RADARSEMARANG.COM TIGA mading yang dimiliki SMPN 32 Semarang ini masih eksis hingga kini. Mading tersebut berisi ragam kreasi siswa. Mulai dari informasi tentang sekolah, poster penyuluhan, prestasi sekolah, karya puisi maupun pantun dan beragam acara yang diselenggarakan sekolah.
“Karena tidak menggunakan HP, otomatis pengumaman disampaikan melalui mading. Itulah fungsi mading yang masih terus diberdayakan,” kata Kepala SMPN 32 Bekal Wisnu Tomo kepada RADARSEMARANG.COM.
Salah satu pengurus OSIS SMPN 32 Semarang Abikara Ananda Hariyono mengaku senang mengisi mading. Siswa kelas 9 F ini mengajak pengurus OSIS lainnya, membagi jadwal menjadi empat kelompok secara bergilir.
“Satu kelompk berisi tujuh sampai delapan orang, bergiliran. Yang diisi ya macam-macam, tergantung kreativitas teman-teman. Ada juga yang berbentuk berita,” katanya.
Ia mengaku pihak sekolah sangat mendorong siswa untuk mengembangkan mading. Dengan menyediakan fasilitas yang mendukung seperti alat-alat untuk menempel mading dan pembelajaran yang diberikan dari pembina OSIS.
Hal itu selaras dengan tekad kepala sekolah, kegiatan mading terus dijalankan meskipun media sosial semakin marak. Mading merupakan pembelajaran yang tak boleh ditinggalkan. “Terpenting bagaimana anak bisa menyusun dan membuat mading serta melewati proses itu. Kami masih tertarik dengan kegiatan mading,” ujar Bekal.
Bekal sengaja menyerahkan pengelolaan mading kepada siswanya. Bagaimanapun bentuknya patut didukung. Yang terpenting baginya, menyediakan fasilitas untuk wadah siswa sebagai sarana pembelajaran di luar akademik.
Meski begitu, pihak sekolah juga harus melek dengan perkembangan teknologi. Hanya saja, belum bisa menggunakan alat elektronik utamanya handphone untuk proses pembelajaran.
“Karena siswa tidak diperbolehkan menggunakan HP, jadi mading sebagai sarana untuk mengolah wawasan anak-anak. Dari situ, siswa tidak asal comot sana dan sini, namun jeli mengetahui apa yang patut diambil pelajaran,” katanya. (ifa/ida)
