RADARSEMARANG.COM – Puluhan fire hydrant di sejumlah jalan protokol Kota Semarang tidak semuanya berfungsi. Selama ini hanya terkesan pajangan. Sekadar formalitas memenuhi standarisasi fasilitas pemadam kebakaran. Tidak ada perawatan dari dinas terkait. Bahkan kondisinya ada yang bocor tanpa penanganan, ada juga yang posisinya terpendam lantar terdampak peninggian jalan.
Hydrant di kawasan Lamper Tengahk kondisinya tidak terawat. Warnanya pun sudah berubah kusam. Di sisi belakangnya, sudah ditumbuhi pohon besar. Tepat di sebelahnya banyak alat-alat bengkel yang dibiarkan tergeletak begitu saja.
Tampak air keluar dari hydrant itu cukup banyak. Bahkan bercampur dengan karat. Menggenangi kawasan sekitar. Beberapa orang yang berlalu-lalang, ada yang berusaha menanyai kepada pemilik bengkel perihal air tersebut.
Hydrant tersebut tidak diketahui masih berfungsi atau tidak. Menurut pengakuan Widodo pemilik Bengkel Las dan Bubut, hydrant yang berada di depan bengkelnya selama 10 tahun ini, tidak pernah dicek sama sekali. Hingga saat ini kebocoran hydrant belum ada warga yang melapor ke pihak terkait. “Baru hari ini keluar air. Kemungkinan ini bocor,“ jelasnya.
Sedangkan hydrant di trotoar Pasar Peterongan justru menjadi titik pedagang. Di atas hydrant tergeletak sebuah keset milik pedagang buah. Sekitarnya juga dikelilingi keranjang buah. Pedagang yang sedang bersandar di hydrant tersebut mengaku, semenjak dirinya mulai berdagang di sana, belum pernah ada pengecekan berkala dari pihak terkait. “Dari pertama saya jualan di sini, nggak pernah tahu ada pengecekan, ya sudah saya kira ga papa,” kata Surti, 59.
Sementara pantauan kondisi hydrant di Jalan A Yani hingga Soegiyopranoto kondisi fisiknya masih cukup baik. Meski tak banyak yang tahu, hydrant itu masih berfungsi atau tidak. Menurut penuturan salah satu narasumber yang tidak ingin diketahui namanya, selama ini tekanan aliran air dari PDAM tidak bisa menjangkau ke hydrant, sehingga air yang dikeluarkan sedikit. Bisa jadi hydrant itu rusak.
Kendati begitu, beberapa hydrant di Jalan soegiyopranoto dan Jalan hasanudin ada yang hampir terpendam karena dianggap masyarakat sekitar tidak digunakan lagi. “Kayaknya sih masih bisa keluar air. Tapi gak pernah kepakai juga. Nggak pernah liat ada pengecekan. Jadi ya mungkin rusak atau nggak bisa dipakai,” ungkap Soni warga sekitar.
Bahkan kondisi jalan yang semakin ditinggikan, membuat hydrant ikut tertimbun, meskipun sebenarnya masih bisa mengeluarkan air. “Gak pernah dicek sih mas, jadi ya dianggap gak kenapa-kenapa, kayaknya gak dipakai juga,” ujar Soleh warga sekitar Jalan Hasanudin.
Demikian halnya dengan hydrant di Jalan Perintis Kemerdekaan, Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang tampak sudah berkarat dan rusak. “Petugas damkar jarang memeriksa hydrant di sini,” ujar Beni Santoso, 45.
Berbeda dengan kondisi hydrant di Pasar Rasamala, Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik terlihat masih bagus dan terawat. “Biasanya ada pengecekan rutin dari petugas Damkar setiap tiga bulan sekali,” tutur Teguh Widodo, 45, tukang parkir di Pasar Rasamala.
Harapannya hydrant tetap diperiksa rutin oleh petugas damkar untuk mengantisipasi adanya kerusakan. “Saya berharap, permukiman warga yang padat penduduk juga dipasangi hydrant untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran,” katanya.
Di sepanjang Jalan Majapahit hanya ditemukan satu hydrant di depan Kantor Polsek Pedurungan. Kondisinya sudah berkarat. Margono, pembuat kunci duplikat, yang membuka lapak di samping Kantor Polsek mengatakan tidak pernah melihat ada petugas melakukan perawatan hydrant. “Wah saya malah tidak menyadari kalau ternyata ada hydrant,” kata Margono.
Demikian halnya dengan Kota Lama yang baru saja direnovasi. Tentu dipasangi hydrant baru berwarna merah mencolok di banyak titik kawasan. Dodi Wahyono, yang bekerja sebagai pengecat pot di area Kota Lama, bersyukur tidak ada bencana kebakaran di area tersebut.
“Hanya saja pas kebakaran enam lapak di Jalan Kolonel Sugiono Selasa lalu (15/9/2020), pemadam kebakaran mengirim lima armada, namun tidak memanfaatkan hydrant yang ada,” katanya.
Baru 50 Titik, Perlu Tambah Hydrant Lagi
Sementara itu, Kepala Bagian Transmisi dan Distribusi PDAM Tirta Moedal Kota Semarang, Joko Sancoyo mengakui sebagian kondisi hydrant masih baik dan beberapa sudah ada yang rusak. Ada sekitar 50 titik hydrant di tempat umum. Seperti, Kota Lama, Simpang Lima, Jalan Pandanaran, Jalan Ahmad Yani dan beberapa lokasi dengan tingkat mobilitas tinggi. Namun perlu ditambah lagi di beberapa titik.
Meski begitu, tidak semua hydrant bisa berfungsi. Biasanya, disebabkan tidak sampainya air karena berada di wilayah dengan tekanan air rendah. Sebab, hydrant tersebut memang diletakkan satu jalur dengan air minum yang digunakan masyarakat.
“Kalau airnya kurang, pasokan ke pelanggan juga kurang. Tekanannya juga kurang, hal itu menyebabkan hydrant rusak,” ujarnya pada RADARSEMARANG.COM.
Dalam pengecekan hydrant, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Kebakaran Kota Semarang. Paling tidak sebulan sekali. Di banding pekerjaan lain seperti penangan pelanggan, kebocoran, air mati, hydrant memang jarang digunakan. “Yang kami sayangkan justru hilangnya hydrant kerap dicuri oknum tak bertanggung jawab, bahkan diambil pemulung,” katanya.
Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Abdul Majid menambahkan, hydrant berfungsi sebagai pertolongan darurat saat terjadi kebakaran sebelum mobil Damkar datang. Alat ini dapat mengantisipasi fatalnya akibat kebakaran yang waktunya memang tidak dapat diprediksi. “Kalau menunggu pemadam kebakaran datang, pasti membutuhkan waktu lama. Lebih cepat hydrant karena berada di tempat kejadian,” ujarnya.
Apalagi, tambahnya, saat ini arus lalu lintas jalan sangat padat. Saat ini memang perlu penambahan hydrant di titik-titik keramaian untuk mengantisipasi adanya kebakaran. “Meski tidak semua orang bisa menggunakan hydrant, namun dengan adanya penyuluhan dan pelatihan dari Damkar yang didampingi DPRD pasti akan membantu masyarakat untuk lebih tahu,” katanya.
Kolam Air untuk Damkar telah Beralih Fungsi
Keberadaan kolam air sangat penting bagi para petugas pemadam kebakaran (damkar). Namun beberapa kolam yang biasa digunakan untuk mensuplai air untuk pemadaman, sudah tidak layak. Bahkan beralih fungsi.
Seperti kolam suplai yang terletak di Jalan Lamper Tengah tepatnya di depan SPBU. Kondisi air kolam saat ini berwarna hijau dan ditumbuhi tanaman air azolla.
Menurut warga setempat, Heri, sejak pertama ia tinggal tahun 1984, kolam tersebut sering digunakan petugas Damkar untuk mengisi tangki mobil Damkar. Namun, sekitar tahun 2000, kolam tersebut mulai jarang digunakan.
“Kolamnya sudah mulai tidak dipakai, karena airnya berlumpur. Bahkan, semakin lama, ditumbuhi tanaman azolla,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Dikatakan dia, sumber air kolam tersebut berasal dari sungai kecil di Jalan Lamper Mijen Raya. Apabila jumlah air pada sungai tersebut meluap, sebuah pintu air yang menuju ke kolam akan dibuka.
Kendati demikian, saat ini kolam tersebut telah beralih fungsi menjadi kolam ikan. Pemilik toko Piranti Housewares berinisiatif memasukkan ikan serta menambahkan tumbuhan teratai pada kolam tersebut.
Hal serupa terjadi pada kolam yang terletak di daerah Wonodri. Masyarakat sekitar sering menyebutnya dengan Sendang Wonodri. Sendang tersebut sudah lama tidak digunakan sebagai kolam suplai air mobil Damkar.
“Dulu sering dipakai untuk Damkar, sekarang gak lagi. Kolamnya sudah tidak ada sumber airnya. Sumber airnya sekarang mengalir ke sumur artetisnya Rumah Sakit Roemani,” kata Slamet, warga Sendang Wonodri.
Kondisi kolam tersebut, lanjut dia, sempat kering. Bahkan lahannya digunakan pemuda setempat untuk bermain ping pong. Bersyukur, saat ini sendang tersebut kembali terisi air yang berasal dari air hujan serta dari bocoran air PDAM warga setempat. (mg10/mg11/mg3/mg9/mg12/mg5/mg8/mg1/mg4/ifa/zal/ida/bas)