Wisatanya Bervariasi, Kota Semarang bikin Betah Ditinggali

Kota Semarang terus berbenah. Dulu kerap dianggap kota nanggung, kini semakin cantik. Berbagai destinasi wisata tersebar di berbagai penjuru kota. Hal tersebut yang menjadikan Semarang semakin ramai pengunjung.

Berwisata menjadi tujuan utama untuk melepas penat dan refresing. Yuyun Wahyuningsih yang hampir setiap minggu selalu menginjakkan kaki ke Semarang. Wisatawan asal Ungaran, Kabupaten Semarang ini mengaku menyukai Semarang lantaran banyak tempat wisata yang instagramable. Tak hanya itu, dirinya juga sering ke Semarang untuk nonton biskop.

“Seperti Lawang Sewu yang memiliki bangunan unik, kalau buat foto atau selfie itu keren. Apalagi kalau diposting di media sosial, kekinian banget,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM

Hal yang sama diungkapkan oleh Istiqomah yang berwisata ke Kota Lama dengan sang suami. Sejak menetap 4 tahun lalu, saat weekend selalu menyempatkan jalan-jalan ke berbagai sudut wisata di Kota Atlas ini. “Saya sudah kali keempat kesini (Kota Lama, Red), ga bosen. Dari tahun ke tahun selalu ada yang menarik,” ujar perempuan 22 tahun ini.

Perubahan Kota Lama yang cepat inilah yang membuat wisatawan terus berdatangan. Bangunan unik yang ditawarkan menambah jumlah wisatawan betah untuk menjajaki sudut Kota Lama. Apalagi banyak fasilitas yang disediakan seperti bus tingkat untuk mengantarkan wisatawan keliling Semarang.

“Saya baru kali ini naik bus tingkat. Di daerah saya tidak ada, makanya ke Semarang biar bisa seperti di Inggris, ada bus tingkat, keren,” tutur Khoriunnisa mahasiswa asal Pati ini.

Hal itu dibenarkan Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, Bambang Mintosih. Pascarevitalisasi, Kota Lama Semarang menjadi salah satu destinasi wisata andalan Kota Semarang. Ribuan bahkan ratusan ribu wisatawan dari luar kota sengaja datang untuk melihat keindahan little Nederland ini.

“Semarang kini menjelma sebagai kota wisata. Banyak wisatawan datang ke Semarang untuk menikmati Lawang Sewu, Sam Poo Kong, Kota Lama, atau objek wisata lainnya. Secara tidak langsung, berpengaruh terhadap lama menginap wisatawan di Semarang,” katanya.

Diakuinya, libur Lebaran dan Tahun Baru 2020 ini banyak yang menginap dalam jangka waktu yang lebih lama, ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Ini menunjukkan Kota Semarang berhasil menahbiskan dirinya sebagai kota wisata.

Kendati begitu, pria yang akrab disapa Benk ini mengingatkan bahwa Kota Lama harus terus melakukan inovasi ke depannya. Artinya, pemerintah tidak boleh cepat puas akan banyaknya wisatawan yang datang saat ini. Perlu ada keberlanjutan agar Kota Lama tidak jadi objek wisata yang membosankan. “Misalnya, harus ada atraksi wisata disana. Melibatkan seniman, musisi atau yang lainnya. Tujuannya, agar tidak terkesan monoton,” jelasnya.

Pria yang dikenal sebagai penggerak wisata di Semarang ini mengungkapkan, Semarang lebih unggul jika dibandingkan Solo. “Kalau dibandingkan Solo, kunjungan wisatawan ke Semarang lebih tinggi,” tuturnya.

Karena itulah, kata Benk, demi keberlanjutan pembangunan sektor wisata, Pemkot Semarang harus membuat destinasi wisata buatan yang baru, seperti kampung tematik yang sudah dibentuk, lebih dimaksimalkan.

“Juga kesadaran masyarakat untuk menjadi guide, seperti di Kampung Pelangi yang jelas-jelas ada wisatawan yang datang. Keramahan, hingga fasilitas penunjang seperti toilet harus ada. Selain itu, sediakanlah barang kerajinan, jangan sampai wisatawan datang malah tidak merasa nyaman,” ucapnya.

Disinggung tentang Wonderia dan TBRS yang mangkrak serta tidak maksimal, Benk mendukung jika pemerintah menggandeng investor untuk menggarap kedua tempat tersebut. Salah satunya adalah sanggar seni Ngesti Pandowo yang punya potensi besar untuk mendatangkan wisatawan.

“Contoh saja pertunjukan leak, kecak dan barong, atau pertunjukan Rama Shinta, itu bisa menjadi megnet wisata. Tapi jika kawasan TBRS dan Wonderia bisa dimaksimalkan,” tambahnya. (ifa/den/ida)