RADARSEMARANG.COM, Tiga orang ini adalah pramuka sejati. Ia aktif dalam kegiatan pramuka sejak usia bocah hingga kini lebih dari setengah abad. Spirit kepanduan tak pernah dilepaskan dalam hidupnya, sekalipun kini menjadi seorang pejabat pemerintahan dan guru besar.
PRAMUKA sudah menjadi pilihan hidup bagi Sujarwanto Dwiatmoko semasa kecil hingga dewasa kini. Bahkan hingga menjabat kepala Dinas ESDM Provinsi Jateng saat ini, ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Bidang Sarana Keuangan dan Usaha Kwarda Gerakan Pramuka Jateng. Menurut dia, menjadi pramuka tak akan pernah terkena Covid-19. Karena selalu hidup bahagia, tak pernah putus asa. Bertepuk tangan membangun keceriaan dalam setiap situasi, dan tak mengenal susah. Ini selaras dengan lagu wajibnya pramuka, “di sana senang di sini senang, di mana-mana hatiku senang….” Hal itu sudah menginternalisasi dalam diri kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jateng hingga kini.
Apalagi sejak awal menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sudah biasa menjadi pelaksana untuk membantu pimpinan dinas melakukan pembimbingan pramuka. Sedangkan kepala SKPD di lingkungan Pemprov Jateng, semua diangkat sebagai anggota Majelis Pembimbing Daerah (Mabida). Ketua Mabida (Kamabida) langsung Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Sedangkan Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jateng Atikoh Ganjar Pranowo.
“Saya background-nya dari pertambangan. Sedangkan pramuka juga mengenalkan geologi. Sebagai anggota Mabi, tugasnya memfasilitasi,” tutur mantan Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Provinsi Jateng ini.
Sujarwanto sudah sejak 2007 menjadi Mabi. Yakni, saat kali pertama diangkat Plt Kepala Dinas Pertambangan dan Energi pada 2007 silam. “Sejak saat itu saya menjadi Mabida, pakaian saya sudah seragam pramuka,” tutur pria kelahiran 4 Desember 1965 ini.
Menurutnya, dengan menjadi pramuka mendorong perilaku positif. Karena “di sini senang, di sana senang, dimana-mana hatiku senang” menekankan bahwa dalam menghadapi segala rintangan itu selalu dengan perspektif positif. Menekankan selalu cinta tanah air, cinta negeri, dan cinta nusantara.
“Pramuka selalu menanamkan nilai-nilai kecintaannya terhadap bangsa dan negara. Maka selalu bersyukur menjadi warga negara. Dia berani melakukan bela negara,” kata bapak tiga putra ini.
Asyiknya menjadi anggota pramuka adalah diajarkan hidup terampil dan ulet, sebagaimana tokoh dalam film lawas MacGyver. “Jadi pramuka mengajarkan seseorang bisa menghadapi rintangan dengan praktis. Tapi dalam kepraktisan itu bisa melakukan terobosan-terobosan atau meski dalam kondisi extra ordinary,” terangnya.
Bagi generasi muda, jangan anggap sepele jika pramuka mengajarkan keterampilan tali temali, morse, dan baris-berbaris. Justru itu pendidikan dasar yang menjadi bekal menghadapi beragam permasalahan. “Semasa saya sekolah dulu, ada pelajaran tentang ilmu pythagoras. Saya justru langsung memahami dengan rumus jarak miring, jarak tegak, dan jarak datar seperti yang diajarkan di pramuka. Itu sangat terpakai,” ingatnya.
Demikian halnya saat di lapangan, mau menyeberang sungai atau naik gunung. Ilmu tali temali sangat bermanfaat. Bahkan, ketika menghadapi ketinggian, bisa langsung tahu caranya mengukur. Maka bisa pakai rumus-rumus yang aplikatif dari pramuka. “Jadi pramuka itu selalu diajak berpikir ilmu terapan untuk menghadapi persoalan-persoalan di sekeliling,” tuturnya.
Misalnya, untuk menguji tentang kecepatan arus sungai. Nah dalam mekanika fluida diajarkan permukaan air mengalir deras, biasanya di dalam arusnya justru lebih deras. Dalam kurva aliran fluida, bisa melayangkan kertas di atas permukaan sungai untuk mengukur kecepatan. Sedangkan kedalamannya bisa diuji dengan mendengarkan suara batu yang dicemplungkan ke dalam air. “Dari situ kita akan tahu, di dalam arus sungai itu, di dalam lebih kencengnya sampai berapa,” jelasnya.
Pastinya, kata dia, pramuka tidak pernah sendiri dalam mengatasi masalah. Maka harus punya jiwa korsa, jiwa kebersamaan, jiwa toleransi, dan saling menghargai dalam satu kelompok. Ini bagian dari pendidikan panjang pramuka. “Makanya pramuka mengajarkan baris berbaris. Dengan pramuka, membangun jiwa kebersamaan dan jiwa korsa,” ujar pria kelahiran Klaten 4 Desember 1965 ini.
Dikatakan, pendidikan itu tidak spontan dan tiba-tiba. Pendidikan itu sepanjang perjalanan waktu. Maka pramuka tak boleh hanya sampai Siaga saja, Penggalang saja, atau Penegak saja. “Harus terus. Maka tuanya berjiwa pramuka,” tandasnya.
Kendati Pramuka sudah ada sejak zaman bahola, tapi sangat adaptif dan tidak mengajarkan sesuatu yang dogmatis dan kaku. Makanya ada banyak satuan karya (Saka) dan satuan komunitas (Sako). Sekarang ada Saka Milenial yang adaptif terhadap perkembangan teknologi. Ada juga Saka Bhayangkara, Saka Husada, Saka Wanabakti, dan Saka Birawa. “Bisa juga membentuk Saka Jurnalis atau Sako Jurnalis,” tuturnya sambil tersenyum.
Bahkan, para orang tua yang berjiwa pramuka tergabung dalam Himpunan Pramuka Dewasa (Himprada). Itu juga ada dalam Kepramukaan Dunia atau World Scout yang kerap melakukan jambore. Bahkan antaranggota pramuka dunia banyak yang sudah berumur, dan tetap memiliki jiwa pramuka. “Kami bangga bertukar cinderamata dan hasduk yang sangat khas dengan bendera negara masing-masing. Selain bertukar pengetahuan dan pengalaman,” katanya.
Terpenting lagi, lanjut dia, di pramuka tak mengenal feodalisme. Justru sangat egaliter antarsesama. “Panggilan kakak adalah bentuk keegaliteran,” tuturnya.
Hal senada diungkapkan Prof Dr Ir Slamet Budi Prayitno MSc. Mantan Ketua Kwarda Jateng periode 2008-2013 dan 2013-2018 ini mengaku sejak kecil sudah lekat dengan dunia kepramukaan. Menurutnya, kegiatan perkemahan dan kegiatan lain dalam pramuka sangat berkesan hingga membuat dirinya aktif di organisasi kepramukaan hingga sekarang.
“Keuntungan ikut pramuka itu kita bisa belajar banyak ilmu, lifeskill (keterampilan hidup), dan belajar budi pekerti mulai dari sikap perilaku, tolong menolong, menghormati orang tua, cinta tanah air, juga toleransi, di mana antara satu dan lainnya menyatu dalam pramuka,” ujar Guru Besar Undip ini.
Prof Budi mengaku, pramuka dapat mengubah seseorang bisa survive di mana saja. Juga profesional, dapat bekerja sama, dan menjadi warga negara yang baik.
“Memang jika kita melakukan sesuatu sendiri dapat selesai lebih cepat, tetapi ketika kita melakukan sesuatu dengan bekerja sama dengan orang lain itu akan lebih komprehensif dan maksimal walaupun membutuhkan waktu yang sedikit lebih lama,” katanya.
Anggota Penasihat Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) ini juga mengakui, pramuka dan pendidikan itu sama. Hanya bedanya pramuka lebih dikemas dengan hal-hal yang menyenangkan, seperti dalam bentuk bermain, perkemahan, praktik, dan lain-lain. “Dalam pramuka orang-orang tidak akan sadar bahwa mereka sedang menjalani unconscious learning atau belajar tanpa sadar. Karena belajar dalam pramuka itu dikemas dengan kegiatan bermain yang menyenangkan,” ungkap pria 66 tahun ini.
Kak Budi – sapaannya dalam pramuka, walaupun semakin tua, entah itu junior atau senior panggilan dalam pramuka tetap adik dan kakak, di manapun itu. Itu menandakan semua anggota pramuka adalah saudara yang merupakan sebuah kekuatan. Sehingga tidak ada anggota pramuka yang akan kekurangan karena di dalamnya akan saling membantu satu sama lain.
Pria kelahiran Purwokerto ini mulai mengikuti pramuka ketika masih menjadi Siaga lalu Penggalang, Penegak, dan Pandega. Pada 1970, Budi dengan regu kancilnya mampu meraih juara pramuka tingkat 4 Jawa Tengah. Pria kelahiran 28 Juni ini, setelah lulus SMA menjadi mahasiswa Undip dan aktif di Racana Diponegoro gugus depan 045 (1978), dan dipercaya menjadi ketua dewan racana yang pertama di Undip. Sejak 1980 sampai sekarang, ia masih menjadi pembina pramuka di Undip.
Diakui, banyak hal yang berubah dalam pramuka, seperti sekarang sejak pandemi Covid-19 nilai-nilai tentang kebersamaan, pendidikan, dan kepedulian yang awalnya banyak kegiatan, ramai orang, saling bertatap muka, tapi sekarang dibatasi. “Solusinya sekarang bisa dengan daring untuk penyampaian materi, dan luring untuk praktik di wilayah masing-masing. Walaupun pertemuan hanya didasari online, tetapi values tidak berubah, hanya caranya yang berubah,” ujar suami dari Dwi Sunarti ini.
Bagi Prof Budi, pramuka tidak hanya untuk mengejar pendidikan melainkan sebuah bakti. “Maka dari itu, tema pramuka tahun ini adalah berbakti tanpa henti,” ujarnya.
Kecintaannya dengan pramuka tidak berhenti dalan negeri saja. Bapak dua anak ini beberapa kali mengikuti kegiatan kepramukaan internasional. Seperti terakhir kali (2017), ia mengkuti leader training kepramukaan di Korea, dan mendapat penghargaan International Friendship Awards Korean Scout Association
Sampai Australia
Ketertarikan Hernowo Budi Luhur terhadap pramuka dimulai ketika menginjak kelas 3 SD.Ia tercatat sebagai anggota pramuka Siaga, jenjang terendah dalam pramuka. Tiada hentinya, ia terus aktif mendalami pramuka hingga saat ini. Pengalamannya di bidang pramuka lumayan banyak. Bahkan pria 55 tahun ini tak hanya mengikuti kegiatan di kota-kota di Indonesia, tapi pernah melalang buana hingga mengikuti Jambore Pramuka di Tasmania, Australia. “Saya mengikuti World Scout Jambore untuk Penegak Pandega pada tahun 1984 sewaktu SMA,” ujar alumni SMA Negeri 1 Ungaran ini kepada RADARSEMARANG.COM.
Menurutnya, perbedaan pramuka di Australia dan Indonesia terletak pada prinsip. Di sana, ditekankan pada hobi saja, namun di Indonesia melingkupi pembentukan mental dan pendidikan karakter. Meski begitu, nilai-nilai dasar kepramukaan tetap sama di seluruh sedunia. Di samping pramuka sekolah, Hernowo juga aktif di Gugus Depan Teritorial Ungaran, sebuah organisasi pramuka yang dikelola oleh wilayah.
Berkat pengalamannya, serta semangat berkecimpung di dunia pramuka, mengantarkan Hernowo menjadi Wakil Ketua Bidang Bina Muda Kwarda Gerakan Pramuka Jateng. Meski sibuk dengan jabatannya sebagai Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, ia tetap menyempatkan waktu untuk pramuka. Setiap ada jambore selalu ikut. Ia mengaku enjoy menjalani kegiatan ini, karena keluarganya sangat mendukung. Apalagi istrinya juga seorang anggota pramuka. Menurutnya, soal pembagian waktu bukan menjadi soal. Sebab, banyak kegiatan yang dilakukan di masa libur.
“Ya, karena saya dipercaya oleh teman-teman untuk menjadi pengurus, otomatis kegiatannya sangat banyak, tapi tidak mengganggu keluarga dan pekerjaan,” tuturnya.
Ia membeberkan, daya tariknya terhadap pramuka berawal dari senang dengan kegiatan outdoor. Ia menilai, pramuka merupakan sarana yang cocok dengan jiwa sosialnya. Ia menyadari, dari kegiatan pramuka ada banyak hal yang dipelajari. Di samping outdoor activity, sedikitnya ada tiga hal, yaitu nilai pendidikan karakter, nilai pendidikan yang terkait dengan kecakapan hidup karena apa saja bisa dipelajari, serta persoalan kecintaan kebangsaan. “Pramuka itu yang mengajarkan kebangsaan secara mendalam, ada maknanya,” tegasnya.
Hernowo mengungkapkan, baginya hal terfavorit dari pramuka adalah berkemah, terutama di alam terbuka. Menurutnya, di sana ia bisa menunjukkan jati diri sebagai makhluk individu dan sosial, dapat mandiri, survive, dan bisa bergaul dengan siapa saja. Sayangnya, di tengah pandemi ini, tidak ada kegiatan pramuka secara fisik mengingat harus menaati protokol kesehatan.
Kendati demikian, sebagai pengurus pramuka, pihaknya tetap melakukan kegiatan pramuka meski secara virtual. Yang terpenting, kata dia, tetap menanamkan nilai dan karakter dalam pramuka. Bahkan, belum lama ini telah dilaksanakan Jambore Raimuna Daerah untuk Penegak secara virtual yang berlangsung selama 16 hari, mulai 13-29 November 2020. Adapun kegiatannya yaitu edukasi, keterampilan, budaya, wawasan dan bela negara, kewirausahaan, serta kepustakaan.
“Tetap ada kegiatan mendirikan tenda di rumah masing-masing. Nah, dari sini kan juga ada pendidikan karakter, bagaimana dia mandiri, melakukan aktivitas bersama keluarga. Ada sisi-sisi lebih yang kita tonjolkan tanpa mengurangi makna dan arti. Kebersamaan secara fisiknya saja yang hilang, namun aktifitas pramuka seperti tali-temali tetap kita ajarkan di situ,” paparnya.
Saat ditanya sampai kapan akan aktif di pramuka, ia dengan mantap menjawab sampai akhir hayat. Hal ini dikarenakan Hernowo mengartikan pramuka sebagai jiwa. Ia pun berpesan, bagi yang belum pernah ikut pramuka, disarankan untuk mencoba dan merasakan berapa menyenangkannya menjadi seorang pramuka. “Tentunya ada hal-hal yang bisa dipetik, diamalkan, dan diwariskan sebagai bentuk kecintaan terhadap bangsa ini,” tegasnya.
Sederet penghargaan yang berhasil ia raih di antaranya Satya Lencana Karya Satya XX Tahun 2011 yang diberikan oleh Presiden RI, Lencana Darma Bakti 2010, Lencana Karya Bakti 2013, Lencana Melati pada 2013, dan Lencana Pancawarsa VI tahun 2018, keempatnya disematkan oleh Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (ida/mg5/mg6/ifa/aro)