RADARSEMARANG.COM – Selain Lumpia, Roti Ganjel Rel merupakan makanan khas Kota Semarang. Apalagi dalam tradisi Dugderan atau perayaan menyambut Ramadan, roti ini selalu dibagikan kepada masyarakat dan menjadi rebutan.
ROTI Ganjel Rel sangat identik dengan Dugderan. Bahkan ada yang meyakini, berkah dari makan roti tersebut, maka puasa selama Ramadan tidak akan ada ganjalan, semua lancar. Pikiran menjadi tenang dan jernih.
Karena itulah, Aunil Masjuki, ditunjuk Wali Kota Semarang menjadi pembuat Roti Ganjel Rel untuk tradisi dugderan setiap tahun menjelang Ramadan. Ia dipercaya sejak 2009 hingga saat ini.
“Saya dulu hanya membuatnya ketika ada pesanan. Tapi sekarang, saya kembangkan jadi usaha,” kata owner Roti Ganjel Rel Masjuki kepada RADARSEMARANG.COM.
Aunil menjelaskan, cita rasa jajanan ini tidak seperti roti kebanyakan yang memiliki tekstur empuk. Ganjel Rel justru memiliki ciri khas tidak lembut, dan sedikit keras. Namun, daya tarik roti ini ada pada aroma dan rasa yang kaya akan rempah. Sebagai warga asli Semarang, ia tahu persis seperti apa komposisi roti ini.
Roti Ganjel Rel sendiri merupakan paduan kue Belanda Ontbijtkoek yang diberi toping kenari atau kacang almond. Teksturnya lebih padat dari cake serta kaya rasa rempah. Tranformasi menjadi Ganjel Rel atau Roti Gambang -karena bentuknya mirip alat musik gambang- dikarenakan zaman dulu masyarakat Indonesia memiliki keterbatasan alat, ketersediaan bahan, dan biaya.
“Makanya dibuat roti yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. Karena zaman dulu telur dan tepung masih sangat langka dan mahal,” jelasnya.
Berbeda dari Ontbijtkoek, toping roti Ganjel Rel menggunakan wijen karena lebih terjangkau. Namun, rempah yang terkandung tetap sama seperti rempah kembang lawang, kayu manis, cengkeh, dan lain-lain. Selain itu, bahan yang digunakan yaitu tepung terigu, margarin, gula palem, garam, telur, dan sebagainya.
Kini, Aunil semakin berkreasi membuat roti Ganjel Rel. Ia membuat inovasi roti Ganjel Rel menjadi kue kering atau dinamakan Ganjel Rel Krezz. Menurutnya, inovasi ini menjadi solusi supaya Roti Ganjel Rel yang umumnya hanya bertahan enam hari menjadi lebih awet.
Tak hanya itu, ia juga memodifikasi roti ini menjadi Pay Ganjel Rel. Jika biasanya diisi buah jeruk dan kiwi, Aunil mengubahnya menjadi isi Roti Ganjel Rel. “Rasa gurih dari pay berpadu dengan manis legitnya Ganjel Rel. Tentu ini model kekinian supaya tidak monoton,” paparnya.
Nantinya, Ainul akan membuat inovasi Roti Ganjel Rel dengan paduan kurma dan kismis. Demi memuaskan pelanggan, ia juga menyediakan bahan jadi Roti Ganjel Rel yang bisa dibuat sendiri di rumah.
Lebih lanjut Aunil menambahkan, seperti kebanyakan usaha yang mengalami penurunan pada masa pandemi Covid-19, ia pun sama. Namun, momen ini ia jadikan ajang untuk terus memperbaiki roti buatannya. Ia menyebutkan, terus berinovasi dengan meningkatkan kualitas, legalitas, dan komunitas.
Ia menjelaskan, dari segi kualitas roti buatannya jauh lebih baik dari sebelumnya karena selama pandemi ia terus memperbaiki rasa. Kemudian sisi legalitas, UMKM miliknya kini sudah mengantongi izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) dan Halal yang berarti sudah layak edar dan layak konsumsi. Terakhir, jaringan komunitas yang semakin banyak. Apalagi ia di bawah naungan Dinas Koperasi, tentunya memiliki kolega yang semakin luas.
“Alhamdulillah pandemi jadi produktif. Inovasi ini menjadi kunci bagi UMKM yang mau naik kelas,” tegasnya.
Adapun untuk pemasaran, selain melayani pesanan ia juga merambah e-commercial melalui akun @Oemah Gandjel Rel. Tidak hanya terjual di lokal saja, seperti Salatiga, Jogjakarta, Surabaya, Tegal, namun sudah terjual hingga Kalimantan dan Papua. (ifa/ida/ap)