31 C
Semarang
Tuesday, 17 December 2024

Bawa Pulang dan Rawat Kucing Jalanan

Suka Duka Para Relawan Hewan Terlantar

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM – BANYAKNYA hewan liar yang terlantar membuat hati Mira Dhika Oktavia miris dan iba. Apalagi jika kondisinya memprihatinkan. “Aku dulu biasa saja, pas lihat kucing di jalanan. Tapi lama-kelamaan kasihan, mereka ga punya rumah, ga makan enak,” ujarnya.

Ketika makan di warung, ada beberapa kucing yang ada di sekitar ia panggil. Kemudian ia beri sate atau makanan lain. Namun sebelum itu, ia menghilangkan bumbu yang ada pada makanan tersebut agar kucing tak keracunan bumbu.

“Tapi mereka ga suka kalau ada bumbunya, jadi dihilangin dulu dengan cara diemut, baru dikasihkan ke kucing. Mungkin kesannya jorok, tapi daripada mereka keracunan bumbu. Mereka suka ngendus, kalau dia ga suka dia pergi, kalau suka ya dia makan,” katanya.

Banyaknya kasus yang dialami kucing seperti tertabrak kendaraan, di siram air, dipukul menjadikan Mira mengasuh beberapa kucing di rumahnya. Tak tanggung-tanggung, ketika kucing-kucingnya sakit, ia mengurus dan memberikan perawatan layaknya manusia. Ia juga memeriksakan kondisi kucing ke dokter hewan. Ia pun membiayai kucing dengan obat-obatan yang mahal.

Bagi perempuan yang tinggal di Jalan Taman Menoreh Utara Sampangan, Kecamatan Gajahmungkur ini berbuat baik kepada hewan, harus dilakukan. Karena mereka juga sesama makhluk hidup.

Sejak merawat kucing, Mira merasa rezekinya semakin lancar. Orang tuanya juga mendukung kesehariannya mengurus kucing yang berjumlah belasan. Bahkan, jika bertemu kucing di jalan, ia seketika membeli makanan khusus kucing untuk kucing terlantar tersebut.

“Orang tuaku mendukung, karena kasihan melihat kucing yang terlantar. Tapi lingkungan terkadang tidak ingin ada banyak kucing yang berkeliaran, jadi ada yang membuang,” jawabnya.

Banyak juga yang melarang memelihara kucing. Lantaran termakan mitos bahwa memelihara kucing tidak bisa hamil. Mira menepis hal itu. Baginya, hamil atau tidak, bukan karena kucing, melainkan karena manusianya sendiri yang mungkin kurang menjaga kesehatan atau memang mandul.

“Dikasih tahu, kalau penyebab tidak bisa hamil, karena rontoknya bulu kucing. Itu kan karena perawatan kucing yang buruk. Bukan salah kucing, kalau tidak bisa hamil. Itu sudah diatur sama Allah. Jadi ya percaya saja kalau kucing membawa rezeki bukan musibah,” ujarnya.

Sejak 2017, ia rajin keliling ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) untuk memberi makan kucing yang terlantar. Ia juga memberikan edukasi kepada masyarakat melalui media sosial. Hasilnya, banyak masyarakat baik Indonesia maupun luar negeri yang mulai ikut-ikutan memberi makan kucing jalanan.

Saking banyaknya kucing ketika melahirkan, kata Mira, ada beberapa orang yang tega memberikan pil KB agar kucing tidak bisa hamil. Padahal, dosis antara manusia dan hewan berbeda. Hal tersebut berakibat fatal pada kucing, misalnya terkena kanker.

“Pernah punya kucing yang terdapat benjolan yang lama kelamaan semakin besar, akhirnya saya periksakan ke dokter ternyata kanker. Awalnya hanya di payudara lama-lama menjalar,” katanya.

Pemberian aksesoris seperti karet gelang atau kalung yang berbahan logam kepada kucing juga dapat mengakibatkan kucing kesakitan. Pasalnya, jika pemberian aksesoris sejak kecil namun tak terawat akan menjadikan kucing tercekik.

“Karena kucing jalanan tidak ada yang merawat jadi terluka. Kalau dikalungkan di leher kucing sejak kecil, padahal ketika kucing semakin besar karet tersebut belum lepas. Akibatnya leher kucing terluka atau lecet,” ujar perempuan 23 tahun ini.

Lain cerita dengan Muhammad Mustofa yang memungut kucing di jalanan sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ia memiliki belasan kucing yang ia rawat di rumahnya. Awalnya, ia merasa prihatin kepada kucing-kucing yang memiliki kondisi buruk di jalanan. Setiap pulang sekolah, ketika ia melihat kucing, selalu ia bawa pulang.

Remaja usia 15 tahun ini rutin memungut kucing jalanan hingga kini. Meski keluarga tak mendukung, ia memiliki inisiatif lain untuk membuatkan kandang bagi kucing-kucingnya. Tofa -sapaan akrabnya- mengatakan kasihan kalau melihat kucing-kucing jalanan, apalagi yang kesakitan.

“Kubawa pulang, terus kurawat di rumah. Kumandikan, kuberi makan yang layak sampai kucingnya pulih,” ujar siswa SMPN 3 Tengaran, Kabupaten Semarang ini.

Saking banyaknya kucing yang ada di rumahnya, Tofa harus menyisihkan sebagian waktunya untuk merawat kucing. Menurutnya, merawat kucing adalah hal positif dan tidak ribet. Meski harus menyisihkan sebagian uang jajannya untuk membeli perlengkapan kucing, ia tak merasa keberatan.

“Kita harus memahami apa yang dibutuhkan kucing. Biasanya sentuhan-sentuhan lembut. Mereka suka kalau dimanja, jadi seperti memerlakukan adik ke kucing gitu,” tandasnya.

Meski banyak yang melarang memelihara kucing karena alasan dapat menyebabkan penyakit seperti asma, ia tetap melakukan hobinya. Ia mengatakan jika tidak ada yang peduli lantas bagaimana nasib kucing-kucing yang terlantar. (cr5/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya