RADARSEMARANG.COM – Museum-museum di Kota Semarang terus berbenah agar tidak ditinggalkan generasi bangsa. Museum konvensional sudah bukan zamannya. Harus di-upgrade lebih digitalize dan modern untuk menarik perhatian generasi milenial agar tak melupakan sejarah bangsanya.
Museum Kota Lama terus melakukan pembenahan guna menggaet pengunjung. Khususnya generasi milenial. Hampir satu tahun berdiri, museum yang menggunakan teknologi imersif ini terus memanfaatkan ruang kosong agar berfungsi dengan baik. Selain itu, pembaharuan isi museum juga dilakukan agar pengunjung tidak bosan.
Pantauan koran ini saat datang ke Museum Kota Lama Semarang, pengunjung yang datang didominasi anak muda. Mereka dengan seksama mendengarkan arahan dari tour guide mengenai sejarah Kota Semarang.
Tour Guide Museum Kota Lama Semarang Muhamad Nashrullah mengatakan, ke depan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang mempunyai tiga wacana pembaharuan museum. Pertama, pembaharuan konten museum. Kedua, penambahan teknologi sensor air di bagian lantai museum, yang diletakkan di ruang pertama. Ketiga, menambah koleksi hologram Warak Ngendog.
“Untuk teknologi sensor air di lantai, masih dalam tahap proses. Rencananya akan diletakkan di ruang pertama saat pertama kali pengunjung masuk. Jadi gambarnya ketika kita menginjak lantai, nanti lantainya akan bergerak seperti kita sedang menginjak air,” jelasnya.
Untuk koleksi hologram Warak Ngendhog sudah ditambahkan bulan Desember tahun lalu. “Wacana ketiga sudah dilakukan, yaitu penambahan hologram Warak Ngendhog, yang merupakan ikon Kota Semarang. Hologram ini visualnya 3D dan kita letakkan di ruang ketiga,” imbuhnya.
Ia menambahkan, hologram Warak Ngendhog ini merupakan gambaran perpaduan 3 etnis yang ada di Kota Semarang. Yakni kepala naga melambangkan etnis Tionghoa, badan unta etnis Arab, dan kaki kambing etnis Jawa. Hal ini menggambarkan keberagaman Kota Semarang.
Sementara Kepala Disbudpar Kota Semarang R Wing Wiyarso Poespojoedho mengaku, Museum Kota Lama masih dalam proses pengembangan. Baik dari segi pembangunan dan koleksinya. Ke depan pihaknya akan menambahkan koleksi artefak. Sehingga suasana baru akan selalu tercipta untuk menambah wawasan pengunjung.
“Masih banyak proses pengembangan yang kami lakukan, termasuk penambahan koleksi artefak. Karena mencari barang situs sejarah itu tidak mudah, maka saat ini kami sedang menjalin akses dibantu dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan (Kemendikbud),” ungkapnya.
Lebih Lanjut, pihaknya akan menjalin kerjasama dengan Museum Leiden Belanda dalam pengembangan Museum Kota Lama Semarang. “Rencananya kami akan dibantu untuk mendapatkan akses ke Museum Leiden. Karena Museum Leiden mempunyai barang peninggalan Semarang baik manuskrip, transkrip, hingga artefak. Syukur nanti Museum Leiden bisa bekerjasama dengan kita untuk mengembangkan Museum Kota Lama,” tambahnya.
Menurutnya, pembenahan terus dilakukan untuk mengoptimalkan kemajuan museum. Sehingga museum Kota Lama terus dijadikan tujuan wisata bagi masyarakat. “Sejauh ini masih satu yang sudah terlaksana, yaitu hologram Warak Ngendhog. Kami kembangkan pelan-pelan karena anggaran yang kami perlukan tidak sedikit. Pokoknya tunggu saja, karena bakal ada kejutan ke depannya,” akunya.
Pihaknya juga akan memanfaatkan ruangan atas untuk kegiatan komunitas anak-anak muda dalam mengenal sejarah. “Kami sudah ada beberapa wacana. Yang pertama ingin memanfaatkan bagian lantai atas museum untuk kegiatan. Seperti untuk acara komunitas,” katanya.
Terpisah, Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pembenahan-pembenahan di Museum Kota Lama dilakukan untuk menarik perhatian pengunjung. Sekaligus memberikan ruang bagi anak-anak muda untuk melakukan kegiatan yang positif.
“Memang rencana dari Disbudpar ini saya minta mengubah interior. Kemudian memaksimalkan ruang yang atas (rooftop), itu nanti bisa untuk kongkow-kongkow anak-anak muda,” ungkapnya.