RADARSEMARANG.COM – Hari ASI Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Agustus. Hal ini berlangsung selama satu minggu 1-7 Agustus dengan nama Pekan ASI Sedunia. Tujuan penyelenggaraan Pekan ASI Sedunia adalah untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya air susu ibu (ASI) bagi anak. ASI memberikan manfaat untuk kesehatan, nutrisi, dan emosional ibu dan anak. ASI menjadi sumber nutrisi terbaik bagi bayi dan melindunginya dari berbagai penyakit.
Namun pada kenyataannya, ada ibu melahirkan yang produksi ASI-nya sedikit. Sebaliknya, ada ibu melahirkan yang ASI-nya melimpah-ruah, bahkan sampai lebih-lebih. Fenomena yang terjadi adalah munculnya pendonor ASI, dan bayi penerima donor ASI. Salah satunya Annisa Nurul Aini. Ia dengan sukarela mendonorkan ASI untuk bayi Farel yang lahir pada Oktober 2020 lalu. Sebab, ibu Farel meninggal karena pendarahan saat melahirkan.
Kondisi kesehatan Farel ikut memburuk setelah ditinggal ibunya. Tak sekalipun Farel sempat singgah dalam dekapan sang ibu dan menerima ASI darinya. Mendengar kisah Farel dari seorang sahabat, muncul rasa iba di hati Annisa. Sebagai ibu dengan dua anak, Guru SMK Negeri 1 Bawen ini mengerti betul pentingnya ASI eksklusif bagi bayi. Apalagi ia sempat merasakan anak pertamanya kekurangan ASI karena pengalaman pertamanya menyusui.
Sebelumnya tak pernah terbesit di benak Annisa untuk mendonorkan ASI. Lalu melihat anaknya yang berusia 7 bulan kala itu juga kebetulan sesama laki-laki, tanpa ragu ia memutuskan untuk menjadi ibu susuan bagi Farel.
“Kebetulan memang selama menyusui anak kedua, stok ASI saya lebih, dan dua pintu kulkas penuh, jadi saya langsung setuju,” ungkapnya kepada RADARSEMARANG.COM, Sabtu (30/7).
Diceritakan, dalam sehari ia biasanya memompa ASI sebanyak dua kali. Satu kali pompa dapat menghasilkan tiga sampai empat kantong ASI. Tentu saja jumlah tersebut melebihi kebutuhan sang anak.
Selama satu bulan, saudara yang mengurus Farel rutin mengambil stok ASI ke rumah Annisa setiap lima hari. Dengan mengonsumsi sekitar lima kantong ASI eksklusif setiap lima hari, kondisi Farel langsung membaik dalam sebulan.
“Setelah itu, saudaranya sudah tidak mengambil ASI lagi, karena sepertinya sudah digantikan susu formula,” imbuh Annisa.
Tak sampai di situ, kisah donor ASI Annisa berlanjut pada dua bulan berikutnya. Stok ASI miliknya memang masih berlebih. Lalu kebetulan anak temannya juga membutuhkan tambahan ASI karena sang ibu tidak banyak memproduksi ASI.
“Saya mengerti betul rasa bersalah seorang ibu yang tidak bisa memberikan ASI penuh untuk anak kita, karena saya juga pernah mengalaminya dulu,” ungkapnya.
Seorang pendonor ASI asal Kendal Fatiha Aisyah Putri Santoso juga senada dengan Annisa. Apalagi sebagai tenaga kesehatan (nakes) perawat, ia memahami kebaikan ASI bagi ibu dan anak.
Fatiha bahkan mengikuti kelas ASI eksklusif untuk mempersiapkan masa menyusui anak pertamanya pada 2018 silam. Ia menerapkan power pumping di malam hari, dan dapat menghasilkan empat kantong ASI dalam sekali pompa.
“Ternyata praktiknya, produksi ASI lebih dari kebutuhan anakku, sampai sempat sewa freezer tambahan buat nyimpan stok ASI,” tutur Fatiha.
Diceritakan, anak temannya kekurangan konsumsi ASI lantaran produksi ASI yang terbatas. Temannya mengaku tak memiliki banyak waktu untuk memompa, karena jam kerja di sebuah kantor bank yang padat dan cukup ketat. Komunikasi yang baik antara Fatiha dan temannya akhirnya menghasilkan kesepakatan untuk donor ASI. Temannya begitu lega mendapat bantuan dari Fatiha.
Terlebih sebagai nakes, Fatiha sangat memperhatikan pola makan gizi seimbang untuk menghasilkan kualitas ASI terbaik. Fatiha bahkan mengupayakan breast care, mengonsumsi vitamin maupun jamu tradisional.
“Selama dua bulan dia ambil stok setiap seminggu 12 kantong ASI, sekalian silaturahmi,” ungkap Fatiha.
Temannya juga kerap membawakan oleh-oleh atau makanan pendamping ASI untuk Fatiha dan anaknya sebagai ucapan terima kasih. Sesama ibu menyusui, Fatiha juga berbagi tips kesehatan ibu dan bayi dengan orang-orang sekitarnya.
“Di sini aku pengen bilang kalau mereka itu nggak sendiri. Kalo ada niat dan usaha, kita pasti bisa memberi ASI berkualitas untuk anak kita,” kata perempuan 32 tahun ini.
Kedua perempuan pendonor itu juga mendapatkan rasa puas dan bangga lantaran bisa memberi manfaat bagi orang lain melalui ASI yang dihasilkan.
Lebih lanjut dikatakan, sebagai muslimah, keduanya juga sangat berhati-hati dalam mendonorkan ASI. Mereka tak sembarangan memberikan stok ASI miliknya lantaran penerima donor menjadi saudara sepersusuan dengan anaknya. Maka dari itu, mereka memastikan identitas penerima terlebih dahulu.
“Sekarang kan juga ada yayasan yang menampung donor ASI, tapi kita belum pasti tahu siapa yang menerima. Sebab, saat seorang anak mengonsumsi ASI kita itu dan menjadi darah, maka kita terikat sebagai ibu susuan,” terang Fatiha.
Melalui kebaikannya, Annisa berharap hal itu dapat menambah keberkahan baginya dan keluarganya. Terlebih, bila anak penerima donor tumbuh menjadi sosok cerdas dan bermanfaat bagi sesama manusia.
Ibu yang habis melahirkan dan menerima donor ASI dirasakan Umi Rosidah, warga Tengaran, Kabupaten Semarang. Setekah melahirkan anak pertama, ASI-nya tidak keluar. Ia pun sempat menerima donor ASI dari saudara sepupunya. Rumahnya yang tak jauh dari tempat tinggalnya mempermudah dalam penerimaan ASI. Biasanya, putrinya diberikan secara langsung oleh si pendonor. Hal ini dilakukan karena sang anak terus menangis dan tak mau diberi susu formula.
“Setelah melahirkan ASI saya kan nggak keluar. Dikasih susu formula, anak saya juga nggak mau. Kebetulan sepupu saya masih punya balita, jaraknya satu tahun, tapi anak saya mau dikasih ASI-nya,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Ia menambahkan, selain untuk kebutuhan gizi sang anak dan agar tidak jatuh sakit, metode ini juga dilakukan sebagai pancingan.
“Kalau orang Jawa itu biasanya harus dipancing agar ASI-nya bisa keluar. Nah anak saya diberikan ASI ini juga sebagai pancingan untuk saya,” tambahnya.
Setelah tiga hari menggunakan pancingan dengan menerima donor ASI, Rosidah –sapaan akrabnya pun bersyukur. ASI yang selama ini dinantikannya keluar, dan bisa diberikan secara langsung kepada anaknya.“Alhamdulillah seneng banget waktu itu ada sepupu yang mau bantu,” akunya.
Mengenai hukum menerima donor ASI, ia tidak terlalu mempermasalahkannya. Menurutnya, dalam Islam diperbolehkan untuk menerima dan mendonorkan ASI. Tapi risikonya anak-anak mereka menjadi saudara sepersusuan.
“Dalam Islam memang diperbolehkan. Kalau mereka jadi saudara sepersusuan, saya tidak masalah ya. Karena anak kita sama-sama perempuan. Tidak mungkin juga mereka akan menikah,” katanya sambil tersenyum.
Saat ini, anaknya sudah berumur dua tahun. Ibu satu anak ini tidak mempermasalahkan kondisi kesehatan pendonor. Nyatanya hingga kini kondisi anaknya baik-baik saja. Ketika bertemu dengan anak si pendonor justru ada kedekatan yang terjalin. Mereka tidak mau dipisahkan.
“Anak saya dengan Aira (anak pendonor ASI) hubungannya sangat dekat. Mereka selalu bermain berdua, dan jika salah satu tidak ada pasti akan dicari. Kalau nggak ketemu ya pasti nangis. Ya, seperti ada kedekatan emosi,” ujarnya.
Sebelum Donor ASI, Wajib Screening Kesehatan
AIR susu ibu wajib diberikan pada bayi sejak lahir hingga 24 bulan. Pemberian ASI bisa dilakukan melalui berbagai macam cara. Sri Hidayati SKep ners MKes, Penjabat Mutu Pelayanan Konselor Menyusui RSUP dr Kariadi mengatakan, selain menyusui secara langsung dari payudara atau direct breastfeeding (dbf), juga dapat dilakukan melalui dot. Adapun ASI tersebut didapatkan dengan cara dipompa. Baik secara manual maupun dengan bantuan alat pompa.
Ia menjelaskan, teknik memompa ASI bervariasi. Mulai dari manual, yakni tanpa alat atau tangan telanjang. Teknisnya, kata dia, ibu jari dan jari telunjuk menekan titik tertentu pada payudara baik secara vertikal maupun horizontal.
Ada juga yang memakai alat pompa ASI manual. Caranya, dipencet sesuai dengan tekanan vakum. Terbaru, yang lebih canggih dengan pompa elektronik yang memiliki lebih banyak varian model. Karena banyaknya cara untuk menyusui, maka tidak ada alasan bagi ibu untuk tidak menyusui.
“Tidak ada kendala untuk mengeluarkan ASI, karena ada alat yang memudahkan, bahkan disambi kerja pun bisa. Sehingga tidak menyita waktu. Lebih praktis, nyaman, mudah, dan fleksibel. Tidak ada alasan tidak memberikan ASI,” tandasnya.
Selain diberikan kepada bayinya sendiri, ada pula ibu yang mendonorkan ASI kepada bayi lain, karena memiliki ASI yang berlimpah. Menurut Ida – sapaan akrabnya- sebelum memberikan donor ASI, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Ida menyebut, pendonor harus di-screening kesehatan dulu. Dalam screening itu, kata dia, pemeriksaan fisik jelas harus sehat dan normal.
Ditambah harus dilakukan pemeriksaan laboratorium HBsAg (hepatitis B surface antigen) yakni tes yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mendeteksi penyakit hepatitis B. Hal ini untuk menghindari penyakit yang menular, terutama penularan yang melewati aliran darah seperti hepatitis.
“Idealnya secara kesehatan harus screening dulu, supaya yakin bahwa pendonor ini benar-benar sehat. Risiko tidak screening ini berpotensi menimbulkan penyakit. Makanya prinsipnya harus sehat,” tegasnya.
Sementara bagi penerima donor, tidak ada aturan khusus. Yang terpenting penerima donor menerima ASI yang cukup untuk bayi.
Bicara program menyusui, ia menyampaikan, bagi ibu hamil yang sudah memasuki trimester 3 sebaiknya mendapat informasi mengenai wawasan menyusui dari petugas kesehatan minimal dua kali. Sehingga ibu siap untuk menyusui, karena sudah memiliki bekal setelah melahirkan, tinggal diimplementasikan.
Ida menuturkan, selama ini melayani konsultasi menyusui dari masyarakat. Bukan hanya pasien yang memiliki masalah, namun calon ayah dan ibu yang membutuhkan pengetahuan tentang ASI.
Selain itu, harus diperhatikan dalam penyimpannya. Dijelaskannya, pada suhu ruang atau bebas, ASI perah dapat bertahan 8 jam. Kemudian, jika disimpan dalam lemari es bertahan 24 jam. Sementara, jika disimpan di freezer atau beku mampu bertahan hingga 6 bulan.
“Penyimpanan ASI perah menggunakan kantong ASI, jangan lupa untuk diberi label tanggal masuk,” katanya.
Ia menyebut, cakupan ASI ekslusif secara nasional 72,58 persen di tahun 2021. Angka ini meningkat dibanding pada 2022 hanya 69,6 persen, itupun pada usia bayi 0-5 bulan saja. Sementara di Jawa Tengah, capaian setiap tahunnya meningkat. Pada 2019 mencapai 72 persen, tahun 2020 meningkat 76,30 persen, dan pada 2021 mencapai 78,93 persen. “Cukup tinggi namun butuh dimaksimalkan,” tegasnya.
Di Pekan ASI Internasional 2022 ini mengusung tema Education and Support Step up for Breastfeeding yakni mengedukasi dan mendukung langkah menyusui. Adapun dukungan dari RSUP dr Kariadi pada pekan ASI ini berupa pemberian pendampingan bagi ibu hamil dan ibu yang baru saja melahirkan secara teknis maupun penguatan oleh konselor.
Ia menjelaskan, kontak satu diberikan pada kehamilan ke-28 minggu. Kontak kedua pada 36 minggu. Kontak ketiga saat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yakni bayi yang aktif untuk menyusu dengan cara bayi ditaruh di dada ibu agar inisiatif mencari puting payudara pada hari pertama lahir.
Kemudian kontak kelima, bayi umur tujuh hari. Kontak keenam saat bayi usia 14 hari, dan kontak ketujuh ketika bayi berumur 40 hari. “Fungsinya, agar ASI eksklusif bisa lancar,” ungkapnya.
Dengan pemberian ASI yang bagus, kata Ida, sekaligus dapat menekan angka stunting. Sebab, salah satu penyebab stunting karena pemberian ASI yang kurang, sehingga kecukupan gizi bayi juga berkurang.
Perlu diingat, tegas dia, ASImengandung imunoglobi yang dapat melindungi saluran pernafasan, pencernaan, dan menghindari infeksi kulit. “Otomatis jika bayinya sehat akan bagus, dan tentu menghindari risiko stunting,” tandasnya. (taf/kap/ifa/aro)