28 C
Semarang
Tuesday, 15 April 2025

Menulis untuk Terapi Kesehatan

Guruku Produktif Menulis Buku

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Produktif menulis memang diperlukan. Apalagi untuk guru. Salah satu syarat untuk naik pangkat atau mendapatkan sertifikat profesi adalah kemampuan menulis. Bertepatan dengan Hari Buku Nasional yang jatuh setiap 17 Mei, RADARSEMARANG.COM mengangkat sosok-sosok guru inspiratif yang telah berhasil menerbitkan sejumlah buku.

Heni Riyani, guru Bahasa Inggris SMAN 1 Ambarawa ketagihan menulis. Memang sejak dulu suka menulis tapi belum gemar. Buku harian menjadi halaman awal kegiatan menulis. Sampai sekarang pun masih. “Setelah lulus kuliah S2 tahun 2018 mulai tertarik menulis buku melalui pelatihan. Tahun 2018 berhasil menerbitkan buku debut berjudul Rahasia Hati Bu Guru Hani,” katanya.

Perempuan 42 tahun ini sudah menerbitkan 35 buku. Terdiri dari 3 buku solo, 2 buku duet dan 30 buku antologi berbagai tema. Meskipun sudah mahir menulis ia juga masih mengikuti pelatihan menulis artikel juga banyak diikuti baik secara offline maupun online. Salah satunya bersama RADARSEMARANG.COM.

Semua tak semulus jalan tol. Tantangan menulis sering sekali ditemui. Tidak menemukan ide, keluhnya. Jika hal tersebut terjadi, Heni melakukan kegiatan jalan-jalan. Mengamati sekitar teruma jika pergi ke tempat baru. Dari situlah ide-ide berlomba muncul. “Saya menanamkan menulis itu terapi kesehatan. Jadi bawaannya seneng kalau nulis. Karena ini soal perasaan atau emosi,” curhatnya.

Sebagai guru yang berhadapan langsung dengan para peserta didik generasi milenial, ia menanamkan pentingnya kemampuan menulis. Heni tekankan bahwa dalam mempelajari bahasa Inggris, kemampuan menulis menjadi salah satu skill yang penting untuk dikuasai. Menulis bisa dilakukan setiap saat melalui media gawai yang dimiliki para peserta didik.
“Kadang biar anak-anak tidak bosen saya minta nulis. Mengarang apa saja yang mereka mau, biar terasah kemampuannya,” ungkapnya sambil tertawa.

Dari situ lah Heni terpikir mengajak teman-teman yang memiliki ‘passion’ dalam menulis buku. Dengan komitmen ia membentuk komunitas guru menulis yang terdiri dari lima orang guru bernama Pancawati. Pada 2019, Pancawati mulai bergerak menciptakan karya berupa artikel di media masa juga buku karya baik buku solo maupun antologi. Selanjutnya buku-buku tersebut juga dipersembahkan untuk menambah koleksi bacaan di perpustakaan sekolah. Secara pribadi, buku karya pun bisa dijual secara mandiri oleh para penulisnya melalui komunitas guru MGMP dan jejaring sosial secara online. Pancawati yang memiliki slogan SUPER (Sportif, Unggul, Penggerak, Elegan, dan Responsif) diharapkan menjadi wadah yang positif untuk memajukan gerakan literasi di sekolah khususnya di SMAN 1 Ambarawa melalui karya yang dihasilkan.

“Ada kebanggaan tersendiri jika menulis terus terbit. Ini yang masih terus saya lalukan ke teman-teman guru lainnya. Saya yakin semangat yang kita tularkan pasti tertarik. Jadi tidak hanya karena sertifikat saja tapi bisa menulis buku sendiri hingga terbit,” jelasnya. (maria.novena/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya