RADARSEMARANG.COM – Pandemi Covid-19 berdampak pada disetopnya proyek infrastruktur di sejumlah daerah. Salah satunya di Kota Semarang. Pemkot memangkas besar-besaran anggaran untuk proyek infrastruktur. Tak tanggung-tanggung, 85 persen anggaran di setiap dinas dipangkas dan dialihkan untuk penanganan korona.
Dampak pagebluk luar biasa. Sejumlah megaproyek yang sudah dipersiapkan Pemkot Semarang gagal total. Bahkan, tinggal dua proyek yang bakal dikerjakan tahun ini. Yakni, proyek pembangunan Alun-Alun Johar tahap III dan jembatan besi di Kelurahan Sampangan.
“Ya, dari puluhan proyek fisik yang dicanangkan, hanya menyisakan dua yang akan dikerjakan. Itupun yang proyek jembatan besi peluangnya masih 50-50. Artinya, melihat pergerakan anggaran beberapa bulan ke depan,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi kepada RADARSEMARANG.COM.
Proyek jembatan besi di Kelurahan Sampangan sebenarnya cukup urgen. Jembatan ini menghubungkan antara wilayah Semarang kota dengan pinggiran, yaitu Kecamatan Gunungpati. Namun melihat kebutuhan anggaran penanganan korona yang besar, bisa jadi proyek ini juga dibatalkan untuk tahun ini.“Praktis saya hitung pembangunan tersisa yang bisa direalisasikan hanya Alun-Alun Johar,” ujar Hendi-sapaan akrab wali kota.
Dikatakan, pembangunan jembatan besi Sampangan masih 50-50. Artinya, lanjut dia, proyek ini bisa dikerjakan dengan catatan pandemi korona di Kota Semarang reda sampai Juli 2020. “(Pekerjaan fisik) yang lain kita coret,” katanya.
Saat ini, lanjutnya, sisa anggaran masing-masing dinas hanya 10 persen. Anggaran itupun tentunya tidak cukup untuk melanjutkan pembangunan fisik yang sudah dicanangkan pada 2019 lalu. “Mudah-mudahan angka tersebut tetap bisa menjadi pemantik semangat warga Kota Semarang dan bangga terhadap kota kita meski sementara tidak ada pembangunan yang masif,” tandasnya.
Sejumlah pekerjaan fisik yang di atas kertas pasti sudah dicoret, yaitu pembangunan jembatan kaca di kawasan hutan wisata Tinjomoyo, flyover Madukoro, dan pelebaran Jalan Sriwijaya. Sebelumnya, pembangunan Jalan Sriwijaya tetap dilakukan. Namun seiring berjalannya waktu, anggarannya kemudian dialihkan pula untuk penanganan korona.
Tak hanya membatalkan puluhan proyek, Pemkot Semarang juga diprediksi bakal kehilangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga Rp 1,8 triliun. Hal tersebut bisa terjadi jika pandemi korona berlangsung sampai Desember 2020. Karenanya, saat ini Pemkot Semarang tengah melakukan efisiensi anggaran dan pemangkasan besar-besaran. Khususnya di anggaran per dinas.
Adapun pembangunan untuk tahap III Alun-Alun Johar sendiri pagu akan lebih diperkecil dari pengajuan sebelumnya. Hal tersebut ditegaskan Plt Dinas Tata Ruang (Distaru) Kota Semarang M Irwansyah. “Posisinya sekarang baru mau kita lelang dan berkas sudah kami persiapkan,” kata Irwansyah.
Jika di tahap II lalu, pembangunan meliputi pengaturan drainase, pengisian tanah Alun-Alun, dan pemasangan rumput, kali ini sifatnya hanya penyempurnaan. “Ini nanti penyempurnaan saja,” ujarnya.
Penyempurnaan tersebut salah satunya yaitu pemasangan lampu. Juga penambahan pernak-pernik untuk mempercantik eksotika Alun-Alun Johar. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan kenapa sampai sekarang Alun-Alun bersejarah itu belum dibuka untuk masyarakat umum. Selain adanya pandemi korona yang melarang orang berkumpul, juga karena belum disempurnakan.
Sayangnya, Irwansyah masih enggan menyebutkan berapa anggaran penyempurnaan Alun-Alun Johar di tahap III ini. Jika melihat di tahap II lalu, Pemkot Semarang sudah menggelontorkan Rp 30 miliar melalui APBD. Nantinya keberadaan Alun-Alun akan semakin melangkapi dan menunjang keberadaan bangunan cagar budaya di kawasan Pasar Johar.
Dikatakan Irwansyah, jika dilihat dari tata letak, posisi alun-alun sekarang memang sudah semestinya ada. Artinya, sebelum ada bangunan pasar tersebut, dulunya keberadaan Alun-Alun sudah ada terlebih dahulu. “Ini akan menghidupkan sejarah awal dari Kota Semarang lama. Ada Alun-Alun, Masjid Kauman, dan Pasar Johar heritage,” tuturnya.
Di Batang, Seluruh Proyek Dihentikan
Tak hanya Kota Semarang, hampir seluruh proyek fisik di Kabupaten Batang juga dibatalkan. Tidak ada dana untuk menjalankan proyek fisik yang ada. Anggaran yang sebelumnya disiapkan, tersedot untuk penanganan wabah korona.
“Tidak ada proyek yang berjalan, kami hentikan semua. Sementara lelangnya jalan, wewenangnya sudah ada. Tapi kami tidak berani menentukan karena dananya tidak ada,” kata Bupati Batang Wihaji kepada RADARSEMARANG.COM.
Wihaji menjelaskan, sementara ini, sampai waktu yang tidak ditentukan tidak ada pembangunan fisik di Kabupaten Batang. Seperti pembangunan gedung maupun perbaikan ruas jalan yang sebelumnya ditargetkan berjalan dari awal tahun. Namun ia menekankan, setelah masa sulit ini berakhir proyek-proyek fisik akan dikebut pengerjaannya.
Menurutnya, proyek tersebut ditargetkan bisa dikebut tahun ini. Seperti pembangunan GOR Indoor dan Pasar Bisnis sebagai wadah UMKM. Beberapa ruas jalan juga akan dikebut pengerjaannya, seperti Jalan Besuki Rahmat yang sempat ditanami pohon dan ranting-ranting oleh warga. Jalan tersebut sebelumnya rusak parah, sehingga diprotes oleh warga sekitar.
Sementara proyek-proyek besar ditiadakan pembangunannya. Khusus pengerjaan fisik kecil tetap diadakan. Seperti renovasi kantor yang memang diperlukan, karena kondisi rusak. Misalnya, perbaikan plafon dan lain-lain.
“Kecuali pengerjaan fisik kecil-kecil yang memang diperbolehkan. Seperti renovasi kantor kecil-kecilan. Untuk perbaikan jalan jembatan dan lain-lain semua dihentikan,” tegasnya. (ewb/yan/aro/bas)