32.8 C
Semarang
Sunday, 12 October 2025

Marak Virtual Blind Date di Kalangan Mahasiswa, Ini Kata Psikolog

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Ada yang berbeda dengan gaya berkencan di masa pandemi Covid-19. Sejoli biasanya bisa leluasa bertemu langsung. Kini tak mungkin dilakukan. Alhasil, itu membuat adanya tren baru. Yakni kencan virtual atau virtual blind date.

Tak bisa dipungkiri jika saat ini segala aktivitas dilakukan secara daring. Sehingga tren baru itu menjadi kegiatan yang tak bisa lepas dari remaja. Bahkan, ponsel dan laptop selalu berada di tangan remaja.

“Karena bagi remaja atau mahasiswa, itu memang menjadi kebutuhan. Mereka sedang berada di fase ingin disayangi, dicintai, dan dimanja,” kata Psikolog RS St Elisabeth Semarang Probowati Tjondronegoro saat dihubungi Jawa Pos Radar Semarang.

Saat ini, media sosial menjadi kebutuhan primer bagi remaja. Selain untuk belajar, juga sebagai aktualisasi diri. Adapun virtual blind date yang kini menjadi tren bisa beralokasi positif dan negatif.

“Kalau just for fun, itu tidak masalah. Yang menjadi masalah ketika salah satunya menganggap serius. Makanya kalau ini memang kebutuhan ya harus hati-hati,” sambungnya.

Apalagi melihat kondisi sekarang, remaja bisa dengan mudah mengakses internet. Dengan dalih belajar daring, mereka mendapat kepercayaan dari orang tuanya. Banyak orang tua yang kecolongan dalam pengawasannya. Karena banyak yang tidak mengerti terkait hal itu.

Hati-hati juga dengan kencan buta yang digunakan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab untuk menipu. Misalnya memasang foto yang bukan wajah aslinya. Ataupun menipu dengan bujuk rayu. Yang dikhawatirkan, jika sudah masuk ke ranah perilaku seksual, akan ada pihak yang dirugikan. “Orang-orang sekarang kan bahasanya ngeri-ngeri. Itu yang bikin meleleh si lawan bicara di virtual blind date,” paparnya.

Kendati begitu, Probowati tidak bisa menghentikan perilaku remaja yang melakukan virtual blind date. Sebab dari sisi psikologis, usia remaja memang senang jika mendapat pujian ataupun perilaku kasih sayang dari lawan jenisnya. Ia berharap agar para pelaku virtual blind date supaya prepare. Memastikan apakah lawan bicaranya menipu atau tidak.

“Karena virtual blind date itu kan penjajakan. Jadi, jangan menganggap serius dulu. Kalau mau serius ya diajak bertemu. Karena kita tidak tahu, rayuan di media itu memang benar-benar serius atau hanya omong kosong,” terangnya.

Probowati berpesan, agar para remaja tidak mudah terkecoh dengan kata-kata dan penampilan di media sosial. Sebab cinta itu buta. Hendaknya tetap memakai logika.

“Jadi dipikir matang-matang. Harus diteliti apakah cocok dengan dia. Tapi kalau cuma just for fun atau sekilas info sih gak masalah. Dan sebaiknya kalau tidak mau terluka, harus teliti dulu orangnya,” tandasnya. (cr8/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya