RADARSEMARANG.COM – Sungai Babon yang mengaliri wilayah Boja, Kabupaten Kendal dan Sungai Cangkiran, Kota Semarang, saling bertemu di hilir. Pertemuan sungai itu disebut warga sebagai Sungai Blorong, mengalir ke arah Gondoriyo, Kota Semarang. Limpasan sungai tersebut, menyebabkan banjir bandang pada Kamis (19/11/2020) lalu.
Limpasan sungai ini, merendam Perumahan Puri Delta Asri 2, Mijen, Kota Semarang setinggi 1,6 meter pada Kamis (19/11/2020) lalu. Sebanyak 150 rumah terendam dan satu rumah rusak. Bahkan di Kawasan Gabo membanjiri 10 rumah, dan tiga rumah rusak. Dua RT di Kawasan Jatisari, ada 15 rumah kemasukan air. Termasuk di daerah Sabhara satu rumah tergenang air. Kawasan Tambangan enam rumah rusak berat. Banyak barang milik warga hanyut terbawa sungai. Ada dompet, surat-surat, tong sampah berserakan, termasuk handphone juga hilang.
Ketua RW 5, Cangkiran, Kota Semarang, Wahyu Dadyo Nugroho, mengaku banjir di Perumahan Puri Delta Asri 2 tersebut kali kedua, setelah yang pertama sekitar enam tahun lalu.
“Yang pertama dulu hanya selutut orang dewasa, tidak sampai merendam rumah. Cuma rumah yang dulu jebol, banjir kemarin jebol lagi. Rumahnya dihuni Pak Nur Kholis,” kata Wahyu Dadyo yang sudah sembilan tahun tinggal di perumahan tersebut.
Saat kejadian 19 November, ia bersyukur rumahnya tidak tergenang air. Namun ia bersedih karena 150 rumah warganya tergenang banjir. Padahal banjir itu hanya sebentar dari pukul 18.00 hingga 21.00. “Kejadian itu, awalnya masuk dari RT 1, berangsur-angsur masuk sampai RT 4. Yang aman RT 5, tergolong dataran tinggi. Penyebabnya meluapnya sungai Cangkiran dan Babon menuju Sungai Blorong,” jelasnya.
Beda dengan warga yang menghuni rumah di depan PAUD Gugus Kenanga Perumahan Puri Delta Asri 2, Rini. Menurutnya, semula hujan turun deras. Tiba-tiba saluran irigasi di belakang dan samping rumahnya semakin deras dan menghantam dapur. Akibatnya, belakang kediamannya langsung roboh, beruntung tidak seluruh rumahnya hancur.
“Alhamdulilah sudah dapat bantuan dan diperbaiki. Beruntung penghuni rumah pas kejadian sudah mengungsi di daerah yang lebih tinggi. Salah satunya di masjid yang ada di RW 5,” kata Rini, warga Puri Delta Asri 2, D 43, RT 3, RW 5, Cangkiran, Semarang.
Kawasan perumahan tersebut dihimpit dua sawah dari Kendal dan Semarang. Akibat meluapnya dua sungai, terjadilah penumpukan air. Sungai yang mengaliri irigasi ini langsung seketika masuk ke dalam rumah warga.
“Bantuan sudah diajukan ke DPU dan Disperkim. Cuma yang sudah Disperkim. DPU belum turun, tapi informasinya akan diturunkan normalisasi parit di Jatisari,” sebutnya.
Pascabanjir, kini rumput di kiri dan kanan bantaran sungai tampak merunduk pascaterhempas banjir. Banyak sampah tersangkut di area sungai yang sudah surut. Sedangkan di area irigasi milik warga Puri Delta Asri 2, banyak sumbatan sampah. Ada pula pohon yang akarnya sampai terlihat akibat derasnya banjir waktu itu.
Camat Mijen Moh Agus Junaidi mengatakan, banjir tersebut diakibatkan curah hujan ekstrem yang cukup lama. Drainase di lingkungan perumahan warga yang dekat dekat sawah harusnya dibuat drainase khusus. Saat ini, hanya ada drainase dari sawah masuk selokan warga. “Makanya saat curah hujan tinggi, air masuk ke perumahan warga,” jelasnya.
Atas kejadian itu, pihaknya sudah mengambil langkah cepat. Salah satunya, saluran drainase sepanjang jalan menuju perumahan segera dilakukan normalisasi. Bahkan sudah akan dikerjakan oleh DPU. Meski begitu, pihaknya berharap, warga masyarakat bisa menjaga pola hidup sehat dan tidak membuang sampah sembarangan, apalagi membuang sampang di sungai. “Kami kerahkan alat berat sampai 10 truk. Yang jelas akan kami normalisasi saluran air,” sebutnya.
Terkait banjir tersebut, kilahnya, tidak ada kesalahan akibat banyaknya perumahan. Meski saat ini banyak tumbuh pengembang kecil, sedang, maupun besar. Menurutnya, para pengembang sudah membangun di zona yang diperbolehkan. “Perumahan juga kebutuhan warga. Tapi, selama saya jadi Camat Mijen, belum ada yang mengajukan perumahan besar,” ujarnya.
Pihaknya memastikan, dalam waktu dekat mendatangkan alat berat. Untuk melakukan pengerukan di kawasan drainase milik warga. Mulai dari makam, jalan utama, Cangkiran sampai Sungai Blorong. Akibat banjir tersebut, pihaknya sudah memberikan imbauan melalui RW, agar tidak membuang sampah sembarangan, melakukan gotong royong membersihkan lingkungan dan antisipasi kejadian banjir.
“Dengan tumbuh kembangnya wilayah, banyak berdiri ruko dan lainnya. Banyak saluran tersumbat, bahkan tidak berfungsi. Kami sekarang melakukan koordinasi dengan DPU dan sudah mendatangkan dua eksavator untuk normalisasi saluran di Jatibarang dan Wonolopo,” jelasnya.
Adapun total wilayah yang dipimpinnya, memiliki 79 ribu jiwa. Terdiri atas 14 kelurahan. Ada 473 RT dan 87 RW. Saat banjir terjadi, ada 7 RW dari lima kelurahan. Paling parah di Jatisari ada dua di RW 7 dan RW 6. Untuk kelurahan terdampak di Cangkiran, Tambangan, Jatisari, Mijen, Wonolopo dan Jatibarang
“Paling berdampak Kelurahan Tambangan, kawasan Sidorejo, Gabo, dan Kawasan Cangkiran Perumahan Puri Delta Asri. Saat banjir, area persawahan Wonolopo terendam air. Ada kawasan Mina Padi kena banjir, padahal ada 7.000 benih ikan, baik kecil maupun ukuran siap makan. Untuk Jatibarang, kantor kelurahan tergenang air,” sebutnya. (jks/ida)