28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Pemasaran lewat Reseller, sudah Go Internasional

Kreasi Sambal Tawarkan Ragam Cita Rasa

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Makan terasa kurang tanpa sambal. Begitulah yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sambal tidak hanya menawarkan rasa pedas, namun menambah nikmat cita rasa suatu makanan. Kini sambal banyak ragamnya. Di Kota Semarang ada kreasi sambal yang patut dicoba. Salah satunya Sambal Tjap Lombok Oedel.

Makan terasa kurang tanpa sambal. Begitulah yang dirasakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Sambal tidak hanya menawarkan rasa pedas saja, namun menambah nikmat cita rasa suatu makanan.

Kini, macam sambal sangat beragam. Tidak hanya sambal terasi atau bawang saja yang memang selama ini terkenal di masyarakat. Banyak kreator makanan mengembangkan berbagai jenis sambal. Seperti sambal teri, sambal pedo, sambal cumi, sambal matah, dan masih banyak lainnya. Salah satu yang menawarkan hal tersebut di Semarang adalah Sambal “Tjap Lombok Oedel”.

Sang pemilik sekaligus pencipta resep Sambal “Tjap Lombok Oedel”, Indah Roesdiatmoko menuturkan, pada awalnya terjun ke bisnis kuliner ia justru menggeluti dunia baking. Di mana lebih tertarik untuk membuat dan menjual berbagai macam kue dan cookies. Namun berjalannya waktu, ia merasa jenis bisnis tersebut terlalu mengandalkan momen tertentu. Seperti Lebaran atau Natal saja baru ramai. Akhirnya, ia berpikir bisnis makanan yang selalu dibutuhkan orang setiap hari dan selalu habis. Lalu muncul ide membuat sambal dengan berbagai varian.

“Hampir semua orang tiap hari makan sama sambal. Nah, kenapa saya tidak memanfaatkan itu saja untuk bisnis saya,” ujarnya mengenang.

Indah pun akhirnya mulai serius memasak sambal. Namun tidak berarti langsung diperjual belikan. Awalnya hanya membagikan untuk keluarga dan rekannya saja. Hingga suatu saat ada seorang teman yang memesan sambal miliknya 50 botol. Momen tersebut yang membuatnya yakin produknya ternyata memiliki nilai ekonomis.

“Saat itu pesen belum ada mereknya. Tapi dia percaya. Dan di situlah muncul keyakinan bahwa sambal saya enak dan layak untuk dijual,” ujarnya.

Saat itu ia hanya memiliki satu rasa sambal saja. Yakni Sambal Teri Medan. Namun lama-lama banyak pembeli yang meminta varian lain. Mau tidak mau, Indah pun akhirnya mulai berinovasi. Dengan mengembangkan racikan sambal dari berbagai bahan berbeda, akhirnya Indah berhasil menciptakan delapan varian baru. Yakni sambal peda, teri merah, teri hijau, bawang, trawang, cumi, petis dan cocol.

“Dan akhirnya saya buat merek Sambal Tjap Lombok Oedel. Kenapa nama itu, karena ini terinspirasi dari lombok oedel dari kawasan Dieng yang walaupun pedas tapi sedap untuk bahan masakan, ” ujarnya.

Setiap hari Indah selalu memproduksi sambal. Walaupun tidak semua. Hanya sambal yang memang sudah habis dan ada permintaan masuk. Dalam satu kali produksi,  ia akan membuat 200 botol. Tiap botol berukuran 150 miligram.

Ibu dua anak ini selalu turun tangan dalam proses produksi. Meracik bumbu dan mengawasi para pekerjanya. Meski sudah dibantu oleh empat orang karyawan, namun untuk menjaga kualitas ia harus tetap memastikan. “Ibaratnya seperti harus punya rasa memiliki sama produk yang kita buat dan jual,” katanya.

Selain melakukan quality control, ia selalu menekankan penggunaan bahan yang fresh dan berkualitas. Meski harga cabai, bawang dan lainnya selalu fluktuatif, ia tidak pernah menurunkan kualitas bahan baku sambalnya.

Saat cabai naik pun ia lebih memilih untuk menaikkan harga dibanding menurunkan kualitas. Karena ia tidak mau pelanggan setianya mendapat produk yang tidak enak.

“Dan beruntungnya banyak konsumen kita yang mayorits ibu rumah tangga tidak masalah kalau saya harus menaikkan harga. Karena mereka paham harga cabai atau bawang sedang mahal,” tuturnya.

Untuk pemasaran sendiri, Indah mengaku hingga saat ini tidak memiliki toko maupun akun online shopping. Ia lebih percaya memasarkan produknya melalui reseller. Di mana mereka yang justru akan memasarkan kembali produknya ke berbagai pusat oleh-oleh dan akun online shopping.

Memang tidak bisa dipungkiri penjualan melalui akun online shopping memang menjanjikan. Namun ia khawatir jika ia ikut terjun ke sana, banyak reseller-nya yang kehilangan pelanggan. Dan memutus mata pencaharian mereka.

“Jadi meski memang ada yang pesan langsung, namun sebagian besar saya jual lewat reseller. Karena sudah akrab dan menjalin kerja sama bertahun-tahun kadang mereka malah sudah seperti keluarga,” katanya.

Melalui sistem tersebut, saat ini sambalnya sudah ada hampir di seluruh Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Marauke. Ia mengaku sudah pernah merasakan pesanan reseller dari sana. Tidak hanya itu, bahkan sambalnya juga sudah banyak beredar di manca negara. Mengingat banyak orang Indonesia yang pesan untuk dijadikan sebagai hand carry (oleh-oleh) untuk temannya di luar negeri. Atau sebagai bekal untuk haji dan umrah.

“Kadang-kadang saya dikirimi foto sambal saya sudah ada di Paris, Amerika, Arab, Dubai dan lainnya. Pokoknya senang sudah ke manca negara produk saya,” ujarnya.

Jika pada kondisi normal, Indah sendiri dapat menjual 6.000 botol setiap bulannya. Dengan harga Rp 25 ribu per botol. Namun saat new normal ini, ia mengaku hanya dapat menjual 3.000 botol saja.

Nining Sugiarsih menunjukkan Sambal Abon Jambal kreasinya. (Hanif Wahyu Cahyaningtyas/RADARSEMARANG.COM)

Tekstur Sambal Jambal seperti Abon

MASYARAKAT semakin kreatif mengolah sambal. Tak sekadar menumbuk cabai dan bawang merah saja, Nining Sugiarsih justru melakukan inovasi dengan menambah bahan baku ikan jambal. Disebutnya jadi Sambal Jambal.

Memiliki tekstur yang berbeda dengan sambal pada umumnya. Karena ikan jambal diolah menggunakan cara pembuatan abon. Makanya ada yang menyebutnya sambal abon jambal.

“Teksturnya seperti abon. Jadi kelihatan komposisi ikannya banyak gak nanggung,” ujar eks guru SD Karanganyar Gunung ini kepada RADARSEMARANG.COM.

Nining  -sapaan akrabnya- mengatakan, awalnya ia merasa prihatin dengan keadaan sang anak yang merantau di Jakarta. Hampir tiap hari mengonsumsi makanan instan. Ia pun berinisiatif mengirimkan sambal olahannya sendiri. Saat sampai disana ternyata kondisi sambal tetap baik dan bertahan lama. “Sambal jambal ini ternyata bisa tahan sampai 2 bulan. Sejak itu, saya mulai menawarkan ke teman-teman saya. Bersyukur, peminatnya banyak,” tuturnya.

Sambal ini, lanjut dia, memiliki keunikan khusus. Menggunakan cabai Jawa yang memberikan cita rasa ekstra pedas. Ide ini muncul, saat salah satu pelanggan menginginkan rasa yang lebih pedas.

“Ada tiga level pedas. Mulai dari sedang, pedas, dan super pedas. Sejauh ini, belum ada orang yang buat sambal pakai cabai Jawa,” kata Nining yang sempat mengikuti pelatihan pembuatan jamu ini.

Saat ini, sambal yang diproduksinya sendiri di Jalan Jangli I nomor 68 Semarang telah menjadi salah satu olahan khas Semarang. Cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 30 ribu. Sambal ini dapat dengan mudah ditemui di pusat oleh-oleh seperti Bandeng Juwana. Selain itu, Pasar Gang Baru Pecinan, Rumah Makan Sederhana Sisingamangaraja, Sop Buntut Pak To tersedia sambal jambal ini.

Selain mudah ditemukan, sambal ini sudah dijual hingga luar pulau seperti Batam dan Kalimantan. Bahkan peminat sambal ini sampai luar negeri seperti Jerman, Australia dan Arab.

“Sambal abon jambal ini sangat cocok dimakan dengan nasi hangat dan kerupuk. Sering juga dibawa saat umrah karena disana tidak ada sambal. Bahkan ada juga yang mengolah lagi sambal ini jadi nasi goreng dan sayur lodeh,” katanya.

Nining menambahkan karena tanpa bahan pengawet, terdapat tips agar sambal dapat bertahan lebih lama. Saat mengambil sambal pastikan menggunakan sendok yang bersih dan kering. “Jangan sampai tercampur air. Jika kena air, sambalnya bisa cepat berjamur.” bebernya. (akm/mg1/mg2/zal/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya