RADARSEMARANG.COM – Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, termasuk wilayah yang langganan rob dan banjir. Di wilayah ini, warga setempat juga ‘oyak-oyakan’ dengan pemerintah dalam meninggakan jalan dan lantai rumah untuk mengatasi rob dan banjir.
Titin, 59, warga Tambakrejo RW 7 mengaku sejak tinggal pada 1984, setidaknya sudah tiga kali ia meninggikan lantai rumah. “Sekarang sudah habis. Karena setiap Jalan Daendels (Jalan Kaligawe) ditinggikan, rumah juga ikut ditinggikan,” jelasnya.
Jalan Daendels sudah mengalami peninggian tiga kali. Dulunya terdapat saluran yang luas di depan rumah warga. Namun banyak warga yang kurang sadar dalam bangun rumah. Bahkan, di rumah Titin sudah roboh menjadi genangan yang penuh sampah. “Padahal tahun 1985 belum banjir. Pembangunannya banyak dipepetke dan saluran banyak yang ditutup sehingga banjir” katanya.
Warga lain, Rohadi, warga Jalan Masjid Terboyo RT 7 RW 1 mengaku menempati rumahnya sejak 1998. Rumah tersebut kemarin digenangi banjir setinggi hampir selutut. Rumah setinggi dua meter tersebut letaknya di bawah badan jalan. “Dulu rumahnya cukup tinggi, tapi jalan naik terus. Rumah saya tidak mengikuti,” tuturnya.
Padahal sudah tiga kali pengurukan rumah, dan empat kali pengurukan jalan. Atap rumahnya banyak yang bocor. “Ini sudah habis (Tidak bisa ditingikan lagi, Red). Di sini banjir kalau habis hujan,” jelasnya.
Untuk mengatasi genangan di rumahnya, ia menyiapkan pompa kecil untuk membuang air ke saluran. “Dalam rumah ada paralon di bawah lantai. Kalau terlalu tinggi ya ngungsi, Mas,” jelasnya.
Dirinya juga membantu membuat pompa di dekat kantor kelurahan. “Itu kan ada blumbang, pada waktu banjir air blumbang masuk ke kampung. Pompa air yang dikelola Pak Eko kurang mampu mengatasi banjir, sehingga dibuatkan pintu pompa. “Biar kampung asat dulu, baru kita buka. Kita utamakan kampung dulu,” tuturnya.
Lurah Tambakrejo Setyo Widiatmoko menjelaskan, wilayahnya mengalami penurunan tanah. “Per tahun turun berapa sentimeter saya lupa. Yang jelas tanahnya di sini turun,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM Minggu (26/12).
Koran ini sempat bertemu dengan perwakilan UPTD Rumah Pompa Wilayah Timur, Eko Setyanto. Eko menjelaskan, wilayah Kelurahan Tambakrejo sering banjir karena banyaknya sampah, eceng gondog, dan tanaman liar yang ikut terbawa arus sampai sungai Tenggang. “Sampai detik ini pun pompa tidak dimatikan barusan kami cek,” katanya.
Selain itu, terdapat kiriman air dari daerah atas, seperti Ungaran, tetangga sebelah seperti Genuk, Muktiharjo Kidul yang sampai ke muara Tenggang. “Karena tersendat, yang harusnya ke laut malah balik ke pemukiman di Tambakrejo,” jelasnya.
Ia bersyukur, tidak lama lagi terdapat sinergitas antara PT KAI Daop 4 Semarang akan membantu mengatasi banjir di Tambakrejo. Sehingga rel kereta api tidak terkena banjir. “Kemarin ada pembicaraan seperti itu dengan LPMK dan sudah diketahui oleh Pak Lurah,” tuturnya.
Selain itu, wilayah Kelurahan Tambakrejo bersinergi dengan Pemkot Semarang untuk pembersihannya melalui DPU Kota Semarang, PSDA maupun pompa. Bahkan, terdapat pengajuan proposal dari kelurahan ke UPTD pompa wilayah Timur yang sudah disambut baik dalam mengatasi banjir. “Tadi malam ada wacana baik, dan disambut baik oleh kadinas,” jelasnya.
Ia mengimbau masyarakat agar bersabar dalam pelaksanaannya. Karena tahun lalu terdapat refocusing anggaran. Ia memohon agar masyarakat mengadakan pembersihan di lingkungan masing-masing, khususnya pembersihan sungai. “Karena kami sudah membentuk tim penanggulangan banjir,” jelasnya.
Pengamatan RADARSEMARANG.COM bersama Eko, terdapat genangan banjir di RW 1 Jalan Masjid Terboyo, RW 7 Jalan Daendels yang tembus di Jalan Masjid Terboyo, dan di RW 3 Jalan Purwosari. Diakui, pagi hari belum ada genangan, namun sore terdapat genangan yang mencapai bahu jalan. “Padahal pompa semua masih hidup, Mas. Memang ini kiriman dari atas,” jelasnya.
Terakhir, ia meminta seluruh RW untuk mengusulkan 10 RTLH yang kemudian diteruskan ke Disperkim. “Saya minta yang rumahnya sangat parah,” jelasnya. (fgr/aro)
