RADARSEMARANG.COM – Pohon asam sama rindangnya dengan pohon beringin. Namun pohon asam lebih bersejarah, konon menjadi asal nama Kota Semarang. Masih ada hingga kini, pohon asam berumur ratusan tahun yang tumbuh kokoh di beberapa tempat. Sayangnya, hingga kini Pemkot Semarang belum mengabadikan pohon tersebut dalam sebuah monumen bersejarah.
Nama Kota Semarang tak lepas dari pohon asem (bahasa Jawa) atau asam. Konon kala itu, zamannya Ki Ageng Pandanaran kali pertama berlabuh di Pulau Tirang, Bergota, menyadari banyak pohon asam tumbuhnya berjarak dan sangat jarang atau berjauhan. Dari situlah, wilayah ini dinamakan asem arang (Semarang).
Wajar jika sekarang, pohon asam ini sangat ikonik di Ibu Kota Jawa Tengah. Kendati begitu, pohon asem atau buah asem ini, belum diabadikan dalam sebuah monumen bersejarah. Tak seperti Surabaya, yang sudah salam mendirikan monumen Suro dan Boyo. Perwujudan dari hewan hiu dan buaya yang menjadi akronim Kota Pahlawan ini. Kota Semarang sendiri memang sudah memiliki taman buatan yang ikonik, yakni Warak Ngendok di Taman Pandanaran.
“Sebenarnya sudah ada taman yang menjadi ciri khas Kota Semarang, yakni Warak Ngendok di Taman Pandanaran. Tapi memang perlu ada taman yang jadi ciri khas Semarang, di dalamnya ada pohon asam ini,” kata Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Gumilang Febriansyah Soemarmo.
Febri begitu ia disapa – menjelaskan, mencontohkan taman pohon asem yang dikasih keterangan kalau memang pohon ini khas Semarang. “Ini bagian untuk melestarikan pohon asem juga, yang saat ini sudah sangat jarang ditemui di Kota Semarang,” bebernya.
Sementara itu, Sekretaris Komisi C DPRD Kota Semarang Danur Rispriyanto menuturkan, Pemkot memang perlu membuat taman atau monumen ikonik yang berhubungan dengan sejarah penamaan Kota Semarang. “Namun perlu ada kajian, artinya mengundang pakar, sejarahwan untuk merumuskannya,” katanya.
Namun ia menekankan, kajian para pakar ini dipertimbangkan agar hasilnya bisa maksimal. “Kita dengar dulu apa kata pakar. Mereka bisa menyampaikan kajiannya, biar hasilnya maksimal,” pungkasnya.
Bagi Kepala Bidang (Kabid) Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang Murni Ediati, usul pembangunan taman pohon asam yang dicetuskan RADARSEMARANG.COM ini unik dan menarik. Ini patut digayungsambuti. “Ini ide bagus kalau ada taman asem,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Apalagi, lanjut dia, Disperkim memiliki program untuk mengembalikan tanaman peneduh zaman dulu. Misalnya asam Kranji, asam Jawa yang berdasarkan citra kawasan. “Kalau konsep ini sudah kami bikin. Setiap taman, ada konsep yang beda. Kalau yang ada ikonik asam ini sangat bagus juga,” ujarnya.
Karena itulah, Disperkrim akan mencari satu taman dengan ide asam. Sebelumnya, dirinya mengaku sudah memasukkan tiga konsep pembangunan taman ke konsultan. “Kami sudah setorkan tiga konsep. Tapi ada tambahan konsep yang menarik ini, akan kami masukkan juga. Tapi kami kaji dulu, dibahas, diajukan kalau disetujui/acc, akan dibangun tahun depan,” pungkas dia.
Menurutnya, Pemkot Semarang saat ini sudah memiliki 286 taman. Untuk membangun taman ini, Pemkot perlu menggandeng pihak swasta dengan dana corporate social responsibility (CSR). “Kondisi taman saat ini memang ada yang jadul, harapannya tentu jadi taman modern,” katanya.
Terbaru, Disperkrim sudah memiliki planning untuk membuat bagus taman yang ada di batas kota, misalnya di Mangkang, Ungaran dan Demak dengan menggandeng pihak swasta. “Konsep taman peneduh dan bunga-bunga. Tujuannya memperindah. Batas kota perlu diperhatikan, karena menjadi penanda cantiknya batas kota yang tak kalah dengan pusat kota,” ucap Pipie. (den/ida)