RADARSEMARANG.COM, Setiap istri ingin hidup mandiri setelah menikah. Berpisah dengan orang tua, mertua, dan segala urusan keluarga yang dikira mengganggu. Inilah yang diinginkan Lady Sandi. Namun sebagai seorang istri, ia juga harus mengabdi kepada suaminya, John Dori.
Suaminya ini berbeda prinsip dengannya. Terlahir menjadi anak bungsu membuat John tak bisa lepas dari orang tuanya. Terpaksa Lady tinggal bersama mertua.
“Setelah menikah penginnya punya rumah sendiri. Kalaupun belum bisa ya ngontrak dulu, yang penting lepas dari keluarga,” kata Lady.
Menurutnya, hidup bersama dengan mertua akan menambah permasalahan dalam rumah tangga. Ketakutannya pun terjadi. Biduk rumah tangga yang baru berjalan dua tahun ini akhirnya retak. Hidup bersama mertua membuat gerak geriknya terbatas. Mertuanya selalu mengekang agar Lady mematuhi perintahnya.
Setiap melakukan suatu pekerjaan yang tak sesuai perintah. Mertuanya akan marah dan melaporkan perbuatannya kepada John. Bukan dianggap menantu, Lady diperlakukan layaknya pembantu. Izin keluar rumah pun tak diperbolehkan. Seabrek pekerjaan rumah tangga harus dikerjakannya. Segala keperluan suaminya pun disiapkan sang mertua. Tak sekalipun Lady boleh menyentuhnya.
“Masak iya dari masak, nyiapin baju untuk Mas John semuanya mertua. Saya ini kan istrinya,” ucapnya heran.
Lady juga merasa dikucilkan di keluarga suaminya. Tak satupun keluarga sang suami mau bertegur sapa dengannya. “Saya merasa diadu domba sama Mas John. Mertua selalu menjelek-jelekkan saya di depan keluarga,” katanya.
Akibat mertuanya selalu mengekang, Lady memilih hengkang dari rumah. Ia hanya bisa bertahan mengarungi bahtera pernikahannya selama dua tahun. Berkas perceraian diajukan di Pengadilan Agama Semarang. Mediasi sudah berlalu. Sidang pun sudah berlangsung. Kini, ia bisa bernafas lega dan tinggal menunggu akta perceraian.
“Buat apa bertahan, hidup terus dikekang serasa hidup di penjara. Pisah lebih enak, Mbak,” ujarnya. (kap/aro)