RADARSEMARANG.COM – Memasuki musim penghujan, bencana banjir selalu mengancam warga Kota Semarang. Apalagi belum semua sungai di kota ini dilakukan normalisasi. Pemasangan early warning system (EWS) atau sistem peringatan dini banjir diperlukan untuk mendeteksi terjadinya banjir, sehingga tidak menimbulkan korban. Bagaimana kondisi EWS yang sudah dipasang?
Ada tujuh alat early warning system dipasang oleh Badan Penanggulangan Bancana Daerah (BPBD) Kota Semarang di empat sungai besar. Ketujuh EWS ini digunakan untuk deteksi dini kemungkinan bencana banjir, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kota Semarang.
Fungsinya memantau debit air secara realtime, sehingga bisa dilakukan langkah antisipasi sebelum banjir bandang tiba.
“EWS ini terkoneksi internet, dipasangi CCTV dan sirine. Jika status sungai naik menjadi ‘AWAS’ sirine akan berbunyi, kita pantau secara realtime di Kantor BPBD Kota Semarang,” kata Sekretaris BPBD Kota Semarang Winarsono, kemarin.
Winarsono menjelaskan, dari tujuh EWS yang ada, dua titik EWS ditempatkan di Sungai Plumbon, tiga di Sungai Beringin, satu di Sungai Pengkol, dan satu di Sungai Babon. Rencananya, EWS juga akan dipasang di Sungai Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur.
“Kita pasang di hulu dan hilir sungai. Di daerah atas kalau hujan deras dan debit air sungai tinggi langsung bisa dilakukan langkah antisipasi dan melakukan evakuasi warga,” tuturnya.
Sistem ini, kata dia, adalah tindak lanjut dari program Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Untuk persentasenya baru sekitar 15 persen, Winarsono mengaku BPBD Kota Semarang juga melakukan koordinasi dengan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan info cuaca setiap hari.
“Kesiapsiagaan jelang musim hujan ini kita minta daerah untuk memonitor kondisinya, dari sisi peralatan juga kami siapkan misalnya perahu karet. Selain itu juga ada grup WhatsApp untuk menginfokan bencana,”jelasnya.
Menurut data dari BMKG, prediksi puncak musim penghujan akan terjadi pada akhir tahun 2021 dan awal tahun 2022 mendatang. Namun koordinasi dengan stakeholder terkait tetap dilakukan untuk meningkatkan kewaspadaan kebencanaan.
Untuk mengantisipasi bencana, kata dia, warga bisa melakukan pembersihan sungai ataupun saluran air agar ketika hujan nanti bisa mengalir dengan lancar.
“Sarana dan prasarana mitigasi bencana seperti perahu karet, genset, dan dapur umum sudah kami siapkan. SDM serta logistik, bantuan untuk warga terdampak bencana juga disiapkan dengan baik,”katanya.
Sementara untuk tanah longsor, sistem yang sama sebenarnya dimiliki BPBD Kota Semarang dan dipasang di daerah Sukorejo, Gunungpati. Sayangnya, EWS yang merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bancana (BNPB) rusak dan masih diperbaiki.
“Khusus longsor, kita pasang satu EWS bantuan dari BNPB di Kelurahan Sukorejo, Gunungpati. Saat ini, EWS itu belum dipasang karena masih dalam perbaikan,”ujarnya.
Alat peringatan dini banjir juga dipasang di empat sungai oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana di wilayah Pantura, yakni Sungai Jragung Tuntang, Sungai Dolok Penggaron, Sungai di Semarang Barat, serta Sungai Serang Lusi dan Juana. Namun sejauh ini EWS memang belum terpasang semua.
Di bawah Kementerian PUPR, BBWS bertugas untuk memantau ketinggian dan mengantisipasi banjir. Khususnya di sungai-sungai besar di pesisir pulau. “Kami berkoordinasi dengan BMKG dalam memantau curah hujan,” kata Sub Koordinator Program BBWS Pemali-Juana Widi Pradipda.
Dikatakan, dengan adanya EWS, maka menjadi peringatan bagi kita ketika akan terjadi banjir. Selain itu, mengurangi risiko masyarakat apabila terjadi banjir. “Sehingga masyarakat bisa mengungsi terlebih dahulu,” jelasnya.
Diakui, secara sistem memang belum menyeluruh. Tetapi pihaknya mengacu pada tinggi muka air yang ada di bendung. Setiap bendung ketinggiannya berbeda-beda.
Jika memakai sistem menyeluruh satu sungai akan tercatat angka kecepatan bendung melimpah sampai ke hilir dan bersiap-siap untuk mengungsi. “Misalnya di Bendung Plumbon, siap di angka 50; siaga 150, dan awas di angka 200,” katanya.
Koordinator Hukum dan Komunikasi Publik BBWS Pemali-Juana Budhie Santoso menambahkan, terdapat CCTV di bendung ataupun di rumah pompa yang berada di Rumah Pompa Kali Tenggang dan Rumah Pompa Sringin. CCTV tersebut membantu operator dalam memantau ketinggian permukaan air.
Ia menargetkan, jika ada sensor dari hulu ke hilir, maka masyarakat akan lebih tahu dan bisa mengantisipasi ketika ada banjir.
“Kalau bisa secepatnya, agar bisa mengantisipasi jika akan banjir dan bisa memperkecil dampak banjir,” harapnya. (den/cr6/aro)