27.7 C
Semarang
Wednesday, 8 October 2025

Sehari Mengecek Tempat Cuci Tangan Portabel di Kota Semarang

Ada Keran yang Hilang, Ada Tempat Sabun Terisi Air

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Pandemi Covid-19 membuat masyarakat harus beradaptasi dengan pola hidup kenormalan baru. Protokol kesehatan menjadi suatu yang wajib dijalankan. Seperti menggunakan masker, cuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak. Pemerintah pun mendapat tugas untuk memberikan fasilitas. Salah satunya dengan menyediakan tempat cuci tangan, terutama di ruang publik. Bagaimana kondisinya sekarang?

SUDAH hampir lima bulan, pandemi berlangsung. Tanda-tanda pandemi akan berakhir agaknya belum tampak. Kasus positif Covid-19 tak kunjung turun. Sempat turun, lalu naik lagi. Protokoler kesehatan kini menjadi wajib dilakukan. Termasuk membiasakan diri cuci tangan.

Di Kota Semarang, pemerintah telah menyediakan cuci tangan umum yang tersebar di seluruh wilayah. Menggunakan tandon air. Dilengkapi keran dan wastafel. Juga sabun cuci tangan. Padat maupun cair.

Tidak hanya pemerintah, banyak perusahaan yang juga mengalokasikan CSR-nya untuk menyediakan tempat cuci tangan dengan tandon air ini. Bentuknya beragam. Disesuaikan dengan ciri dan ikon perusahaan yang bersangkutan. Tujuannya tidak lain untuk membantu pemerintah memudahkan masyarakat menerapkan pola hidup normal yang baru.

Di ruang publik seperti Pasar Karangayu, Semarang Barat. Tandon cuci tangan menjadi sebuah kewajiban di pasar ini. Apalagi setelah beberapa waktu lalu beberapa pedagang dinyatakan reaktif pada rapid test yang diselenggarakan Pemerintah Kota Semarang. Terlihat terdapat dua tandon air yang ada di pintu masuk Pasar Karanganyu. Warnanya hitam dan biru. Yang hitam bertuliskan dari Yayasan Karinakas Keuskupan Agung Semarang. Sedangkan yang biru dari CSR BRI. Ketika dilihat sekilas kondisi keduanya baik. Sabun cuci tangannya warna semi hijau pun masih ada separo dari kotaknya berwarna putih. Ketika dicoba sama-sama dapat mengalirkan air. Dan ketika ditelusuri, air tersebut memang tidak pernah kosong. Jika habis langung diisi kembali dari selang yang terhubung langsung pada sumber air di sekitar pasar.

“Saya hampir tiap hari ke sini untuk membeli kebutuhan rumah. Dan cuci tangan memang selalu ada airnya. Jadi, bisa tertib lah untuk menjalankan protokol kesehatan,” ujar Istiyani, pengunjung Pasar Karangayu.

Di Semarang River Walk Banjir Kanal Barat juga terdapat cuci tangan portabel ini. Di sisi sebelah barat, terdapat tiga tandon air yang disediakan pemerintah kota untuk ruang publik ini. Warnanya oranye. Sama dengan sebelumnya, air di dalamnya pun masih mengalir. Sabun cuci tangannya pun masih ada. Banyak masyarakat yang menggunakan. Terutama ketika masuk untuk menikmati atraksi air menari.

Di Pasar Bulu Semarang, hanya ada satu cuci tangan dari CSR Pertamina. Lebih tepatnya di depan Hans Kafe. Kondisinya sama. Air dapat mengalir dan terdapat sabun cuci di dalamnya.

Di kawasan Kota Lama, di objek wisata yang paling diminati warga ini, baik pemerintah maupun CSR berlomba untuk memberikan fasilitas cuci tangan bagi pengunjung. Di depan Filosofi Kopi, terdapat satu tandon cuci tangan dengan dua keran bertolak belakang. Keduanya sama-sama berfungsi. Air yang ada dapat mengalir ke keran. Namun yang membedakan. Satu sisi tempat sabunnya sudah rusak dengan selang pembuangan yang sudah sobek. Di sisi lainnya, baik tempat sabun maupun selang masih dalam keadaan bagus.

Di depan Mapolsek Semarang Utara, terdapat tempat cuci tangan dari CSR Gudang Garam. Kondisinya baik. Namun sayang tidak dilengkapi dengan sabun cuci tangan.

Bergerak ke Taman Srigunting. Di pusat Kota Lama ini terdapat banyak sekali tempat cuci tangan. Di depan toko klitikan terdapat dua. Dari Dinas Kesehatan Kota Semarang dan CSR Bank Jateng. Keduanya berwarna biru. Ada pula dua dari CSR Pertamina dan satu dari pemkot berupa ember sederhana. Semua masih terisi air.

