29 C
Semarang
Saturday, 12 April 2025

Tak Bisa Sembarangan, Merawat Bonsai Butuh Pemikiran dan Penanganan yang Panjang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Berawal dari kecintaan terhadap pohon kerdil ‘bonsai’ dan tanaman hias lainnya, warga RW 6 Bangetayu Wetan, Kecamatan Bangetayu, Kota Semarang, berkomitmen mendirikan Komunitas Bonsai Bangetayu Wetan (KBBW) pada November 2019 silam.

Deretan bonsai menghiasi banyak rumah warga di RW 6 Bangetayu Wetan. Ada bonsai kelapa, serut, santigi, arabika, waru, sampai pohon asam Jawa. Banyaknya koleksi tanaman kerdil di setiap rumah ini, bukti ketelatenan dan kesabaran warga melakukan perawatan.

“Merawat bonsai itu butuh pemikiran dan penanganan yang panjang. Tidak bisa sembarangan. Suka dan paham saja tidak cukup. Tanpa kreativitas hasilnya sama saja,” kata Saiful, warga setempat yang mencintai bonsai sejak 1999.

Atas prinsip dasar itu, Saiful tak bosan meningkatkan pengetahuannya tentang bonsai dengan ikut berbagai pelatihan. Hal dia implementasikan dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam merawat bonsai. Hasilnya, Saiful diganjar memenangkan kejuaraan lomba bonsai di berbagai event.

Tak hanya Saiful, sang pecinta bonsai. Warga setempat lainnya juga sama. Hal itu yang mendorong Masduki, sang ketua RW 6 mengajak warga mendirikan Komunitas Bonsai Bangetayu Wetan (KBBW). Pada November 2019, komunitas terbentu dan Masduki didaulat menjadi ketua. Gayung bersambut, hobi warga tersebut dilirik Aparat Kelurahan Bangetayu Wetan. Untuk dijadikan Kampung Tematik Bonsai.

“Kalau sudah ada embrionya kan lebih enak. Kita tinggal membantu mengembangkan,” tutur Kasi Pemerintahan dan Pembangunan Kelurahan Bangetayu Wetan, Waluyo.

Peresmian Kampung Bonsai ini, kata Waluyo, lebih mempermudah turunnya bantuan dari Pemkot Semarang. Baik berupa dana maupun pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan para pecinta bonsai. Termasuk meningkatkan taraf perekonomian warga.

“Kita mengusulkan Kampung Bonsai ke tingkat kota dengan harapan bisa mendapatkan bantuan peningkatan pengetahuan pelaku usaha bonsai, sehingga hasilnya maksimal,” tuturnya.

Program unggulan kampung tematik bonsai adalah pembibitan bonsai dan pengadaan pameran. Bahkan kini sudah bergabung dengan Persatuan Penghobi Bonsai Indonesia (PPBI). “Program Kampung Bonsai ini difokuskan di RT 3, 4, 8, dan 9,” tutur Masduki.

Bahkan, komunitas bentukannya memiliki tim khusus yang bertugas berburu dangkel (pangkal pohon) untuk dijadikan inang bonsai. Biasa disebut Tim Bolang. “Mereka keluar masuk hutan berburu dangkel, lalu mengubahnya menjadi maha karya bonsai yang estetik,” tuturnya.

Saat ini, kebanyakan warga mempromosikan bonsainya secara online. Harganya beragam, mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Namun harga dipengaruhi tren, bahan, tingkat kesulitan, dan keunikannya.

Rencananya mau menggelar pameran bonsai Agustus 2021 ini selama seminggu. Namun terkendala pandemi Covid-19. “Akhirnya diundur tahun depan 2022,” kata Masduki.

Meski begitu, anggota komunitasnya tetap aktif mengikuti pameran di berbagai tempat. Salah satunya Saiful. Belum lama ini mengikuti kontes bonsai di Temanggung. Berhasil mendapatkan predikat bonsai terbaik.

Prestasi itu tidak instan. Meski awalnya saiful hanya tancap-tancap pohon saja, namun sejak menanam hingga proses pembentukannya butuh waktu bertahun-tahun. Dengan terus memperhatikan posisi tanaman dan jumlah asupan cahaya matahari. “Semua bonsai ini, lama pembuatannya berbeda beda,” kata Saiful yang mencintai bonsai sejak bekerja di salah satu toko bonsai dan bunga di Semarang.

Pada pertandingan bonsai, anak cabangnya diitung. Bisa jadi sampai tujuh turunan cabang. “Makanya saat merawat bonsai, harus telaten melakukan pemotongan agar tumbuh tunas baru dan cabang baru,” tuturnya memberikan tips.

Tak boleh memotong sembarangan. Kata Saiful, ada cairan khusus untuk setiap bekas potongannya. Tujuannya, luka pada bonsai bisa segera tertutup sempurna dan menjadi pohon yang estetik. (cr9/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya