28.6 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Guru Datangi Rumah Siswa hingga Siapkan Video Tutorial

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid-19 ternyata tidak melunturkan semangat belajar anak-anak di Kota Semarang. Pembelajaran tetap berlangsung setiap hari meski dengan sistem daring.

Di Kelompok Bermain (KB)-TK Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang misalnya antusias untuk menyekolahkan anak masih besar. Bahkan, sekolah di pusat kota ini menggunakan metode home visit. Guru-guru bertugas berkenalan, berkunjung dan memberikan pelajaran untuk siswa didik baru dari rumah ke rumah.

“Kondisinya berbeda dibandingkan biasanya, karena kami yang datang ke rumah anak-anak. Istilahnya berkenalan dulu agar anak-anak yang baru masuk bisa kenal dengan guru-gurunya,” kata Kepala Sekolah Kelompok Bermain (KB)-TK Hj. Isriati Baiturrahman 1 Semarang Taufik Nur Hidayati kepada RADARSEMARANG.COM.

Ia tidak menampik jika kondisi pandemi mempunyai efek besar dalam pembelajaran. Apalagi di KB/TK yang memang seharusnya lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Tetapi diakui antusiasme masyarakat untuk menyekolahkan anak masih cukup besar. Misalnya di sekolah yang dipimpinnya dari kuota 50 terisi 45 siswa. “Sebenarnya ada juga yang mendaftar, tapi karena masih pandemi akhirnya masuk tahun depan,” ujarnya.

Nur Hidayati menegaskan pembelajaran tetap berjalan meski anak-anak tidak harus di sekolah. Pihaknya menerapkan tiga sistem yaitu home visit atau guru berkunjung ke rumah siswa, sistem daring menggunakan video call serta dengan metode video tutorial. “Sebenarnya memang kurang efektif, tapi kami terus mencari solusi agar pembelajaran berjalan dan orangtua tidak terbebani,” ujarnya.

Sebelum pembelajaran, tambahnya, sekolah sudah mengumpulkan semua orangtua siswa. Mereka diajak berbicara dan diberikan pemahaman terkait sistem pembelajaran di tengah pandemi. Orang Tua juga diberikan kuesioner terkait dengan pembelajaran home visit serta daring. Bahkan, turut hadir dokter dan psikolog untuk memastikan agar proses pembelajaran berjalan tanpa kendala.

Pembelajaran daring dan video tutorial berlangsung Senin-Jumat pagi. Guru juga setiap minggunya menyiapkan materi untuk pembelajaran anak-anak. Tetapi karena orangtua sibuk, maka Sabtu pun tetap dilakukan pembelajaran. Mengingat memang orangtua yang memasukan anaknya di KB/TK Hj Isriati Semarang dari kalangan menengah dengan kesibukan bekerja. “Ya kondisinya memang beda dengan biasanya, jadi kami ingin anak belajar nyaman dengan dampingan orang tuanya,” ucapnya.

Enar Ratriany Assa tetap memilih menyekolahkan anaknya Djawany Saka masuk di Taman Kanak-Kanak (TK). Awalnya memang ia ingin agar anaknya bisa bersosialisasi dan belajar dengan teman-teman sebayanyanya. Tetapi karena kondisi pandemi mengharuskan anak belajar di rumah tidak boleh masuk TK. “Ya sedikit repot karena sistem daring saya orangtua yang harus mendampingi. Tetapi anak senang dan bisa belajar,” ujarnya.

Pembelajaran di TK Islam Sultan Agung 1 juga berlangsung secara daring. Lewat video call. Pada Senin hingga Kamis, peserta didik bisa menyimak pembelajaran guru melalui telepon pintar. “Kalau hari Jumat itu kegiatan mengikuti ibadah orang tua di rumah. Orangtua boleh mengirimkan foto atau video terkait kegiatan anaknya,” ungkap Kepala Sekolah TK Islam Sultan Agung 1 Semarang Nofi Wulandari Sabtu (25/7/2020).

Nofi yang memiliki 15 siswa didik dalam satu kelas, membagi pembelajaran dalam tiga sesi. Setiap sesi yang berlangsung antara 45-60 menit diikuti 5 siswa. “Biasanya kalau normal itu sehari ada tiga sampai empat kegiatan inti yang dilakukan di sekolah. Kalau di daring setiap sesi hanya satu kegiatan,” bebernya.

Khusus hari Jumat, ada pembelajaran daring memperkenalkan anak usia dini terhadap kesehatan. Anak diajari cara mencuci tangan dengan benar untuk pencegahan penularan virus Korona. Praktik memakai masker dan melepaskan masker yang benar.

Di masa pandemi ini, Sebagian besar orang tua menginginkan anaknya bisa masuk sekolah. Tapi ia harus mengikuti aturan pemerintah dan Yayasan demi menjaga kesehatan siswa.

