RADARSEMARANG.COM – Taman Lalu Lintas di Mangkang, Semarang ini sungguh memprihatinkan. Dibangun menelan anggaran hingga Rp 2,3 miliar, objek wisata edukasi ini sekarang mangkrak. Berubah menjadi hutan gung liwang liwung.
Pintu gerbang masuk Taman Lalu Lintas yang berlokasi di depan Semarang Zoo Mangkang itu tertutup rapat. Tulisan Taman Lalu Lintas Kota Semarang di gerbang masuk masih tampak jelas. Menggunakan hurup timbul mengkilat. Hanya hurup L di kata ‘Lintas’ yang nyaris lepas. Di bagian dalam, hampir semua ditumbuhi rumput liar. Tingginya ada yang sampai semeter. Bahkan sampai menutupi bangunan yang ada. Pohon-pohon yang tumbuh di areal seluas 5.000 meter persegi itu juga tak terurus.
Dulu di Taman Lalu Lintas ini terdapat replika jalan raya, lengkap dengan rambu-rambu dan praktik simulasinya. Ini sebagai edukasi bagi anak-anak mengenai tata tertib dan etika di jalan raya. Tapi, kini semua fasilitas itu seakan sudah lenyap. Semua berubah menjadi padang rumput. Mirip hutan gung liwang liwung.
Taman Lalu Lintas ini sempat menjadi primadona setelah diresmikan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi pada 2016 lalu. Banyak masyarakat, terutama siswa sekolah berkunjung ke sana. Mereka belajar mengenai tertib berlalu lintas.
Namun saat ini kondisinya berubah drastis. Destinasi wisata yang dulu digandrungi, sekarang justru terbengkalai. Boleh jadi Wali Kota Hendi yang dulu meresmikan, kalau melihat kondisinya sekarang bakal kecewa berat. Banyak ilalang tumbuh liar. Sampah berserakan di mana-mana. Bangunan kotor dan rusak. Beberapa elemen wahana hilang dan sederet kondisi lainnya yang membuat taman ini tidak lagi dapat disebut sebagai objek wisata.
Ketika RADARSEMARANG.COM hendak menelusuri ke bagian dalam kompleks Taman Lalu Lintas, koran ini pun terhenti. Pintu gerbang terkunci. Tidak ada satu orang pun terlihat berjaga di lokasi. Alhasil, pengamatan hanya dilakukan dari luar pagar.
Taman Lalu Lintas ini tergolong luas. Di sisi kiri setelah gerbang masuk terdapat gedung, lebih tepatnya seperti rumah. Bangunan ini digunakan untuk kegiatan administrasi. Kondisinya memprihatinkan. Cat dinding warna oranye, coklat dan putih sudah tampak kusam. Ilalang, pohon kersen, bunga soka, serta tanaman merambat tumbuh liar tidak terawat. Terkesan angker bagi yang melihatnya.
Berlanjut di sisi kanan. Terdapat sekat berupa pagar yang memanjang. Dan setelahnya ada jejak replika jalan raya yang memang menjadi wahana andalan tempat wisata edukasi tersebut. Hanya saja, sama dengan gedung sebelumnya, kondisinya tidak terawat. Banyak daun kering berserakan di sana. Di samping jalannya pun rumput tumbuh tinggi meliuk-liuk tertiup angin. Ditambah dahan pohon mangga tumbang yang telah mengering dan berantakan. Bahkan saking banyaknya, hampir menutupi replika jalan tersebut.
Dikejauhan juga masih terlihat replika rambu-rambu lalu lintas. Tapi sudah tidak bisa terlihat warna apa saja yang ada pada rambu tersebut. Hampir semua kondisi di belakang Taman Lalu Lintas tidak dapat terlihat lagi. Ilalang yang tinggi, dengan banyak pohon yang berdaun lebat, membuat semua elemen wahana menjadi tertutup. Sekilas terlihat seperti sebuah kebun milik warga pada umumnya. Padahal jika kembali dibersihkan, masih ada harapan taman tersebut dapat difungsikan kembali.
Salah satu pedagang sekitar yang enggan disebutkan namanya menuturkan, sudah dua tahun ini taman tersebut tidak terurus. Tidak ada penjaga maupun petugas kebersihan yang ada di lokasi tersebut. “Saya di sini sudah sejak kebun binatang berdiri. Jadi, sudah tahu kapan taman ini berfungsi dan sejak kapan mangkraknya,” ujarnya.
Menurut kesaksiannya, banyak atap gedung belakang yang mulai runtuh. Beberapa elemen penunjang wahana seperti mobil-mobilan dan lainnya juga sudah tidak ada. Mungkin diamankan pengelola atau lainnya ia tidak mengetahui.
“Yang jelas dulu banyak mobil kecil untuk simulasi bagi anak-anak. Cuma sekarang hilang tidak tahu siapa yang mengambil,” lanjutnya.
Ia menceritakan, dulunya taman tersebut ramai dikunjungi wisatawan. Terutama anak TK yang berkarya wisata. Namun sejak dua tahun lalu, sudah tidak ada lagi. Wisatawan hanya mengunjungi Semarang Zoo. Hal tersebut tentu disayangkan. Mengingat taman tersebut juga memiliki segmen peminat dan bermanfaat untuk edukasi anak. “Eman-eman kalau mangkrak gitu. Terbengkalai. Padahal dana buat membangun kan banyak,” ujarnya.
Ia hanya bisa berharap pemerintah dapat segera melakukan tindakan. Agar dapat menghidupkan kembali Taman Lalu Lintas. Sehingga akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung. Paling tidak, lanjut dia, jika pengunjung banyak akan memberi manfaat bagi dirinya yang menggantungkan hidup dengan berjualan di sekitar lokasi. “Ya, bisa dibersihkan, ditata lagi. Biar bisa digunakan lagi untuk menarik wisatawan,” harapnya.
Salah satu pengunjung Semarang Zoo, Istiyani, warga Semarang mengaku kurang familiar dengan Taman Lalu Lintas. Ia justru baru mengetahui setelah berkunjung ke kebum binatang, melihat terdapat tempat wisata tersebut.”Saya kira itu kebun biasa. Karena rungkut banget. Banyak rumput dan pohon-pohon dibiarkan tumbuh tidak terurus,” ujarnya.
Setelah mengetahui tempat tersebut merupakan destinasi wisata, pihaknya sangat menyayangkan. Padahal jika masih dibuka, ia tertarik datang untuk mengenalkan buah hatinya mengenai tertib berlalu lintas. Ia berharap pemerintah bisa merevitalisasi objek wisata edukasi tersebut agar bisa dimanfaatkan kembali. “Sayang sekali sih ya. Coba dibersihkan dan ditata ulang lagi, saya yakin yang berkunjung masih tetap banyak,” katanya optimistis.
Akan Dikelola Jadi Satu dengan Semarang Zoo
Kondisi Taman Lalu Lintas Kota Semarang memang kontras dengan kondisi Semarang Zoo di depannya. Kebun binatang itu bersih, tertata dan ramai pengunjung. Sebaliknya, Taman Lalu Lintas yang dibuka kali pertama pada 2016 itu, kondisinya mangkrak.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang Indriyasari mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengkaji taman tersebut.
Iin-sapaan akrabnya- mengaku, kendala besarnya yakni taman sudah terlalu lama tutup. Sehingga kondisinya sangat kotor dan perlu penataan ulang.
“Memang saat ini sedang kami kaji. Karena sudah lama tidak digunakan, jadi kemarin baru saja kami lihat dan kami bersihkan sedikit-sedikit,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (23/8/2020).
Di samping itu, Iin juga mengaku untuk merencanakan pembukaan kembali pada tahun ini, atau paling lambat tahun depan. Nantinya pengelolaan Taman Lalu Lintas akan dijadikan satu dengan pengelola Semarang Zoo.
Jika pengelolaannya satu pihak, maka diharapkan fasilitas dan pelayanan Semarang Zoo yang membuat ramai pengunjung bisa turut diterapkan di Taman Lalu Lintas.
Iin pun optimistis jika pengelolaan dilakukan oleh PT Taman Satwa Semarang, maka besar kemungkinan Taman Lalu Lintas bisa menarik minat pengunjung.
“Harusnya kalau ada Semarang Zoo yang ramai itu bisa jadi potensi untuk membuka taman kembali. Tapi, karena terpisah itu membuat kami kesulitan untuk melakukan pengelolaan. Karena itu, kami akan kerjasamakan dengan Semarang Zoo. Karena itu, objek wisata yang paling dekat,” ujarnya.
Lebih lanjut Iin menyebutkan, dinasnya telah menyusun rencana terkait penataan ulang Taman Lalu Lintas. Di mana akan dilakukan rencana penambahan atraksi atau wahana.
Seperti diketahui, Taman Lalu Lintas tersebut digunakan untuk sarana edukasi anak-anak terkait keselamatan berlalu lintas. Minimnya atraksi dan media penunjang dinilai menjadi persoalan yang membuat taman menjadi kurang menarik pengunjung.
Untuk itu, lanjut dia, Disbudpar berencana untuk mengubah simulasi dengan menggunakan beberapa media. Juga menambah wahana permainan yang sekiranya bisa membuat anak-anak tertarik.
“Jadi, memang masalah utamanya itu sepi pengunjung, sehingga harus ditutup. Untuk itu, kami tidak ingin mengulang kesalahan yang sama. Ketika buka kembali nanti, kami akan berikan fasilitas yang lebih baik,” tandasnya. (akm/nor/aro)