RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid-19 yang sudah dua tahun ini, ternyata tak menyurutkan semangat para pelawak di Semarang untuk terus berekspresi. Melalui media sosial mereka membuat konten lawakan dengan menonjolkan ciri khas Semarangan.
Nur Rachman atau yang akrab dikenal dengan nama panggung Rachman Polalo salah satunya. Sebelum pandemi Covid-19, para pelawak Semarangan memiliki banyak aktivitas offline. Mulai dari manggung, mengisi acara lawak dalam event, hingga kegiatan sosial. Aktivitas tersebut ternyata tidak hanya menjadi kesibukan belaka. Namun menjadi tempat berekspresi bagi para pelawak untuk memunculkan sebuah karya.
Akan tetapi, selama masa pandemi Covid-19 ini para pelawak di Semarangan banyak yang kekurangan job dan tidak memiliki tempat untuk manggung. Lantas mereka tidak tinggal diam. Kemudian para pelawak Semarangan itu berinovasi melalui sosial media.
“Mereka, termasuk saya, memanfaatkan sosial media itu. Kami berinovasi agar image pelawaknya tidak hilang,” kata Rachman Polalo, salah satu pelawak asal Semarang ini.
Tentunya, karya yang dihasilkan adalah seni lawak. Tak hanya membuat konten lawakan, mereka juga melatih lawakan-lawakan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Inisiatif itu muncul agar seni lawak di Semarang tidak hilang hanya karena pandemi.
“Kita memang harus melakukan aktivitas di luar job desk sebagai pelawak. Itu untuk bertahan hidup. Seperti saya ini, yang selama pandemi juga banting stir ke jualan ikan cupang,” ungkapnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Rachman Polalo yang sudah melawak sejak 2007 ini bersyukur, PPKM Kota Semarang yang turun ke level 1 ini membuat kesenian lawak bangkit kembali. Meski masih secara virtual atau panggung pentas online, Rachman Polalo mengaku senang karena ia bisa kembali mengekpresikan diri dengan lawakannya.
Disebutkan, beberapa waktu lalu ia bersama Jamil (pelawak asal Semarang) berhasil membuat konten Koplak Semarangan. Konten itu adalah hasil kejenuhannya. Adapun isi kontennya berupa guyonan dan bahasa khas Semarang. Itu dilakukan hanya untuk mengisi waktu luang.
“Untuk menghibur diri juga. Daripada terus-terusan larut dengan pandemi yang membuat kita gak punya job,” terang pelawak yang suka memakai topi atau udeg-udeg ini.
Saat ini, seni lawak memang cukup eksis. Itu terbukti dengan adanya pelawak muda yang bisa meneruskan regenerasi pelawak Semarangan. Mereka juga memanfaatkan media sosial seperti Instagram.
“Nah, seperti konten lawakan Tanjakan Gombel. Itu kan terbentur dari kondisi pandemi. Jadi para pelawak itu niat sebenarnya ya menghibur diri. Syukur-syukur bisa menghibur orang lain juga,” tutur pelawak yang sudah manggung di kota-kota besar Indonesia ini.
Rachman Polalo berharap, kondisi pandemi ini bisa segera berakhir. Mengingat eksistensi seni lawak yang semakin tinggi. Dia berharap para pelawak Semarangan bisa memperkenalkan ciri khas dan budaya Semarangan. “Meski nge-job ngelawak di luar Kota Semarang, tapi harus membawa kekhasan Semarangan. Biar di Semarang itu tidak dicap sebagai kota yang gak punya pelawak,” tandasnya. (dev/ida)