RADARSEMARANG.COM – Keberadaan kartini milenial sejalan dengan situasi dan kondisi sosial, budaya. Tak hanya itu ekonomi saat ini pun sudah sebagai diambil alih kartini milenial. Saat ini, kartini milenial bisa mendapatkan akses dengan lebih mudah dalam upaya mencapai tujuan mereka.
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Semarang Peni Yulianingsih mengatakan, kartini milenial juga memiliki kecerdasan dan kreativitas untuk disalurkan sesuai minat dan bakat mereka. Yang selanjutnya dapat menjadikan mereka pribadi-pribadi yang mandiri. “Tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri sebenarnya, di tengah pandemi yang belum selesai, kartini milenial banyak yang berjuang di garda depan untuk membantu orang lain,” katanya Selasa (20/4/2021).
Peni menyadari peringatan hari Kartini tahun ini tentu berbeda dari peringatan-peringatan sebelumnya. Peringatan yang biasanya diselenggarakan melalui tatap muka, kini harus digelar lewat tatap maya. “Meski lewat virtual tapi rasa bangganya tetap terasa. Tetapi tidak mengurangi semangat kami untuk memperingati hari lahir pahlawan emansipasi,” lanjutnya sambil menunjukkan kegiatan ibu-ibu PKK muda.

Semangat itu pula yang ia gunakan untuk tetap aktif melakukan monitoring dan evaluasi (monev) di 19 kecamatan. Harapannya, ia dapat mengetahui pelaksanaan 10 program PKK mulai dari tingkat Dasa Wisma (Dawis) sampai ke jenjang atas. Tentu untuk membangun sinergitas dawis hingga ke tingkat kabupaten. “Selain itu, juga untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di kecamatan, keluarahan/desa, sampai ke tingkat dawis yang kemudian kita carikan solusinya. Prinsip saya persoalan harus segera dilaporkan jangan tunggu menumpuk,”ungkap perempuan yang juga aktif di Dekranasda dan Bunda PAUD Kabupaten Semarang ini.
Sejak Ngesti Nugraha belum menjabat sebagai bupati Semarang, ibu satu anak ini rutin memasak. Menyiapkan sarapan, makan siang, hingga malam merupakan kegiatan rutin Peni yang harus dilakukannya sendiri. Terlebih ketika Ramadan, ia tentu sibuk menyiapkan buka dan sahur untuk keluarga. Tidak hanya keluarga, staf rumah dinas pun ikut buka dan sahur bersama. “Mereka kan sama seperti kita. Makan juga tidak perlu dibedakan. Bapak dan saya makan ayam, semua staf juga makan ayam,” imbuhnya. (ria/ton)