RADARSEMARANG.COM, Wanita yang menyandang gelar janda masih mendapat stigma negatif dari masyarakat. Termasuk yang dialami Lady Sandi. Ia kerap mendapat nyinyiran dari tetangga. Pernikahan pertamanya gagal, karena sang suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Sejak bercerai, tak ada satu pun lelaki yang mau dengannya. Padahal ia juga butuh hidup bahagia dengan kembali menikah. Hingga akhirnya ia bertemu John Dori. Lelaki yang mau menerima statusnya apa adanya.
Keduanya pun menikah. Namun belum genap tiga tahun membangun rumah tangga, pernikahannya kembali kandas di tengah jalan. Bukan lagi karena KDRT, melainkan terhalang restu sang mertua.
Sejak awal menikah, Lady tahu bahwa mertuanya tidak setuju pada pernikahannya dengan John. Masalahnya karena ia seorang janda.
Terlebih suaminya adalah anak tunggal. Besar harapan yang diinginkan ibu mertuanya. Salah satunya punya mantu tajir dan kaya raya.
Sedangkan Lady hanya seorang janda yang bekerja sebagai karyawati swasta. Gajinya juga tak seberapa. Berkat kegigihan John, pernikahan mereka dapat terlaksana. Namun tak bertahan lama.
“Awalnya sudah ragu karena status saya, tapi Mas John terus meyakinkan. Jadi ibunya setuju waktu itu,” kata Lady.
Ibu mertua Lady hanya baik di awal pernikahan. Ketika mereka masih tinggal bersama. Saat pisah rumah, sifat aslinya muncul. Mertuanya sering ikut campur masalah rumah tangga. Mulai dari masakan untuk dan masalah punya anak.
Belum lagi ibu mertuanya sering menyebar rumor negatif tentang Lady kepada tetangga. Akibatnya, ia selalu dikucilkan dan mendapat sindiran pedas ketika keluar rumah.
“Dia (ibu mertua) itu mikirnya saya ngrebut Mas John dari dia,” ujarnya.
John selalu disetir dalam segala urusan. Wataknya yang penurut membuatnya tidak tegas. Termasuk dalam mempertahankan rumah tangganya. Inilah yang membuat Lady menyerah.
Terus-terusan mengalah membuatnya lelah. Ia pun memutuskan untuk berpisah. Lagi-lagi pernikahannya berakhir di meja hijau pengadilan.
“Terus disudutkan, Mas John juga nggak tegas. Trimo ngalah wae,” katanya. (kap/aro)