27 C
Semarang
Sunday, 22 June 2025

Gandeng Menwa untuk Beternak kelinci dan Ayam

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Kesibukan sebagai seorang Babinsa tak menghalangi Serka Eko Winaryo menyalurkan hobi beternak. Kegemaran sejak remaja itu tetap ia lakoni hingga sekarang. Kini ia beternak kelinci dan ayam dengan menggandeng beberapa anggota resimen mahasiswa (menwa) dari kampus-kampus di Pekalongan.

Pria berpakaian TNI melambai-lambaikan tangan dari kejauhan saat wartawan RADARSEMARANG.COM terhenti di jalan urukan tanah sedikit berbatu. Wartawan koran ini yakin, pria itu ialah Serka Eko Winaryo, Babinsa Koramil 19, Pekalongan Utara, Kelurahan Panjang Baru, Kota Pekalongan.

Wartawan koran ini terhenti di sana karena petunjuk google maps kurang meyakinkan, seperti tidak akurat. Tapi ternyata benar, jalan urukan tanah dekat pembangunan tanggul rob itu merupakan jalan masuk lokasi kandang tempat Eko berternak kelinci dan ayam. Tepatnya di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara. Tak jauh dari pantai.

“Jangan kaget, Mas. Saya beternak kelinci di pesisir begini. Umumnya beternak hewan ini kan di wilayah pegunungan,” sambut Eko sambil membuka pintu kandang.

Di dalam kandang itu, sudah ada tiga orang. Satu berpakaian TNI juga, seperti Eko. Bedanya, tak ada lencana “Babinsa” di lengan seperti yang dikenakan Eko. Sementara dua orang yang lain berpakaian biasa, kaos oblong dan celana santai. “Yang dua ini menwa dari kampus UIN Gus Dur Pekalongan. Mereka saya ajak belajar beternak karena tertarik dan mau,” jelas Eko.

Seperti kebanyakan kandang ternak, ruangan berdinding batu bata dan seng itu tentu tak jauh dari kotoran hewan. Lantainya baru saja disiram air. Tapi tetap saja masih ada kotoran ayam dan kelinci di sana-sini. Aromanya bisa dibayangkan. “Kelincinya tinggal berapa puluh ekor ini. Kemarin-kemarin baru saja diboyong orang. Sebelumnya ada ratusan. Ayam juga sama,” ucap Eko.

Eko beternak kelinci dan ayam sejak 2019. Sebelumnya, ia beternak sapi. Tapi karena ada masalah tertentu, akhirnya ia pindah kandang dan berganti beternak kelinci dan ayam. “Dari remaja dulu, waktu di kampung, saya sudah gila beternak. Keahlian ini turunan dari bapak saya,” kata pria kelahiran 1975 asal Malang, Jatim, ini.

Kelinci yang Eko ternak berjenis New Zealand. Ia jual sebagai kelinci hias. Sebagian ia jual sebagai pedaging. Sementara ayam-ayamnya berjenis Bangkok.

Paling laku, kata Eko, kelinci hias. Pembelinya rata-rata penghobi kelinci. Ia memasarkan secara langsung di pasar malam atau keramaian, juga secara online. Pelanggannya sudah banyak dari luar Pekalongan. “Satu ekor saya hargai mulai Rp 50 ribu. Kalau ayam, harganya seperti umum di pasaran. Yang beli biasanya bakul-bakul,” ucapnya.

Dibanding beternak sapi seperti dahulu, kata Eko, kelinci dan ayam lebih nyaman. Alasannya, tak perlu repot ngarit (mencari rumput). Kelinci-kelincinya ia beri pakan pellet. Sementara ayamnya ia beri bekatul. Tapi tetap ada tambahan nutrisi lain. “Saya datang ke kandang cuma kalau sore dan malam. Jadi tidak mengganggu tugas saya sebagai babinsa. Lagipula ada temen-temen menwa ini yang membantu,” ungkapnya.

Ia sengaja menggandeng para menwa itu agar punya keterampilan beternak. Mereka ia libatkan di kandang agar tak hanya memakan teori. Bahkan Eko juga mengajari cara  memasarkan ternak-ternak itu. “Harapan saya, ya, mereka selepas dari sini bisa beternak sendiri nanti. Saya sebenarnya ingin juga mengajak warga, tapi sepertinya belum memungkinkan,” katanya. (nra/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya