RADARSEMARANG.COM – Berat badan ideal tak melulu berhubungan dengan penampilan yang lebih menarik. Menurut dokter spesialis gizi dr. Martha Ardiaria M.Si.Med, menjaga berat badan agar ideal adalah salah satu upaya untuk menjaga kesehatan dan menjauhkan seseorang dari berbagai penyakit yang dapat timbul di kemudian hari. Orang yang mengalami kegemukan, tambahnya, akan memiliki risiko peradangan yang lebih dibanding orang lemaknya sedikit. Ketika terjadi inflamasi atau peradangan maka akan timbul serentetan mekanisme lainnya yang akan menimbulkan penyakit.
“Itulah pentingnya kita perlu menjaga berat badan supaya tetap di kisaran ideal. Sebenarnya bukan karena cantik atau tidak cantik, tapi memang dari sisi medis, tidak gemuk itu lebih sehat dibanding gemuk.,” ujar Martha kepada RADARSEMARANG.COM.
Umumnya orang akan bertambah berat badan ketika energi yang dikeluarkan lebih sedikit daripada energi yang masuk. Sehingga jika kita makan secara berlebihan tetapi aktifitas fisik yang dilakukan kurang, energinya menjadi tidak seimbang. Akibatnya, kelebihan energi tersebut akan disimpan ke dalam tubuh dalam bentuk lemak. Jika ini terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama maka simpanan energi dalam tubuh akan semakin banyak sehingga berat badannya akan semakin bertambah. Selain itu bisa karena hal lain seperti penyakit dan kelainan hormonal.
“Obesitas dikatakan sebagai penumpukan jaringan lemak yang berlebihan. Jadi kalau badannya besar tapi yang besar itu ototnya, itu tidak bisa dibilang kegemukan,” jelas perempuan kelahiran 7 Maret ini.
Orang yang mengalami kegemukan rentan terkena gangguan kesehatan baik secara struktural maupun metabolisme. Secara struktural, kegemukan berlebih dapat menyebabkan gangguan sendi karena tubuh kita harus menyangga berat yang berlebih. Secara metabolisme, akan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif yang lain seperti darah tinggi, jantung koroner, diabetes, struk, kencing manis, gangguan pencernaan, dan sebagainya. “Jangankan gemuk sampai lebih dari seratus kilogram, overweight yang rendah saja bisa menyebabkan masalah kesehatan di masa mendatang,” tegasnya.
Oleh sebab itu, ia menyarankan agar orang yang mengalami kegemukan menurunkan berat badannya. Namun, penurunan ini harus dilakukan secara bertahap dengan waktu yang lama. Perempuan asal Semarang ini menjelaskan, tubuh memerlukan adaptasi dengan perubahan metabolisme ketika seseorang menurunkan berat badannya. Supaya upaya untuk menurunkan berat badan itu tidak menimbulkan masalah baru untuk kesehatan.
“Karena jika dicapai secara instan, kemungkinan besar akan menjadi gemuk kembali,” kata dosen gizi di Fakultas Kedokteran Undip Semarang ini.
Lebih lanjut, Martha memberi tips untuk orang-orang yang ingin menurunkan berat badannya dengan cara yang sehat. Di antaranya, mengurangi energi yang masuk, dengan mengatur pola makan, waktu makan, porsi makan, dan meningkatkan energi yang keluar dengan cara yang sehat seperti olahraga. Untuk waktu dan instensitas olahraga tersebut perlu ditingkatkan dari yang paling ringan, sedang dan berat. “Jadi tidak boleh langsung yang berat juga, ada risikonya,” ujarnya.
Ia menambahkan, jenis olahraga yang direkomendasikan untuk orang yang gemuk berlebihan adalah berenang dan bersepeda karena beban di persendian tidak terlalu berat. Sedangkan yang tidak disarankan adalah lari, atau jalan kaki jauh karena tidak aman untuk sendi yang harus menopang berat badan yang besar. “Nanti kalau berat badannya sudah turun olahraganya bisa divariasikan,” tuturnya.
Diet secara ekstrim sangat tidak ia sarankan, meskipun tujuannya adalah untuk menurunkan berat badan secara cepat. Sebab, tubuh tetap memerlukan gizi. Kekurangan zat gizi dalam jangka panjang sama bahayanya dengan kegemukan karena sel-sel jadi tidak bisa bekerja secara optimal jika gizi yang masuk tidak optimal.
“Jadi kalau mau berdiet harus diperhatikan kelengkapan dan keseimbangan komposisi makanannya. Tetap harus beraneka ragam tapi harus dipilah mana yang baik dan mana yang berbahaya.” (mg1/ton)