Di depan Semarang Kreatif Gallery dan di depan Bank Mandiri ada satu dari CSR Indosat berwarna kuning. Yang dapat membedakan antara pemberian pemkot dan CSR di kota Lama ini adalah mengenai visual dan perawatannya. Tempat cuci tangan milik CSR rata-rata memiliki warna mencolok dengan desain yang bagus. Selain itu, kondisi keran, selang, dan lainnya juga masih terawat. Sabun cair masih kental layaknya sabun asli. Namun milik pemerintah kebanyakan kurang terawat. Sabun yang digunakan hanya air busa yang diisikan di tempat sabun tersebut. Sehingga kurang memiliki daya bersih ketika digunakan.

“Iya tadi cuci tangannya ke yang itu (menunjuk milik CSR Pertamina) Soalnya sabunnya masih ada. Jadi, lebih bersih,” kata Chintya Primasari, salah satu pengunjung Kota Lama.
Memasuki Jalan Pemuda, banyak tempat cuci tangan di sepanjang jalan tersebut. Di kawasan Alun-Alun Masjid Agung Semarang tersadat tiga tempat cuci tangan yang disediakan. Semuanya berasal dari CSR Indosat.

Selanjutnya di sepanjang Jalan Pemuda mulai depan Mal Paragon hingga Lawang Sewu terdapat cuci tangan di Halte Trans Semarang, Kantor Balai Kota, dan depan SMA Negeri 3 Semarang. Semuanya berasal dari pemerintah. Karena berada di tengah pusat pemerintahan, kondisi tandon, selang, wastafel, keran, dan sabunnya bagus. Air dapat mengalir lancar, dan sabunnya pun tidak seperti yang berada di Kota Lama. Hanya saja, jika tidak dalam kondisi ramai, keran cuci tangan tersebut jarang digunakan. Karena yang melintas pun sedikit.

Bergerak ke Pusat Olah-Oleh Kota Semarang kawasan Pandanaran. Di depan Hotel Louis Kienne, toko Roti Dryanna, Kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang, serta gerai KFC terdapat masing-masing satu tempat cuci tangan. Semuanya dapat berfungsi dengan baik. Air dapat mengalir, dan sabun cairnya kebanyakan tersisa seperempat dari botol sabun tersebut.

Memasuki Kawasan Simpang Lima di depan kantor Indosat terdapat tiga tempat cuci tangan. Satu dari pemerintah dan dua dari CSR. Di sekitar pujasera dan halte BRT depan Hotel Ciputra masing-masing ada satu. Semuanya dalam kondisi bagus. Masih terisi air dan tersedia sabun cuci tangan.

Namun memasuki Lapangan Simpang Lima, fasilitas cuci tangan di sini cenderung kurang terawat. Dari enam tempat cuci tangan, semuanya terdapat kekurangan. Seperti dari Disperkim Kota Semarang. Dari dua yang terpasang, satu tandon tidak terdapat air dan sabun. Sedangkan yang lainnya lebih parah. Keran air hilang. Sabun tidak ada.

Dari empat tempat cuci tangan yang disediakan pengelola, yakni dua di pintu masuk sebelah barat dan dua di sebelah timur, memang bisa mengalirkan air. Namun untuk sabun cuci tangan seperti hanya diisi air saja. Sehingga tidak bersih ketika digunakan.

“Makanya saya menyemprotkan hand sanitizer setelah cuci tangan. Soalnya tadi kurang bersih. Sabunnya kurang ada busanya,” kata Alfiana Silvi, yang tengah menikmati malam minggu di Lapangan Simpang Lima.

Di kawasan Jalan Pahlawan juga banyak cuci tangan portabel yang terpasang. Di depan Bank Indonesia, terdapat dua dari CSR. Di depan bekas mal AC Hardware, kantor Telkomsel, Mapolda Jateng, dan samping Makam Pahlawan Giri Tunggal masing-masing terdapat satu cuci tangan dari pemkot. Kondisinya baik. Air dapat mengalir. Tempat sabun pun terisi. Sedangkan di Taman Indonesia Kaya, terdapat dua instalasi. Satu dari pemerintah kota dan satu dari CSR Indosat. Milik pemerintah kota masih dalam kondisi baik. Sedangkan punya CSR mengalami kebocoran selang yang membuat daerah sekitarnya mengalami becek.

Yang menarik di Taman Indonesia Kaya ini kita akan lebih sering menemukan masyarakat mencuci tangan justru pada instalasi air minum yang terpasang. Seharusnya hal tersebut tidak diperbolehkan. Mengingat tempat tersebut untuk minum, bukan mencuci tangan. Alhasil kondisi instalasi tersebut menjadi kotor dengan banyak endapan debu halus di bawah tempatnya. (akm/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya