RADARSEMARANG.COM – Setelah kasus covid-19 pertama terkonfirmasi di Indonesia, seluruh negeri diwajibkan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama kurang lebih tiga bulan. Karena jenuh lama berdiam di rumah, pada Juni 2020 warga Dusun Salamkerep, Kelurahan Gondoriyo, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang yang diinisiasi Karang Taruna membentuk Wisata Sobo Alas di hutan tepi jalan desa.
Awalnya sudah ada penjual es kelapa muda membuka warung di sana. Melihat potensi wilayah yang teduh, asri dan strategis di pinggr jalan raya, karang taruna mengajukan ide wisata kuliner. Hal itu direspon baik oleh Ketua RW Rudi Isnawan.
Pihaknya ikut membantu menggandeng warga dan membuka peluang bagi yang ingin ikut berjualan. Selain itu ia mengurus izin penggunaan lahan ke Perhutani selaku pengelola hutan. “Masyarakat kan jenuh, butuh hiburan tapi nggak boleh pergi jauh. Jadi ini bisa jadi alternatif untuk refreshing,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM di salah satu warung kuliner di Sobo Alas.
Dalam pengembangannya, dekorasi kawasan dilakukan secara bertahap. Semua dikelola dengan swadaya. Mulai dari mengakomodasi 15 stan warung kuliner. Semuanya berasal dari warga desa setempat. Mulai dari ceriping, sosis bakar, mi ayam, bakso, es gempol, tahu gimbal hingga menu andalan nasi ketul tersedia. Sedangkan minuman favorit selain es degan, terdapat minuman alami jahe serai, secang, kayu manis (jaseka).
Kemudian penataan tempat, kursi dan meja menggunakan ban bekas. Sebagian lainnya lesehan. Lembaran kain panjang atau hammock beraneka ragam warna disampirkan ke pohon sebagai tempat bersantai. Begitu pula payung warna-warni. Di belakang terlihat ban bekas digantung berjajar rapi diantara pohon dengan tulisan Sobo Alas. “Beberapa bulan lalu vakum dulu karena musim hujan dan lokasi becek tak bisa digunakan bersantai. Jadi sekarang belum banyak warung yang buka berjualan lagi seperti tahun lalu,” jelasnya.
Saat koran ini tiba, hanya terdapat dua warung yang buka. Es degan dan sosis bakar. Itu pun mereka tetap memiliki pengunjung yang mampir menjajakan uangnya.
Pada saat akhir pekan Rudi menuturkan Sobo Alas lebih ramai. Apalagi sebelum vakum. Saat wisata kuliner masih aktif dan terkoordinir dengan baik, di akhir pekan dapat diperkirakan sekitar 500 pengunjung yang datang dan pergi. Uang hasil parkir saat itu pernah mencapai angka Rp 700 ribu. Kemudian digunakan kembali untuk kebutuhan pengembangan wisata oleh karang taruna setempat. “Rencana jangka panjang nanti kami juga ingin membuka bumi perkemahan dan outbond untuk anak-anak di sini,” terangnya.
Pemanfaatan lingkungan hutan menjadi tempat wisata juga pernah dilakukan warga Kelurahan Bendan Duwur, Kecamatan Gajahmungkur, Kota Semarang. Kawasan Gunung Talang pada November 2019 lalu dijadikan objek wisata Swargo Langit. Untuk sampai ke tempat tersebut, wisatawan bisa lewat tiga arah. Dari arah Sekaran, Jalan Menoreh Raya atau Jalan Karangrejo Raya. Ketiga jalan ini bertemu di daerah jembatan besi Sampangan. Kawasan hutan kota Gunung Talang tak jauh dari jembatan besi.
Meski tergolong baru, tapi kini kondisinya terbengkalai. Jalan yang dilalui untuk menuju tempat ini cukup terjal dan menanjak. Suasana sepi, walaupun ada rumah penduduk di sekitar lokasi wisata. Hutan terasa cukup singup. Properti wisata dan bangunan padepokan di lokasi tersebut rusak, seperti telah lama ditinggalkan. Di sisi lain, tempat wisata ini memiliki suasana yang adem, rindang, dan banyak suara-suara burung berkicauan. Lapak-lapak di tempat ini tak lagi buka. “Karena kondisi Covid, jadi ditutup sementara dan menunggu izin satgas Covid kecamatan untuk dibuka,” ungkap Ketua Pengelola Suwarso Kamis (25/3/2021). Rencananya Swargo Langit akan dibuka kembali setelah Lebaran 2021.
Sebelum ditutup, banyak wisatawan berkunjung ke sini setiap Sabtu dan Minggu. Sejumlah kegiatan disuguhkan. Misalnya senam pagi, pentas budaya, hingga live musik. Ada juga spot foto, tempat duduk, dan kuliner UMKM. “Belum dipungut retribusi dan masih bebas biaya masuk,” jelas Suwarso.
Ketua RW 02 ini menambahkan, wisata ini dikelola oleh masyarakat RW 02, 03, dan 07. Dana yang digunakan merupakan hasil swadaya masyarakat.
Rencananya bangunan padepokan tersebut akan direvitalisasi bersama Dinas Penataan Ruang (Distaru) Kota Semarang. Bangunan akan dibuat dua lantai supaya memiliki kapasitas yang lebih banyak, dengan memperhatikan estetika bangunan dan tidak merusak lingkungan hutan. Selain itu akan ada penambahan spot-spot wisata di sekitar Gunung Talang. Adanya Wisata Swargo Langit diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat terhadap Gunung Talang yang tadinya seram menjadi tempat wisata yang edukasi, ekosistem, dan wisata (ekowi). (cr1/mg6/mg7/ton)