Kepala Desa Timbulsloko H Umar mengatakan, saat ini yang dibutuhkan warganya adalah dibuatkan tanggul untuk akses keluar masuk perkampungan. Tanggul itu akan berfungsi menguatkan posisi kampung warga dari terjangan rob.
“Kami sangat membutuhkan tanggul, termasuk tanggul yang menghubungkan dengan desa tetangga. Yaitu, Desa Bedono, Kecamatan Sayung. Serta tanggul yang menghubungkan dengan Desa Tugu maupun Gemulak,”katanya.
Suryadi, warga RT 1 RW 7 yang juga tokoh masyarakat Timbulsloko menuturkan, dampak rob membuat anak-anak yang hendak bersekolah agak susah. Sebab, mereka terpaksa naik perahu sejauh dua kilometer. “Naik perahu pulang pergi (PP) biayanya Rp 12 ribu. Perjalanan seperempat jam,”ujarnya.
Tiap hari harus antre. Belum lagi, biayanya tentu habis lebih besar karena jumlah keluarga ada yang lebih dari tiga orang.
Menurutnya, kebutuhan jalan penghubung atau tanggul sesuai dengan harapan warga. Dikatakan, sudah delapan tahun warga Desa Timbulsloko menjalani rutinitas dengan dampak rob seperti itu. Rob mulai ada pada 2007.
Terparah terjadi pada 2015 sampai sekarang. Jalanan putus. Rumah warga terendam. Fasilitas umum baik sekolah maupun layanan kesehatan rusak akibat rob.
Sekda Pemkab Demak Ahmad Sugiarto mengatakan, pemerintah daerah bersama pemerintah pusat dan provinsi bersama-sama berupaya mengembalikan akses jalan seperti semula. Meski demikian, jalan atau tanggul yang ditinggikan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran.
“Kita sampaikan ke pemerintah pusat agar ada penanggulangan dampak rob secara menyeluruh. Dengan demikian, rob bisa ditangani lebih baik,”katanya.
Menurut sekda, dalam kunjungan Komisi V DPR RI beberapa waktu lalu juga telah disampaikan masalah rob di Demak. Rob menjadi ancaman bagi warga pesisir Sayung hingga Wedung. Banyak kampung yang terkena banjir air laut tersebut. “Kita berharap, tanggul laut bisa diwujudkan pemerintah pusat,”harapnya. (fgr/mg5/mg6/mg7/hib/aro)