RADARSEMARANG.COM – Wujud kepedulian kepada masyarakat terdampak pandemi Covid-19, warga RW 2 Kelurahan Gayamsari Semarang berbagi secara kreatif. Mereka melakukan dengan sistem cantelan. Ini selaras dengan program jogo tonggo. Setiap warga bisa mendapatkan bantuan, dengan tetap jaga jarak atau menerapkan protokol kesehatan ketat.
Waktu telah menunjukkan pukul 16.10 ketika RADARSEMARANG.COM sampai Lapangan RT 6 RW 2 Kelurahan Gayamsari Semarang. Tidak ada kegiatan spesial di sana. Hanya ada remaja kampung yang bermain futsal. Dan beberapa warga tengah duduk santai di ujung gang. Semua berjalan layaknya aktivitas kampung biasa.
Setelah menunggu kurang lebih 10 menit, mulai terlihat warga yang didominasi kaum ibu banyak berdatangan. Mereka berkumpul dan mengobrol dengan sesama seperti sewajarnya. Tetap menggunakan masker tentunya. Ketika kami bertanya ada apa ramai-ramai seperti ini? Mereka menjawab “Menunggu Cantelan,” katanya.
Begitu tepat pukul 16.30, tujuh orang ibu keluar dari salah satu rumah yang berada tepat di samping lapangan. Mereka yang merupakan pengurus cantelan berbagi membawa besek (keranjang bambu) dengan tali warna-warni berisikan beberapa bahan sembako. Tiga, empat besek dibawa tiap orang secara bolak-balik menuju sebuah papan dari balok kayu berukuran 3/5 sentimeter. Dengan tinggi sekitar tiga meter dan lebar dua meter. Di salah satu sisinya tertanam sekitar 50 paku. Di atas papan itu tertulis “Siapapun silahkan sedekah, Bagi yang membutuhkan boleh ambil satu paket, Cantelan RW 2 Kelurahan Gayamsari” dengan logo Kagama (Keluarga Alumni Gajah Mada) di bawahnya.
Setelah selesai terlihat ada total 50 besek yang dibawa. 35 di antaranya dicentelkan (dipasang pada paku). Sisanya diletakkan berjejer di bawah. Sedikit mengintip di dalamnya terdapat bahan sembako. Seperti beras, minyak, teh, gula, mie instan, garam dan sayur.
Melihat hal tersebut warga pun antusias. Mereka mulai berkumpul dan berbaris. Para pengurus langsung memberikan imbauan agar warga dapat merenggangkan barisan. Guna menjamin pelaksanaan jaga jarak untuk menghindari persebaran Covid-19. Setelahnya, warga pun mulai dipanggil sesuai barisan. Mereka lalu diberikan hand sanitizer. Diperkenankan untuk memilih besek pilihan mereka. Setelah itu, bahan pokok yang ada pada besek pilihan dipindahkan ke tas belanja mereka. Biasanya dari plastik kresek. Begitu seterusnya. Pembagian sembako dalam besek pun berjalan lancar. Warga tidak saling berebut. Ketika selesai, mereka mengucapkan terimakasih kepada para pengurus yang mengakomodasi bantuan untuk mereka. “Terimakasih nggih Bu Win sembakonya,” ujar salah satu warga, Ngarimin kepada salah satu pengurus.
Pukul 17.15 atau selama 45 menit, semua besek telah dibagikan. Suasana mulai sepi. Warga sudah kembali ke rumah masing-masing. RADARSEMARANG.COM pun akhirnya bisa menemui Woro Budi Setyaki atau biasa dipanggil Bu Win. Yang merupakan pengurus Kagama sekaligus Penanggung Jawab Kegiatan Cantelan berbagi ini.
Bu Win menceritakan cantelan berbagi berdiri sejak 19 Juli lalu. Program ini merupakan inisiasi dari Kagama. Sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat saat pandemi Covid-19. Konsepnya sederhana. Yang mampu silahkan membantu seikhlasnya dan dicentelkan pada paku yang disediakan. Sedangkan warga kurang mampu yang terdampak Covid-19, silahkan mengambil bantuan sesuai yang mereka butuhkan.
“Waktu itu Kagama menawarkan program bantuan Covid-19. Di Semarang sendiri, akhirnya terpilih tiga daerah yang diberikan centelan. Di Karangjati, Puri Anjasmoro dan di sini,” ujarnya.
Awalnya program ini berjalan setiap hari untuk dua RT saja. Yakni RT 6 dan RT 7. Yang memang menjadi lokasi tempat papan cantelan berbagi berada. Warga dapat menyumbang dan mengambil setiap hari. Namun seiiring berjalannya waktu, hal ini dirasa kurang efektif. Pasalnya warga yang membutuhkan mengaku bahan bantuan mereka menumpuk. Malah membusuk tidak termanfaatkan dengan baik. Sehingga esensi berbagi justru berbalik menjadi membuang-buang makanan. Alhasil evaluasi pun dilakukan. Pengurus akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan seminggu sekali. Yakni tiap Jumat pukul 16.30 an.
“Karena menumpuk mereka tidak mengambil bantuan lagi. Lalu bantuan yang terus berdatangan mau diambil siapa. Inilah yang memutuskan kami dengan melakukan cantelan berbagi pada hari Jumat sore saja,” ujarnya.
Pun dengan kepesertaan. Pandemi yang bekepanjangan membuat warga terdampak semakin banyak. Dan ia melihat di RT lainnya pun ada warga terdampak. Yang memang membutuhkan bantuan. Alhasil, Bu Win pun berinisatif meluaskan program ini ke tingkat RW. Sehingga saat ini tidak hanya dua RT yang berpartisipasi. Tapi semua RT di RW 2 boleh menyumbang dan mengambil sembako dari cantelan berbagi.
“Saya matur ke Pak RW dan Pak RT saya RT 6, bagaimana kalau program ini diluaskan jadi tingkat RW. Alhamdulillah di dukung,” lanjutnya.
Sementara itu, terkait jenis bantuan, Win mengaku bentuknya bermacam-macam. Warga mampu dapat menyumbang apapun seikhlasnya. Bisa barang seperti sembako dan sayuran atau bisa juga uang. Semua dikumpulkan kepada pengurus. Nantinya untuk jenis uang, pengurus akan membelanjakannya untuk bahan bantuan ke toko warga sekitar. Sehingga sekalian dapat membantu roda bisnis warga sekitar. Ketika dibagikan pun tidak semua besek berisi bantuan yang sama. Satu sama lain berbeda. Meskipun nilai ekonomisnya tetap sama. “Jadi kadang besek satu ada sayuran, yang lain tidak. Intinya bagi warga yang ingin memilih ya mereka harus datang gasik (lebih awal dari lainnya),” tuturnya.
Dengan adanya cantelan berbagi, pihaknya mengaku banyak nilai yang diberikan pada warga. Selain menumbuhkan tenggang rasa antar warga, program ini juga mengajarkan mereka untuk bekerja keras dan ikhlas. Ingin yang terbaik ya harus datang awal. Kalau tidak ya harus ikhlas menerima bantuan apa saja yang tersisa. Begitupun dengan jenis bantuan yang diberikan dalam bentuk mentah. Ini semua tak lepas dari niat agar warga dapat memasak sendiri. Sehingga lebih menghargai rezeki yang diberikan oleh Sang Maha Kuasa. “Besek pun kita ada nilainya. Agar warga tidak menggunakan lagi sampah plastik yang selama ini selalu jadi bahan pencemar lingkungan di Indonesia,” katanya.
Pihaknya bersyukur. Meskipun pandemi Covid-19 memberikan banyak dampak merugikan, namun masih ada hikmah yang dapat dipetik di baliknya. Dimana manusia menjadi saling menjaga. Dan mengembalikan kembali rasa kemanusiaan. Yang sempat memudar. Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih dan membuat manusia menjadi lebih individualis dari sebelumnya.
“Ya saya berharap cantelan berbagi ini dapat merekatkan masyarakat. Kalau bisa dilanjutkan meskipun pandemi sudah berlalu. Tapi jangan sering-sering juga. Biar masyarakat tidak njagakke (ketergantungan, red) terus,” pungkasnya. (akm/ida/bas)