RADARSEMARANG.COM – Pemandangan tepian Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) yang penuh ilalang, sebagian kini sudah sirna. Lokasi tersebut sekarang jauh lebih bersih dan dimanfaatkan warga setempat sebagai taman bermain dan lapangan olahraga.
Hilangnya ilalang di sepanjang bantaran sungai BKT setelah adanya pengerukan dan proyek pembangunan di kawasan tersebut. Sebelumnya, kawasan sungai BKT ini telah mengalami pendangkalan akibat tingginya sedimentasi. Akibatnya, sungai BKT tidak mampu menampung debit air. Terlebih ketika di hulu diguyur hujan deras, dipastikan air akan melimpas keluar masuk ke permukiman warga, utamanya di kawasan Kelurahan Sawah Besar dan sekitarnya.
Selain sedimentasi, melimpasnya air sungai BKT ini disebabkan aliran air yang tidak lancar karena rendahnya jembatan besar di Jalan Raya Kaligawe. Akibatnya banyak sampah yang menyangkut di bawahnya. Kini Jembatan Kaligawe dipugar, ditinggikan dan diberi pembatas atau tembok. “Dulu kan permukiman sini sering banjir. Kalau yang sekarang lebih bersih dan enak dilihat,” kata Marmiati, warga Kelurahan Mlatiharjo, Semarang Timur.
Kini telah bersih. BKT masih dalam proses pembangunan menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang. Namun karena pandemi Covid-19, proses pembangunan terhenti. “Proyek pembangunan ini sudah off lama. Kami ingin pembangunan BKT ini segera dilanjutkan,” kata perempuan yang akrab disapa Amik ini.
Meski begitu, warga sekitar memanfaatkan lahan tersebut untuk refreshing. Kalau ada ilalang tumbuh, warga berinisiatif membersihkannya ramai-ramai. Anak-anak memasang sarana untuk bermain di bantaran sungai tersebut. Setiap pagi hari di akhir pekan, banyak ibu kompleks yang senam pagi. ”Ibu-ibu di tiap Minggu pagi senam,” kata gadis bernama Putri Farida, 25.
Para pecinta olahraga juga turut memanfaatkannya. Mereka tak segan membuat gawang dan net yang lumayan permanen. Dengan luas lapangan dengan panjang lebih dari 50 meter dan lebar sekitar 30 meter. Ada lebih dari belasan lapangan sepak bola sudah dibangun seadanya.
Bahkan anak-anak Klub Sekolah Sepak Bola (SSB) Lowo memanfaatkannya untuk berlatih. “Karena di sekitar sini minim lapangan sepak bola, makanya disini kami buat lapangan olahraga,” kata Marmiati warga sekitar sekaligus pengurus SSB kepada RADARSEMARANG.COM.
Tentu saja, keberadaan banyak orang menyedot masyarakat untuk berdagang. Setiap akses masuk ke lokasi, ada beberapa warga sekitar yang berjualan minuman dan makanan ringan. “Bersyukur bisa jualan di sini. Kalau BKT ini jadi lokasi wisata beneran, saya ingin bisa dagang disini, bebas tanpa ada yang meminta uang keamanan,” harap Dewi Ningsih, 36, pedagang yang berjualan di tempat tersebut.
Sungai BKT ini masih dialiri air dari hulu. Lebar cekungan sungai kurang lebih 10 meter, sampingnya persis dipakai untuk bermain sepak bola. Ketinggian cekungan air dengan lapangan bermain sangat dekat, kurang lebih satu meter. “Misalkan hujan tiba, tetap menyesuaikan. Sekiranya hujan deras, kegiatan tersebut diliburkan. Kalau saat ini aman-aman saja,” ujarnya.
Bersihnya kawasan tersebut tak lepas dari campur tangan warga setempat. Pemanfaatan lahan tersebut sudah berjalan sekitaran dua bulan pasca pembangunan.
“Sejak Juli-Agustus tahun 2020 ini. Kalau aktifnya September. Sepanjang bantaran sungai ini dimanfaatkan untuk lapangan semua. Kadang dipakai sepedaan, olahraga lainnya, senam juga. Kalau pagi sama sore ramai dipakai bermain,” beber Marmiati.
Masyarakat umum dari luar wilayah yang berkeinginan bermain di lokasi tersebut tidak dipermasalahkan. Meski demikian, harus turut menjaga kebersihan. “Tidak dipungut biaya. Boleh bermain di tempat anak SSB asal tidak mengganggu jadwal latihan,” tegasnya.
Meski demikian, pihaknya tidak khawatir lokasi tersebut akan dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab untuk melakukan perbuatan negatif. “Masyarakat sini masih aktif berjaga malam. Ada pos ronda,” terangnya.
Marmiati menambahkan, dengan adanya perawatan lapangan, pihaknya berharap, pemerintah memperhatikan dan memberikan fasilitas umum seperti halnya MCK dan lainnya. “Saya sebagai warga setempat, harapannya disini dijadikan arena bermain, arena olahraga khususnya anak-anak, mengingat keterbatasan lapangan sepakbola,” pungkasnya. (mg10/mg11/mha/ida)