RADARSEMARANG.COM – Menyalurkan hobi menjadi prestasi. Itulah moto klub sepak bola perempuan di Karesidenan Kedu bernama Ratu Kota FC. Klub ini kerap disebut Ratu Kota Plat AA, karena pemainnya berasal dari Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo.
Anggotanya tak hanya dari kalangan siswi SMP, SMA, kuliah, tapi yang sudah bekerja dan berkeluarga juga. Basecamp-nya berada di Magelang. Tempat latihan rutin di lapangan depan SMP 7 Magelang. “Saat ini, kami memiliki 40 pemain perempuan,” kata sang perintis klub Dwi Purwanti.
Dwi mengungkapkan awal mula Ratu Kota FC terbentuk tahun 2016. Sempat vakum pada 2017, lantaran Dwi fokus mengerjakan skripsi. Baru tahun 2018, eksis hingga sekarang. “Aku usahain biar tim tetap ada, nggak mati. Aku nggak mau ngulangin vakum, gara-gara ngurus skripsi. Setelah aku pikir-pikir sayang banget, karena yang minat dan ingin gabung banyak banget,” ungkapnya.
Apalagi saat ini ada dua kompetisi bergengsi di sepakbola perempuan, yakni Piala Pertiwi yang digelar setiap tahun di masing-masing provinsi dan Piala Kartini. Prestasi Ratu Kota FC sejauh ini mampu memboyong Piala Pertiwi tahun 2019 sebagai juara tiga.
Sayang tahun 2020 tak ada kompetisi lantaran pandemi Covid-19. Meski begitu, untuk menjaga kebugaran fisik anggotanya, Ratu Kota FC sering mengadakan sparing ataupun kompetisi yang berbasis kedaerahan dengan tim lain. “Sebenarnya sudah menyiapkan tim buat ajang yang paling ditunggu-tunggu untuk bertanding di Piala Kartini. Tapi karena Covid-19 jadi batal. Jadi kami ikutnya yang tarkam dan trofeo antar daerah,” tutur pemain yang berposisi sebagai centre beck ini.
Tak jarang Ratu Kota FC juga melakukan sparing melawan tim sepakbola laki-laki. “Soalnya tim sepak bola perempuan di daerah sini, cuma itu-itu saja. Bosen kan. Ya sudahlah nyoba main sama laki-laki,” katanya.
Sedangkan sumber pendanaan klub masih swadaya. Bersyukur, ada beberapa sponsor yang tertarik dan membantu dalam pembuatan jersey. Apalagi banyak anggota Ratu Kota FC sudah bekerja dan punya usaha sendiri. Sponsor terkadang berasal dari anggota sendiri.
Bagi anggota yang sudah berkeluarga, biasanya punya suami penyuka bola. Terkadang, suami dan anak tersebut menonton dari pinggir lapangan. Sedangkan bagi ibu hamil, vakumnya saat sedang hamil saja. “Setelah dia lahiran selang beberapa bulan ada agenda main lagi,” katanya.
Untuk menjaga eksistensi tim, Dwi memanfaatkan potensi sosial media. Dengan publikasi kegiatan Ratu Kota FC yang rutin, sukses menarik banyak orang untuk bergabung. “Tidak ada batas usia untuk bergabung. Bagi wanita yang belum bisa main bola pun diperbolehkan bergabung. Dengan catatan, ada kemauan dan komitmen untuk mengikuti latihan dan bermain,” tuturnya.
Dwi melihat potensi sepakbola wanita ke depan bisa berkembang. Peminatnya sudah banyak. Apalagi kalau ada kompetisi yang intensif. Ke depan, Dwi hendak memperkenalkan sepakbola wanita kepada petinggi pemerintahan. “Bahwa ini lho Pak di Magelang ada tim sepak bola perempuan, bahkan sudah dikenal di luar kota Magelang,” tegasnya. (cr2/ida)