RADARSEMARANG.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang saat ini getol menambah ruang terbuka hijau (RTH) dengan membangun taman baru dan revitalisasi taman. Dalam pembangunan taman, Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang menggandeng seniman untuk mendesain ikon khas Semarang.
Areal tanah seluas 2300 meter persegi yang rencananya akan dibangun Taman MT Haryono ini masih tertutup seng. Diapit oleh deretan toko dan perkampungan padat penduduk Kelurahan Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur. Hanya 200 meter dari Museum Kota Lama di Bubakan.
Belum lama ini, dilakukan ground breaking taman di kawasan Jalan MT Haryono, lengkap dengan patung pahlawan nasional. Konsepnya memadukan budaya khas Tionghoa dengan fasilitas pendukung seperti wifi, parkir sepeda. “Ini untuk mendukung kawasan Kota Lama dan Museum Bubakan yang tak jauh dari lokasi pembangunan,” kata Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang Ali.
Atas rencana pembangunan itu, Rini Handayani, 42, pedagang kaki lima (PKL) ini terpaksa menggeser lapaknya. Meski begitu, dia berharap kepedulian Pemkot Semarang memberikan ruang untuk jualan di sekitar area taman. “Bersyukur sekali, jika diberikan tempat yang lebih layak untuk berjualan. Para pembeli tentu bisa mengenal lebih dekat siapa itu MT Hariyono,” tutur Rini yang mendukung pembangunan taman dan patung MT Hariyono ini.
Rini sendiri mengakui tak mengenal siapa itu MT Hariyono. Kendati setiap hari berjualan di pinggir Jalan MT Hariyono dan setiap hari melaluinya dan menyebutnya. “Saya baru kepo (ingin tahu, red) siapa MT Haryono ini, setelah mendengar akan dibangun patungnya di sini,” terang wanita yang telah berjualan puluhan tahun itu.
Tak hanya Rini, Ahmad, 55, juga yang sejak kecil bermukim di Kelurahan Kebonagung. “Saya baru tahu akan dibangun taman pada Kamis (2/9/2021) selepas acara peletakan batu pertama,” tuturnya.
Ia mendukung rencana itu dan mengusulkan disediakannya tempat berjualan pagi warga. Membangun perekonomian warga lebih penting dari sekedar membangun taman. Karena itu, adanya taman harus bisa memberikan pengaruh baik bagi perekonomian dan peningkatan kesejahteraan warga setempat juga. “Kalau taman tidak bisa makan, tidak protes. Lha kalau manusia?” tutur Ahmad kepada RADARSEMARANG.COM Jumat (3/9/2021).
Lurah Kebonagung Sugiyanto sendiri mengaku bahagia dengan adanya program pembangunan taman. Meski ia menyayangkan tempat strategis untuk perdagangan, tapi dijadikan taman. “Karena ini program pemkot, ya bagaimana lagi,” terangnya.
Terkait adanya taman berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi warga, ia tidak berharap banyak. Untuk menjaga keindahan taman, pihaknya akan berusaha mencegah adanya PKL baru. “Kecuali kalau desainnya memang ada tempat khusus untuk PKL,” tuturnya saat diemui di kantor Kelurahan Kebonagung.
Kendati begitu, program pembangunan taman tersebut mendapatkan dukungan dari Kepala Program Studi (Kaprodi) Planologi Universitas Sultan Agung (Unissula) Dr Mila Karmilah. Itu menambah ruang terbuka hijau (RTH).
“Itu merupakan langkah yang baik. Utamanya dalam menata kota melalui penyediaan taman, baik untuk lingkungan kawasan maupun perkotaan,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM Jumat (3/9/2021).
Bahkan, program yang menggandeng seniman dan pihak swasta ini memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk berkontribusi dalam pembangunan kota. Ini bisa merangsang warga sekitar untuk menyediakan RTH di rumah masing-masing. “Apalagi luasan RTH Kota Semarang sejauh ini masih di bawah standar 30 persen,” tandasnya.
Menurutnya ada pembagian RTH dalam suatu wilayah sebesar 30 persen. Meliputi, 20 persen untuk RTH publik dan 10 persen untuk RTH privat. Meski begitu, perlu diperbanyak RTH publik, misal hutan kota yang belum dimiliki Kota Semarang. “Untuk lokasi padat penduduk bisa dengan membuat vertical garden yang tidak membutuhkan lahan besar. Jadi bisa menambah RTH privat,” terangnya. (cr9/den/ida)