Pelaksanaan pembelajaran secara daring sering mendapat kendala. Ia mencontohkan, anak didiknya juga belum memiliki handphone sendiri-sendiri dan masih menggunakan milik orangtuanya. Sementara, pihak orangtua beraktivitas kerja, mulai pagi, siang bahkan sampai menjelang malam hari.”Misalkan ada orang tua yang pulangnya menjelang maghrib. Kita komunikasi di situ dan kita layani pembelajaran setelah ibadah salat maghrib,” ujarnya.

Kendala lainnya, Nofi menyampaikan, adalah sinyal internet. Terkadang pembelajaran daring yang dilakukan mengalami macet-macet karena faktor sinyal. Sehingga harus diulangi lagi supaya anak didik bisa memahami dengan jelas. “Belum lagi namanya anak ada yang belum siap, masih rewel itu tetap kita tunggu dan kita layani. Kita harus sabar.”

Diakuinya, anak didik yang mendaftar di tahun ajaran baru ini belum sesuai target. Promosi terbatas dan lebih banyak menggunakan media sosial. Siswa yang mendaftar hanya sekitar 20 persen dari kapasitas.

Sedangkan sebelum terjadi pembatasan karma Pandemi, langkah sekolahan dalam mencari anak didik melakukan promosi dengan cara mengadakan lomba di sekolahan. Kemudian membagikan brosur kemana saja sesuai dengan target. Termasuk bersosialisasi dengan warga sekitar mengenalkan sekolah dan datang ke Posyandu anak. “Kalau untuk usia TK agak lumayan. Kalau playgrup kan usia 2,5 tahun, biasanya dapat 10 anak, tahun ini kita dapat 5 anak,” jelasnya.

Gulung Tikar Bukan Pilihan

Penerapan belajar daring untuk anak-anak KB dan TK dinilai kurang efektif. Tapi semua harus beradaptasi agar dunia pendidikan tetap berjalan.

Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Kota Semarang Rr Evi Trisnowati selalu memberikan motivasi dan penguatan kepada guru agar tetap bertahan selama masa pandemi. Kemudian meningkatkan kompetensi di bidang teknologi informasi (IT), pedagogik dan profesional guru PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).

Secara detail ia merinci, upaya yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan IT bagi para guru dengan mengadakan pelatihan. Salah satunya meeting conference melalui zoom, google meet, jitsy meet dan sebagainya. Termasuk seminar psikologi guna mempersiapkan orang tua dan anak siap menghadapi program Belajar Dari Rumah (BDR). Ada pula pelatihan desain grafis agar guru bisa membuat desain menarik untuk ruang kelas tanpa harus keluar uang banyak, penguatan organisasi dan menyelenggarakan diklat berjenjang untuk guru pendamping muda (GPM) secara online.

“Kalau upaya memilih gulung tikar di masa pandemi tentu bukan pilihan, tapi bagi sebagian lembaga menganggap sudah tidak ada pilihan lain, makanya memilih hal itu,” jelasnya.

Pihaknya tetap mengingatkan agar pembelajaran daring dijalankan sebagaimana ketentuan dalam keputusan bersama antara Kemendikbud, Kemenag, Kemenkes dan Kemendagri. “Tentu kami minta kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan serta masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam menetapkan kebijakan pemerintah,”tandasnya.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang Gunawan Saptogiri menyebutkan pembelajaran KB/TK harus melalui bantuan pendampingan orangtua. Artinya guru memberikan tugas lewat orangtua. Misalnya orangtua sibuk, maka bisa lewat pembantu atau pihak lain yang mendampingi siswa.

“Semarang memang belum bisa tatap muka. Banyak juga sekolah baik KB/TK ingin ajukan pembelajaran tatap buka, tapi secara regulasi kondisi Kota Semarang belum memungkinkan dilakukan,” jelasnya.

Agar bisa melaksanakan pembelajaran tatap muka, maka Semarang harus masuk zona hijau. Kemudian ada izin dari ketua gugus tugas, sekolah harus sudah menyiapkan sarana dan prasarana protokol kesehatan secara ketat dan tentunya izin orangtua.

Dari pantauannya selama pandemi, KB/TK yang sampai gulung tikar belum ada. Hanya saja ia melihat sangat mungkin siswa berkurang. Ada orangtua yang masih waswas untuk menyekolahkan anaknya di KB/TK pada masa pandemi. Apalagi untuk masuk SD tidak ada persyaratan harus pernah sekolah di KB/TK atau PAUD.

Gunawan mengklaim, selama 3 bulan pelaksanaan daring, semangat dan kreativitas guru-guru sangat luar biasa. Ia mencontohkan di Kota Semarang sudah ada konten pembelajaran SD. Di tingkat SMP ada konten ruang Match SMP, channel khusus pelajaran matematika yang nantinya akan diikuti oleh semua mata pelajaran lainnya.”Jadi konsep pembelajaran daring kami rasa ndak ada masalah,” ujarnya. (fth/mha/jks/ton)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya