RADARSEMARANG.COM – PGRI baru saja menggelar lomba film pendek dan vlog di tingkat sekolah dalam rangka HUT PGRI ke-77 dan HGN tingkat Jateng, beberapa waktu lalu. Para siswa ditantang untuk mengeluarkan kreativitasnya masing-masing.
Film berjudul Usek Inovasi Si Alif menjadi salah satu film pendek yang memenangkan lomba. Namun di balik kesuksesannya, menyimpan banyak cerita di balik layar. Salah satunya, pemeran Alif, akhirnya betulan sunat seperti ending film.
Film pendek Usek Inovasi Si Alif digarap oleh tiga guru dari tiga SD Negeri di Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan. Ryandari dari SDN 01 Domiyang bertindak sebagai produser, penyusun ide cerita, skenario, dan editor. Ari Tresnani dari SDN 02 Domiyang bertindak sebagai sutradara, penata kostum, dan properti. Lalu Laila Fatimah dari SDN 02 Winduaji yang bertindak sebagai kameraman dan perlengkapan.
Usek Inovasi Si Alif berkisah tentang tokoh Alif yang lahir dan besar dari keluarga tidak mampu. Bapak dan ibunya berjualan usek, kerupuk khas Paninggaran. Namun berkat kecerdasan Alif menyerap pelajaran di sekolah dengan Kurikulum Merdeka, ia bisa membantu penjualan usek orang tuanya.
Alif berinovasi mendandani kemasan dan memperluas pemasaran usek orang tuanya. Ekonomi keluarga Alif pun berangsur membaik. Film ditutup dengan percakapan antara ibu dan bapak yang ingin mengkhitankan (sunat) Alif. “Seminggu setelah selesai syuting film itu, pemeran Alif beneran sunat. Dan kami datang bareng-bareng ke rumahnya,” kata Ali Tresnani, sang Sutradara.
Alif diperankan oleh M Nur Faza, siswa kelas VI SDN 1 Paninggaran. Tokoh Mak Yanti (Ibu Alif) diperankan oleh Rohmatun. Latar belakangnya hanya penjual nasi. Sementara tokoh bapak, diperankan oleh Mukmin yang sehari-sehari berjualan jajan keliling ke sekolah-sekolah. “Mereka sama sekali belum pernah bermain film. Bahkan awam dengan syuting dan kamera,” kata Ali.
Kepada RADARSEMARANG.COM, Ali juga menceritakan tantangan-tantangan saat penggarapan film. Salah satunya soal cuaca buruk wilayah Paninggaran yang sering hujan sempat menghambat syuting. Adegan-adegan yang harusnya bisa selesai satu hari, akhirnya molor menjadi dua hari.
“Paling sulit sih mengarahkan tokoh bapak. Saat adegan masih sering melirik kamera. Ya, maklum, karena beliau ini ponsel saja tidak punya. Jadi bener-bener awam sama hal-hal begitu,” ungkap Ali.
Selain itu, ada pula satu adegan yang akhirnya harus dikeluarkan dari skenario. Yakni adegan Alif tersandung dan usek yang ia bawa terjatuh. Adegan ini gagal karena usek yang dibawa Alif tak pernah jatuh.
“Padahal sudah 10 kali take. Akhirnya itu kami keluarkan dari skenario dan kami ganti dengan adegan lain, yakni usek Alif jatuh ke sungai dan terseret arus,” ujarnya.
Film Usek Inovasi Si Alif , kata Ali, hanya menghabiskan dana sekitar Rp 1,5 juta. Itu untuk membeli properti dan memberi tanda lelah untuk para pemain. Ali berharap film yang mengangkat kearifan lokal warga Paninggaran ini bisa memotivasi warga setempat. “Iya, lewat kisah si Alif ini, kami harap warga juga bisa mengadopsi inovasi Alif dalam memasarkan UMKM lokal,” tandasnya. (nra/ida)