RADARSEMARANG.COM, SEORANG istri seharusnya memiliki bakat multitalent. Tapi tidak bagi Lady Sandi. Sebagai seorang perempuan, ia benar-benar tak tahu urusan dapur.
Lahir dari keluarga berada, membuatnya hidup berkecukupan. Sekali pun ia tak pernah memasak di dapur. Mau makan saja diambilkan asisten rumah tangga. Karena itu, Lady tak pandai memasak, mencuci baju, menyertika, bahkan menyapu. Kerjaannya semasa masih lajang hanyalah belanja dan pergi ke salon.
Ketika menikah dengan suaminya, John Dori, kehidupannya berbanding terbalik. John adalah pria pekerja keras, tegas, dan serba perfect. Sementara Lady, wanita manja yang kini harus hidup sebagai seorang istri yang mengurus keperluan rumah.
Di awal pernikahan, mereka tampak akur. John menyewa asisten rumah tangga (ART). Keduanya juga jarang bertengkar. Namun setelah punya buah hati. Penghasilannya tidak cukup untuk menggaji asisten serta menafkahi istri dan anak.
ART pun dipecat. Lady yang bertugas mengerjakan urusan rumah. Mulai dari sini pernikahan mereka tidak lagi harmonis.
“Harusnya kan bagi tugas, dia ngurus anak, saya kerja. Tugas rumah barengan, tapi malah nggak mau,” kata John.
Istrinya selalu mencari alasan untuk bisa pergi ke luar dan berpaling dari tugasnya. Anak dititipkan ke mertua. Urusan rumah ditinggal begitu saja.
“Ditinggal kerja malah dia asyik manicure-pedicure di salon, anak dititipin ke neneknya,” ujarnya sembari menepuk jidat.
John sudah tidak tahan menghadapi Lady. Istrinya selalu bermalas-malasan. Kondisi rumah berantakan. Tidak pernah dibersihkan. Begitu pula dengan anak mereka. Tak pernah diurus, bahkan diberi pakaian compang-camping.
“Ibune ayu, anake bluthuk lak yo isin,” akunya.
Meski sudah diminta untuk berhenti dari kebiasaan lamanya, Lady tetap bandel. Karena itulah, John tak tahan. Pernikahan mereka pun berujung pada perpisahan. Sidang perceraian masih berjalan. Kini, John sedang berusaha untuk merebut hak asuh anak.
“Dikandani angel, wis mending pisah. Sing penting anak melu aku,” katanya. (kap/aro)