Datang di Hutan Wisata Tinjomoyo Semarang.

Pengunjung cukup membayar tiket masuk Rp 4.500 per orang. Selain bisa menikmati keindahan alam, tempat ini juga menyediakan jalur tracking sepanjang 2,6 km. Sebenarnya, Hutan Tinjomoyo ini bekas kebun binatang sebelum di pindah ke Mangkang. Penutupan dilakukan karena kondisi tanah yang tidak stabil. Sehingga sering terjadi pergeseran dan mengancam hewan. Sekaligus membahayakan warga sekitar jika ada hewan buas yang keluar dari kandang akibat retakan tanah ini. Tak heran, saat memasuki kawasan ini masih ada reruntuhan bangunan atau bahkan bekas kandang hewan.

Sejak pemindahan kebun binatang ini, salah satu tempat yang pernah menjadi andalan wisata Kota Semarang ini menjadi sepi pengunjung. Hanya ada sebagian orang yang datang. Wisata ini justru menjadi andalan sekolah, perguruan tinggi, ataupun komunitas untuk menggelar kegiatan. Seperti, perkemahan, panahan, hingga tracking bersama.

Saat memasuki kawasan ini, terlihat dua orang penjaga sedang menyapu. Mereka membersihkan daun kering yang berguguran. Banyaknya sampah daun yang berjatuhan di jalan, membuat tempat ini terlihat kurang terawat. Adanya puntung rokok yang berserakan, jalan berlumut, hingga tangga jalan yang mulai terkikis dan tidak presisi.

Kasubag TU UPTD Hutan Wisata Tinjomoyo Elvira Adhi Yulia mengatakan, sebelum pandemi pernah ada Pasar Semarangan yang berfungsi untuk mendongkrak pengunjung. Namun hanya berjalan 10 bulan. Pasar ini akhirnya tutup karena pengunjung hanya melihat dan tidak membeli. Hal ini membuat pedagang mengeluh karena pengeluaran lebih banyak dari pemasukan.

“Kebanyakan pengunjung yang datang malah dari siswa sekolah atau mahasiswa. Jadi, mereka kemah di sini, kemudian buat kegiatan semacam latsar. Juga komunitas motor trail, biasanya mereka tracking ke atas. Soalnya kan enak jalurnya 2,6 km, jadi nggak begitu capek,” katanya  kepada RADARSEMARANG.COM.

Setiap harinya tidak bisa dipastikan berapa pengunjung yang datang. Saat koran ini datang, baru ada lima orang pengunjung. Namun setiap bulan hampir dipastikan ada komunitas yang datang.  “Kalau pas banyak bisa mencapai 60 orang,” ujarnya.

Lebih lanjut Elvira mengaku, jalur tracking sering terjadi longsoran. Pihaknya pun sudah melapor ke Disbudpar untuk segera ditangani. Perawatan rutin yang dilakukan adalah pembersihan dan pemotongan rumput. Upaya untuk mendongkrak pengunjung datang ke Hutan Wisata Tinjomoyo sudah dilakukan. Selain aktif promosi lewat media sosial, juga adanya penambahan beberapa spot untuk bermain. Terbaru adalah jembatan kaca. “Jembatan kaca itu nanti jadi satu dengan sini. Tapi saat ini belum diresmikan, masih dalam kajian SOP-nya,” tambahnya.

Sayangnya, hingga kini jembatan kaca di Tinjomoyo tak kunjung dibuka untuk umum. Padahal warga sudah tidak sabar untuk mencobanya.

Kepala Disbudpar Kota Semarang Wing Wiyarso menjelaskan, saat ini sedang dilakukan kajian untuk keselamatan pengunjung, sebelum objek wisata jembatan kaca dibuka untuk umum.

“Misalnya, terkait SOP dan SDM untuk menghandel wisatawan yang naik, jadi harus punya keahlian khusus,” tuturnya.

Targetnya, lanjut Wing, jembatan kaca bisa beroperasional tahun ini minimal semester kedua. Dalam kajian, kata dia, juga membahas alur naik turun pengunjung, apalagi saat ini jembatan masih dibangun satu sisi, sehingga butuh mengatur akses dan jumlah pengunjung yang naik dalam satu waktu.

“Ini kan baru satu sisi, nah kita ajukan ke DPU, untuk melanjutkan sisi sebelah barat. Karena idealnya harus nyambung, naik dan turunnya berbeda, nah masalah ini juga masuk dalam kajian,” katanya.

Salah satu pengunjung Indra Ardhina Novanda mengaku, sudah beberapa kali berkunjung ke tempat tersebut  untuk melepas penat usai kuliah. Namun pengunjung asal Kendal ini menyayangkan kurangnya fasilitas bermain anak-anak. Seperti prosoratan, jungkat-jungkit, ataupun ayunan. Sehingga jika ada rombongan keluarga yang datang membawa anak, bingung mencari hiburan untuk anaknya.

“Pusing kuliah ya datang ke sini. Udaranya masih seger dibanding di Semarang bawah. Bagus sih, sayangnya kurang tempat bermain. Jadi, kalau ada keluarga yang datang bawa anak-anak, mereka bingung mau main kemana,” akunya.

Reporter:
Khafifah Arini Putri
Adennyar Wicaksono

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya