RADARSEMARANG.COM, Menikah dengan suami yang penyayang adalah dambaan semua istri. Termasuk Lady Sandi. Suaminya, John Dori dikenal sebagai orang yang humanis, tampan, selalu peka terhadap sesama, dan menyayangi keluarga.
Namun sifat John berubah ketika usahanya dihantam pandemi dan mengalami gulung tikar. Mentalnya terganggu. Sifatnya menjadi kasar dan suka main tangan. Masalah sepele pun dibesar-besarkan. Akibatnya, rumah tangga berantakan.
“Mas John sebenarnya baik. Tapi setelah usahanya bangkrut, dia jadi kayak orang stres,” jelas Lady.
Lady bercerita tingkah aneh suaminya dimulai ketika usaha bangkrut dan utang melanda keluarganya. John menjadi sosok yang pemurung, mudah marah, suka berbicara sendiri, dan menyalahkannya ketika berbuat salah. Kepada tetangga pun John bersikap sama.
Saat ada orang bertamu ke rumah selalu ia usir. Kendati demikian, perlakuan Lady tidak berubah. Ia tetap menjalankan tugasnya sebagai istri.
“Mau gimana lagi, Mbak. Saat suami susah, saya tetap harus mendampingi,” katanya.
Semakin lama ia tak betah. Kelakuan John semakin menjadi. Hanya karena tidak memasak, Lady menjadi sasaran pukulan. Wajahnya lebam dan kesakitan. Hidupnya kian nelangsa ketika rentenir menagih utang dengan kasar. Tak jarang rumahnya diobrak abrik. Sementara John yang melawan kian menambah amukan para rentenir.
“Lama-lama saya lelah hidup kayak gitu terus. Mas John anak tunggal, keluarga nggak ada yang mau membantu,” ujarnya.
Akibat kelakuannya yang suka mengganggu tetangga, John bolak-balik ke rumah sakit jiwa untuk memulihkan pikirannya. “Baru beberapa hari pulang dari rumah sakit, ehh diulang lagi tetangga ada yang dibikin bonyok sampai lapor polisi juga,” imbuhnya.
Setelah berpikir matang, Lady memutuskan untuk menggugat cerai suaminya. Berkas perceraian pun sudah sampai di Pengadilan Agama Semarang dan disetujui hakim.
“Siapa yang tahan punya suami punya keterbelakangan mental. Lebih baik pisah, bisa hidup bebas,” katanya. (kap/aro)
