27 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Batik Cap Gemawang Paling Diminati Pegawai Kantoran

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, menjadi sentra produksi Batik Gemawang. Tepatnya di Dusun Banaran dan Dusun Jlamprang. Bahkan banyak jenis batik cap atau printik yang diproduksi.

Sentra Batik Gemawang ini sudah berdiri sejak tahun 2008. Cukup banyak produksi batik yang sudah dipasarkan. Namun kebanyakan batik cap atau print yang memang lebih diminati pelanggan. Selain harganya yang terjangkau, pengerjaannya juga lebih cepat. Biasanya digunakan untuk seragam kantor atau dinas. “Kendati begitu, tetap memproduksi batik tulis setiap harinya,” kata Admin CV Batik Gemawang, Fitriyamin Tarsih.

Sampai saat ini CV Batik Gemawang memiliki sekitar 13 karyawan yang berasal dari Desa Gemawang. Mulai dari umur 21 tahun hingga 60 tahun bekerja di sentra batik ini. Mereka memproduksi sekaligus melayani pelanggan yang rata-rata pegawai perkantoran dari berbagai kabupaten kota baik dari instansi pemerintah, swasta, ataupun sekolah yang hendak magang membatik. Bahkan produk Batik Gemawang juga sudah pernah dipakai oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti.

Cukup banyak produk Batik Gemawang yang sudah dipasarkan. Seperti untuk seragam ASN Kabupaten Semarang yang memiliki motif Candi Gedong Songo. Selain di Kabupaten Semarang sendiri, produk Batik Gemawang ini sudah tersebar di seluruh Indonesia. “Dulu waktu awal-awal pernah diekspor ke UK (United Kingdom) atau Inggris. Tapi sekarang sudah tidak, lebih ke pasar lokal,” katanya.

Pihaknya bisa memproduksi kurang lebih 50 lembar kain batik cap atau print setiap harinya. Setiap lembar kain batik biasanya berukuran sekitar dua meter dan menggunakan kain katun. “Kepada pengunjung, kami selalu mempersilahkan melihat langsung proses pengerjaannya agar tahu kenapa harga batik bisa tinggi,” jelasnya.

Lain halnya dengan Saiful Nuruddin, warga Dusun Jlamprang yang memiliki usaha batik tulis. Ia tidak merasa khawatir dengan banyaknya penjual atau pembuat batik murah tersebut. Menurutnya batik itu tergantung selera dari konsumen serta kepercayaan.

Pria yang mengawali usaha produksi batik tulis sejak tahun 2010 ini, juga memproduksi kain handmade. “Kami sudah memiliki beberapa mitra. Jadi tidak buat untuk dijual sendiri, melainkan dibuat kalau ada pemesanan saja,” jawabnya.

Pewarnaan batik tulisnya menggunakan pewarna alami. Misal warna ungu indigo, pihaknya menggunakan tumbuhan indigo yang bergenus Indigofera. “Untuk tumbuhannya kami kerja sama dengan para petani. Selain menanam padi, mereka juga menanam tumbuhan,” katanya.

Terkait kelangsungan usaha batiknya, Saiful prihatin. Sistem regenerasinya masih minim. Lantaran upah yang kecil, generasi mudanya tidak tertarik menekuninya. “Ini yang kami perjuangkan dari tahun ke tahun agar pembatik bisa regenerasinya dan bisa melestarikannya,” jelasnya. (nun/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya