29 C
Semarang
Tuesday, 14 January 2025

Ajang Belajar Sekaligus Senang-Senang, Nikmati Sego Iriban Kini Tidak Setahun Sekali

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Desa wisata atau deswita saat ini menjadi salah satu tujuan wisatawan atau pengunjung untuk memanfaatkan hari libur, terutama bagi anak-anak sekolah. Selain menyajikan keindahan alam, wisata edukasi juga menjadi andalan.

Desa Wisata Lerep di Ungaran Barat, Kabupaten Semarang merupakan salah satu dari deswita yang menawarkan wisata edukasi. Desa wisata ini berdiri pada 2016 dengan pendampingan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang serta juga mendapatkan surat keputusan (SK) di tahun tersebut. Namun di tahun tersebut belum ada kegiatan masif dikarenakan masih dalam tahap pembentukan dan persiapan dari segi sumber daya manusia.  “Memang sengaja, mas, kami belajar dulu. Karena desa wisata itu salah satu wisata yang unik,” ucap Ketua Pokdarwis Rukun Santoso Daniel Bayu Anggara.

Setelah satu tahun berjalan, tepatnya di 2017, pihak pokdarwis mulai bisa merintis dengan menghadirkan paket-paket wisata untuk para pengunjung. Di tahun tersebut juga Desa Wisata Lerep diikutkan lomba Desa Wisata Provinsi Jawa Tengah mewakili Kabupaten Semarang. Dengan prinsip guyub rukun akhirnya Deswita Lerep mendapatkan juara pertama.

Bayu mengatakan dengan mendapatkan juara serta banyak media yang akhirnya memperkenalkan Deswita Lerep tersebut menjadikan sebuah tantangan baru bagi dirinya dan pokdarwis. “Pada akhirnya kita membuat sebuah paket wisata yang di dalamnya kami ajak warga udah berpartisipasi,” ujaranya.

Paket wisata yang ada di Deswita Lerep lebih kepada wisata edukasi, baik edukasi pemprosesan kegiatan UMKM yang ada di Desa Lerep maupun edukasi budayanya. Desa Lerep bisa dikatakan memiliki wisata yang cukup lengkap, mulai dari wisata alam hingga wisata budaya. Dari delapan dusun yang ada, terdapat tiga dusun yang menjadi embrio lahirnya Deswita Lerep.

Tiga dusun tersebut yakni Dusun Indrokilo, Dusun Soko, dan Dusun Lerep. Dusun Indrokilo memiliki potensi wisata yang lebih melimpah. Di samping terdapat Curug Indrokilo, juga terdapat potensi kopi yang melimpah serta kampung sapi perah. Selain itu juga terdapat produk-produk yag dihasilkan oleh KWT (Kelompok Wanita Tani) seperti teh telang, selai buah naga, sambal buah naga dan yang cukup unik ialah teh daun kopi.

Sedangkan Dusun Soko sendiri memiliki ciri khas dengan Kampung Iklimnya. Kampung tersebut memiliki potensi untuk bagaimana mengelola dan memanfaatkan barang-barang yang sudah tidak terpakai atau barang limbah. Serta juga terdapat TPS3R dan bank sampah. Selain itu juga terdapat UMKM kerajinan dari barang bekas. “Nah kalau di Dusun Lerep sendiri potensinya hanya pada UMKM seperti kreasi dari bambu dan area persawahan yang bisa dimanfaatkan untuk edukasi anak,” tambahnya.

Pascapandemi ini, instansi pendidikan seperi PAUD hingga perguruan tinggi sudah mulai menerapkan pembelajaraan tatap muka. Hal tersebut juga berdampak pada intensitas pengunjung di Deswita Lerep. Mayoritas pengunjung adalah dari instansi pendidikan. “Pernah mas seminggu terdapat tiga tamu. Di mana itu menurut kami cukup padat. Padahal biasanya hanya seminggu sekali ada tamu rombongan,” katanya.

Untuk pengunjung Deswita Lerep rata-rata 200 orang satu hari kunjungan. Pihak pokdarwis memiliki 15 orang yang menjadi pendamping. Mulai dari menemani tamu untuk berkeliling hingga memastikan segala sesuatu bisa berjalan dengan lancar seperti homestay dan makanan.

Selain itu terdapat makanan dan oleh-oleh khas yang bisa dinikmati oleh para pengunjung dan bisa dibawa sebagai oleh-oleh. Bayu mengatakan sangat beragam untuk oleh-oleh khas Lerep mulai dari makanan hingga kerajianan yang ada. Untuk makanan khas atau yang paling unik di Lerep yakni Sego Iriban yang biasanya ada hanya setahun sekali. Namun pihak pokdarwis menghadirkan kuliner tersebut agar bisa dinikmati pengunjung serta memperkenalkan juga.

“Yang menarik lagi, untuk bungkus Sego Iriban itu namanya kathok’an atau blarak. Dimana itu menggunakan daun kelapa yang dianyam kemundian ditali ke atas di ujungnya,” katanya.

Semua kulier khas dan oleh-oleh terebut bisa ditemui di Pasar Kuliner Ndeso yang ada di Umbung Sebligo. Pasar Kuliner Ndeso ini dilaksanakan tiap hari minggu pon dan pahing. Serta bisa menjadi sarana promosi dan memperkenalkan apa yang ada di dalam Desa Wisata Lerep. Selain itu saat ini yang paling ramai dan digemari yakni Kampun Buah Naga dengan oleh-oleh berupa bibit buah naga yang bisa di bawa pulang oleh pengunjung.

Di tahun ini pihak Pokdarwis dalam menjalankan desa wisata terhitung dari januari hingga saat ini sudah mendapatkan omzet kurang lebih Rp 120 juta. “Itupun nantinya dari omzet itu aakan diputar kembali mas. Untuk perawatan, perlengkapan dan lain-lain serta pengembangan desa wisata juga,”

Sejumlah pengunjung Desa Wisata Kandri sedang belajar membatik. (NUR CHAMIM/ RADARSEMARANG.COM)

Bisa Pilih Menanam Padi, Tangkap Ikan atau Membatik

Banyak paket wisata ditawarkan di Desa Wisata Kandri, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang. Mulai eduwisata pertanian, program live in, cooking class, membatik, kesenian tradisional dan masih banyak yang lainnya.

Pengelola Desa Wisata Kandri, Masduki menjelaskan, Deswita Kandri bermula dari dibangunnya waduk Jatibarang. Banyak warga yang terkena dampaknya. Tanah mereka tergusur untuk waduk. “Akhirnya tokoh masyarakat berpikir bagaimana menghidupi warganya,” katanya.

Akhirnya disepakati untuk membuat desa wisata. Paket-paket wisata yang disiapkan tak jauh-jauh dari kehidupan warga sehari-hari. Pertanian. Dirintis 2010 lalu, Deswita Kandri diresmikan pada 2012.

Pihaknya mencari pangsa pasar anak-anak sekolah. Karena bertujuan agar anak-anak cinta pertanian, otomatis orang tuanya mendampingi dan membeli oleh-oleh. “Karena ada beberapa penunjang desa wisata termasuk UMKM, kriya, home stay, dan kuliner,” jelasnya.

Paket wisata untuk anak-anak menawarkan eduwisata pertanian. Anak-anak bisa belajar menanam padi, mencabut singkong atau menangkap ikan. Selain itu, ada paket susu. Mereka bisa mengolah susu, melihat sapi, melihat kambing.

Paket live in dibuka untuk kelas dewasa. Sasarannya wisatawan domestik maupun mancanegara. Bahkan sudah sering wisatawan dari Eropa atau negara Asia lain bermalam di Kandri lewat paket wisata dengan objek lain. “Biasanya dua hari di Kandri dan dua harinya di Karimunjawa.,” jelasnya.  Wisatawan bisa menginap di homestay yang tersedia dengan biaya Rp 250 ribu sampai Rp 300 ribu per malam. Bagi wisatawan mancanegara dibandrol USD 25-30 per malam.

Selain itu, ada paket kebudayaan dan UMKM yang berpusat di Omah Alas. “Karena kita juga buka paket cooking class, paket batik, dan melukis caping itu harganya sendiri. Nyaping, batik, dan paket anak jadi Rp 150 ribu, capingnya dibawa pulang” jelasnya.

Pemasukan dari berbagai atraksi wisata ini masuk ke kas RW. Nantinya digunakan untuk memperbaiki sarana dan infrastruktur kawasan. “Terakhir ramai itu tahun 2018-2019, pemasukan kotor Rp 1,5 miliar. Kalau pandemi hanya Rp 150 juta karena daya belinya berkurang dan terjun bebas,” jelasnya.

Taman kelinci di Sinsu Park yang jadi salah satu lokasi favorit pengunjung anak. (ADDIN ALFATH/RADARSEMARANG.COM)

Bebas Berkejaran dengan Kelinci

Daya tarik wisata pendidikan juga ditawarkan Sinsu Park. Taman wisata edukasi yang berada di Desa Reco, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo ini menawarkan wisata taman kelinci.

Manager Sinsu Park Hermanu menuturkan, sejumlah kelinci sengaja dilepaskan di sebuah taman. Pengunjung bisa bermain dan kejar-kejaran dengan kelinci tersebut. “Taman kelinci ini bertujuan untuk melatih rasa kasih sayang anak dengan memberi makan kepada kelinci,” tuturnya.

Sinsu Park juga menyediakan taman edukasi camping ground untuk anak-anak sampai usia dewasa. Program yang ditawarkan bertujuan untuk melatih kemandirian dan sebagai wahana hiburan.

“Kegiatan outbond untuk melatih kerjasama. Kita menyediakan paket camping, bianglala, kereta api anak-anak, kolam renang anak-anak, sekuter listrik, melukis untuk anak-anak,” katanya. Ke depan, taman ini akan ditambah boom boom car dan area lalu lintas anak.

Beberapa sekolah TK dan SD sudah melakukan kerjasama untuk outbond. Setiap tahun selalu ada agenda ke Sinsu Park.

Sinsu Park juga memiliki pemandangan alam yang indah. Lokasi ini diapit gunung Sumbing dan Sindoro secara simetris. Lingkungan udara bersih.

Rata-rata pengunjung di hari biasa mencapai 100 orang. Sedangkan untuk hari libur sampai 500 orang. Pengunjung dikenakan tarif seharga Rp 15 ribu pada hari biasa, weekend Rp 20 ribu untuk sekali masuk. Dan setiap spot dikenakan tiket seharga Rp 10 ribu. “Antusias warga untuk berkunjung cukup tinggi. Bahkan warga luar kota seperti Semarang, Jogja, Magelang, Pati, Jakarta, yang sekalian ke Dieng, menyempatkan datang ke sini,” ujarnya. (fgr/nun/din/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya