27.1 C
Semarang
Thursday, 9 October 2025

Susah Sinyal, Datangi Siswa ke Rumah untuk Mengajar

Pendidikan Tak Boleh Kalah oleh Pandemi Covid-19

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pembelajaran daring, guru dan siswa dihadapkan pada banyak kendala. Namun, belajar tak boleh berhenti. Banyak upaya dilakukan agar pendidikan tak berhenti gara-gara pandemi.

Jaringan internet yang susah di perbukitan Menoreh, Kabupaten Magelang bukan halangan bagi Henricus Suroto untuk tetap mengajar. Guru honorer SD Kanisius, Kenalan, Kecamatan Borobudur ini rutin mendatangi siswa dari rumah ke rumah. Ia sudah menjalani kegiatan tersebut sejak April 2020. Suroto melakukannya secara sukarela tanpa mengharap bayaran lebih.

Jumat (30/4/2021) pagi, kondisi badan Suroto sedang tidak sehat. Ia tengah sakit gigi. Namun itu bukan alasan. Ia sudah telanjur ada jadwal mengajar di rumah salah satu siswa. Jaraknya 4 kilometer dari SD Kanisius, Kenalan. Suroto mengajak wartawan koran ini mengikuti kegiatannya. Pria 60 tahun tersebut dengan sabar mendatangi siswa di rumah masing-masing.

“Hari ini (Jumat, Red) ada dua siswa yang akan saya ajar. Dijadikan satu sekalian biar mudah,” ujar Suroto. Dua siswa tersebut tampak antusias ketika Suroto datang. Mereka segera mendekat sembari membawa tas cangklong berisi buku pelajaran. Dengan sabar Suroto menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia. Kurang lebih 40 menit Suroto memberikan pelajaran.

Kata Suroto, pembelajaran secara langsung lebih maksimal, dibandingkan daring. “Dulu pernah coba daring, tapi banyak yang nggak bisa ikut. Karena terkendala sinyal. Dan tidak semua orang tua punya HP,” kata bapak dua anak ini.

Ia tergerak mendatangi siswanya untuk memberikan pelajaran. Agar mereka tidak ketinggalan materi. Mengingat kegiatan pembelajaran di sekolah belum diizinkan. “Sebagai guru saya memiliki tanggung jawab untuk mengajar. Tidak sekadar memberikan tugas,” ungkapnya. Suroto menyadari di daerah pedesaan peran guru sangat dominan. Mayoritas orang tua sibuk bertani, sehingga untuk mendampingi anak belajar daring sangat terbatas. “Di samping itu tidak semua orang tua paham tentang teknologi,” katanya kepada wartawan koran ini.

Kegiatan mendatangi siswa itu dilakukan rutin empat hari selama seminggu. Ketika tidak ada jadwal piket di sekolah. Ia dituntut untuk bisa membagi waktu. Terlebih selain menjadi guru, Suroto juga peternak sapi. “Kalau pagi ngajar siswa. Sore cari rumput untuk pakan ternak hehe,” kata Suroto sembari tertawa.

Sebenarnya ia sudah pensiun pada 2019. Saat usianya 58 tahun. Namun ia memilih mengabdi kembali di SD Kanisius, Kenalan. Baginya profesi guru adalah pengabdian. “Selama saya masih dibutuhkan sekolah saya akan terus mengajar. Tidak tahu sampai kapan,” jelasnya. (man/lis)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya