RADARSEMARANG.COM, Menikah bukan hanya menyatukan dua pasangan. Melainkan dua keluarga. Masing-masing harus menerima kekurangan dan kelebihan dari keluarga pasangannya. Rumah tangga yang aman damai ialah gabungan antara tegapnya laki-laki dan halusnya perempuan.
Saling pengertian dan menghormati satu sama lain menjadi kunci pernikahan akan berjalan adem ayem.
Namun tidak berlaku bagi John Dori. Sebagai seorang pria, ia tidak tegas dalam mengambil keputusan. Akibatnya rumah tangganya kandas di tengah jalan.
Mereka menikah terburu-buru. Bukan tanpa alasan. Saat pacaran mereka sudah kelewat batas.
Bisa dibilang pasangan ini married by accident. Karena itulah mertua Lady tidak menyukainya.
“Kita berdua memang salah, tapi dulu kedua keluarga sudah sepakat menerima kekurangan satu sama lain,” kata Lady.
Ibu dari satu anak ini mengaku tak bisa akur dengan mertua. Sang mertua selalu mengungkit hal-hal sepele. Karena masih tinggal bersama, Lady juga sering ditindas.
Disuruh bekerja ke sana kemari tak diberikan waktu istirahat. Semua pekerjaan rumah dibebankan kepadanya.
Mulai dari bersih-bersih dan memasak. Belum lagi ia harus mengurus anak.
“Awalnya tak terima. Mungkin niatnya baik biar saya mandiri. Tapi lama-lama kelewatan,” akunya.
Mertuanya selalu membuat gara-gara. Menyebar rumor dan mengolok-olok menantunya pada tetangga. Anggapan masyarakat tentang Lady pun jadi tak baik.
“Katanya saya pembawa sial, kalau di rumah malas-malasan,” imbuhnya.
Lady juga bercerita kepada suaminya. Namun John Dori tak pernah mendukungnya. Justru bersifat acuh. Lama-lama Lady pun tak tahan. Serasa dijadikan pembantu di rumah suaminya. Hidupnya seperti di neraka.
Lelah bertahan, ia memilih untuk bubaran. Rumah tangga yang telah dibina selama empat tahun ini pun bubrah. Kini keduanya masih menjalani sidang perceraian di Pengadilan Agama.
“Mending jadi janda aja lah, daripada punya suami tapi dianggap jadi pembantu,” tandasnya. (kap/ton)
