RADARSEMARANG.COM – Indonesian Escort Ambulance (IEA) awalnya dikenal sebagai komunitas pengawal ambulan. Tapi sejatinya lebih dari itu, IEA adalah komunitas yang menitikberatkan kemanusiaan dalam gerakannya. Kini tak hanya mengawal ambulans saja.
Sejak memulai gerakannya pada 2016, kini IEA sudah sangat dikenal warga Semarang. Bahkan tergabung dalam relawan kota yang membantu call center memeriksa kejadian.
Koordinator Wilayah Jateng Adityo mengaku sejak awal berdiri, dirinya telah bergabung. Selama empat tahun, ia turut serta mengawal ambulans dan membukakan jalan. Selama itu pula banyak pengalaman menarik yang dialami bersama 22 relawan IEA Semarang lainnya.
“Dulu awalnya Mas Nova pas kerja di Bekasi sering lihat ambulans terjebak macet. Padahal kondisi darurat, tapi pengendara nggak ada yang mau ngalah. Dari sana timbul panggilan untuk membuat suatu gerakan,” ujar Adit kepada RADARSEMARANG.COM.
Setelah melihat respon baik masyarakat, puluhan cabang IEA mulai dibuka di berbagai kota. Struktur kepengurusan dibentuk dan 2017 komunitas diresmikan secara legal. Saat ini, ada sekitar 147 kota yang memiliki komunitas IEA. Kegiatannya pun terus berkembang.
“Ada kegiatan kebencanaan untuk bantu korban bencana. Kemasyarakatan untuk sosialisasi soal perlakuan khusus lalu lintas terhadap pemadam kebakaran (damkar) dan ambulans darurat. Lalu kegiatan sosial berupa bantuan materi dengan berbagai bentuk,” imbuhnya.
Menurutnya perilaku warga Semarang, khususnya pengguna kendaraan bermotor jauh lebih baik ketimbang beberapa tahun lalu. Dulu dalam seminggu bisa belasan kali mendampingi ambulan mengantar pasien. Kini seminggu hanya tiga sampai empat kali. Dengan kegiatan para relawan IEA mendampingi ambulans, perlahan masyarakat mengerti untuk mengutamakan ambulans darurat. Selain itu, sosialisasinya juga berdampak positif. “Sekarang mereka (pengendara) sudah otomatis menepi saat mendengar suara sirine ambulans darurat,” tuturnya.
Dalam aksinya, pihak ambulans biasanya menghubungi komunitas tersebut bila merasa perlu pendampingan di jam padat lalu lintas. Selain itu, pihak pemohon yang minta didampingi juga bisa mengisi form yang langsung terintegrasi dengan kontak admin. Admin menyampaikan di grup agar relawan di lokasi terdekat bisa mendampingi.
Di samping itu, pihaknya juga bekerja sama dengan ambulan hebat. Bila call center Semarang mendapat panggilan darurat, relawan IEA langsung diberi kabar untuk datang ke lokasi. Beberapa yang sering terjadi adalah kecelakaan lalu lintas.
Bila ada permohonan untuk mendampingi ambulans ke luar kota, pihaknya menghubungi relawan IEA di wilayah yang dituju. Misalnya ambulans yang diantar menuju Boyolali, maka ia menghubungi relawan di Salatiga dan Boyolali untuk bersiap mengawal saat relawan IEA Semarang tiba di perbatasan daerah. Sehingga pendampingan luar daerah menggunakan sistem estafet. “Soalnya relawan dari daerah itu kan lebih paham jalan kotanya, jadi lebih efisien dan menghemat waktu perjalanan karena tidak mungkin tersasar,” jelasnya.

Pengalaman menarik lainnya dari seorang relawan mengantar korban kecelakaan tunggal di tengah malam sebelum bulan puasa kemarin. Namun setelah diantar ke UGD Rumah Sakit (RS) Elisabeth dan dihubungkan ke keluarganya, keesokan harinya pasien hilang. Saat diperiksa di administrasi tak tercatat dan tak ada yang merasa menerima pasien tersebut.
“Dulu awal-awal juga sering diumpat. Bahkan teman saya ada yang diludahi. Itu ya karena masih banyak yang belum sadar pentingnya sirine darurat dari ambulans untuk dibukakan jalan,” tandasnya.
Tak jarang para relawan harus menempel pada kendaraan pribadi untuk mendesaknya bergeser dan menepi untuk memberi jalan ambulans. Sebagian tak menggubris kondisi darurat pasien dalam ambulans tersebut. Padahal hal itu sudah diatur di UU Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) bila ambulans darurat memiliki perlakuan khusus di jalan umum.
Meski begitu, ia tetap menikmati kegiatan kerelawanannya. Selain menambah keluarga dan relasi baru, banyak yang mendoakan dan mengapresiasi kebaikan para relawan. Adit pun yakin kegiatan yang dilakukan saat ini juga dapat menjadi bekal di akhirat.
Selain soal pendampingan, IEA Semarang tengah menggalang dana untuk membeli ambulans. Danang, founder Ayo Sedekah telah bergabung menjadi relawan IEA Semarang sejak 2019. Ia turut serta mengembangkan kegiatan sosial di komunitas tersebut. Seperti berbagi nasi bungkus setiap Jumat. Berbagi sembako kepada warga yang terdampak Covid-19. Begitu pula pada banyak kesempatan lainnya.
Untuk biaya operasional komunitas hanya mengandalkan uang kas dari iuran para anggota relawan yang ada. Bila ada yang ingin berdonasi, mereka langsung mengarahkan untuk transfer ke rekening organisasi.

Kawal Ambulans secara Sukarela
IEA kini menjadi salah satu komunitas pemandu mobil ambulans yang eksis di Indonesia. Dalam melaksanakan tugasnya, organisasi ini bekerja secara sukarela dan tidak menerima sepeserpun bayaran.
IEA Magelang sudah terbentuk sejak 3 Desember 2017. Namun baru diresmikan menjadi organisasi dan mendapatkan surat keputusan (SK) tahun 2018. Areanya Magelang Raya.
Iqbal Adi Wicaksono salah satu pendiri IEA Magelang mengaku awal mula terbentuk IEA, masih belum ada masyarakat yang paham tentang prioritas kendaraan ambulans di jalan. Terutama dalam keadaan darurat yang harus menyelamatkan pasien agar bisa segera ditangani di rumah sakit yang dituju.
“Hal ini, yang membuat hati kami tersentuh untuk melakukan pendampingan secara suka rela demi kelancaran mobil ambulans saat di jalan,” ucap Iqbal calon ketua IEA Magelang ke depan.
Iqbal menambahkan awal mula berdiri hanya 12 orang yang tergabung. Namun yang terdaftar ada 10 orang. Sedangkan sampai saat ini, ada 16 anggota resmi, ditambah dengan 10 anggota partisipan. Ia berharap dengan adanya IEA, masyarakat bisa sadar tentang prioritas ambulans. “Ini menjadi salah satu visi dan misi terbentuknya organisasi ini,” kata Iqbal di salah satu Rumah Makan (RM) Ayam Goreng Bu Tatik, kemarin.
Naufal Sandhi Fikrillah, ketua IEA Magelang menjelaskan terkait sistem kerjanya yang insidental. Jika di jalan ada ambulans, maka pihaknya langsung mengenakan pakaian beserta atribut lengkap. “Biasanya kami berikan kode melalui tangan kepada pengemudi ambulans untuk memberikan pengawalan,” tuturnya.
Selain secara insidental, IEA Magelang juga ada group whatsapp yang berisi driver ambulans. “Nah dari situ, para driver mobil ambulans biasanya menghubungi kami untuk meminta bantuan membukakan jalan dan lain-lain,” jelasnya.
Selain pengawalan ambulans, IEA Magelang juga membantu menyediakan ambulans. Meskipun ambulans masih pinjam pihak lain, salah satunya dari PAC Kota Magelang. Kemudian ada juga pertolongan pertama, kebencanaan, dan kegiatan sosial lainnya.
Berkaitan dengan risiko pengawalan, anggota IEA Magelang dibekali dengan pelatihan safety riding dan pertolongan pertama pada kecelakaan, yang dilakukan secara berkala. “Dalam pengawalan, kami selalu mengimbau anggota untuk tetap menghargai kendaraan lainnya, melakukan pembukaan jalan dengan sopan,” ucap Fikri.
Terkait syarat dasar menjadi anggota IEA, di antaranya harus sudah memiliki SIM, KTP, sehat jasmani dan rohani, dan kendaraan tidak full modifikasi. Nanti jika ada anggota baru, harus ikut juga Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD). “Pelatihan ini menjadi syarat penting untuk bergabung di IEA,” ujarnya. (taf/rfk/ida)