24 C
Semarang
Thursday, 19 June 2025

Utamakan Mading Tiap Kelas

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM DUA tahun terakhir, mading SMPN 41 Semarang konsisten memproduksi berbagai macam karya sastra. Sebut saja karya sastra seperti puisi, artikel, cerpen, pantun dan words campaign masih terlihat di setiap sudut kelas. Salah satu sudut mading populer di SMPN 41 Semarang adalah di kelas 9A.

Nur Hidayah, selaku guru bahasa Indonesia kelas 9 menuturkan sekolahnya memang lebih mengutamakan mading di setiap kelas. Tujuannya agar siswa lebih produktif menghasilkan karya di satu tempat.

“Puluhan hasil tangan siswa ditampilkan dengan tema yang sudah ditentukan oleh pembina mading. Pesan kami hanya dua, karya yang dihasilkan tidak plagiat dan mewajibkan setiap siswa untuk menulis mading,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM, Jumat (7/2) kemarin.

Menurutnya, dalam memproduksi karya, siswa mendapatkan inspirasi yang berasal dari pengalaman pribadi mereka. Buku diary biasanya menyimpan beribu ide yang kemudian dituangkan dalam torehan tinta. “Selain menulis mengenai tema lingkungan sekolah, ide penulisan juga berasal dari pengalaman siswa sendiri. Itu lebih gampang dan tidak terpatok, asalkan tidak melebar ke sifat yang negatif, misalnya cerpen yang cocok untuk mereka dengan tema persahabatan,” imbuhnya.

Disinggung mengenai efektivitas mading, Nur Hidayah menyebutkan pihak sekolah selalu berupaya mempertahankan mading di era digital saat ini. Dengan membentuk esktrakulikuler jurnalistik, ia berharap siswa masih bersemangat untuk berekspresi di mading.

Jadi bentuknya seperti wawancara yang dilakukan siswa terhadap gurunya dengan tema yang sudah ditentukan. Selain tema, forum group discussion (FGD) dilakukan untuk menentukan pertanyaan yang akan disampaikan pada narasumber. “Saat ini, kanker menjadi tema pilihan kami. Siswa berobservasi di lapangan dengan beragam pendapat dari narasumber, kemudian nanti digabung menjadi satu dalam bentuk artikel atau karya ilmiah,” kata perempuan berkacamata tersebut.

Ekstrakulikuler tersebut dinilai efektif guna mengukur seberapa jauh pengetahuan dan improvisasi siswa dalam bertanya. Meskipun baru berusia satu bulan, ekstrakulikuler menarik banyak minat siswa. Nantinya, produk dan materi mading tidak hanya karya sastra semata, melainkan materi yang lebih berbobot dan berbeda.

Pihaknya tidak menampik mengenai referensi siswa untuk menghasilkan karya melalui internet. “Pertama, kami sarankan dahulu mencari sumber dan ide dari buku. Materi di internet hanya sebagai tambahan pendukung dan tambahan bahasa gaul di era milenial saat ini,” paparnya.

Salah satu siswa kelas 9A, Nauradifa mengaku aktif menulis puisi di kelas 9A. Baginya, mading sebagai wadah agar teman-teman gemar membaca dan mempunyai banyak wawasan. “Biasanya aku nulis puisi temanya tentang alam, karena dari SD sudah suka pelajaran bahasa Indonesia. Selain tema alam, menulis kata-kata inspirasi yang membuat bersemangat untuk menulis,” ungkap gadis pemalu ini.
Selain ekstrakulikuler jurnalistik dan kewajiban menulis mading, sekolah juga bekerjasama dengan RADARSEMARANG.COM untuk mengadakan penulisan populer. Langkah ini sebagai wujud konsistensi SMPN 41 Semarang untuk menjaga eksistensi mading di era digitalisasi saat ini.

“Pada saat acara berlangsung, kami memberikan apresiasi kepada siswa konsisten menulis di mading. Itu memberikan efek positif untuk siswa agar terus berkreasi. Kami kerap menyediakan banyak jenis kertas untuk digunakan siswa menulis. Ke depannya, kami membuat ruang atau sudut bacaan agar siswa gemar membaca,” jelasnya. (avi/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya