RADARSEMARANG.COM, PERMASALAHAN ekonomi sering kali menjadi momok yang mengerikan dalam pernikahan. Hidup pas-pasan. Bahkan kekurangan. Itu kerap menjadi pemicu membuat rumah tangga ambyar. Apalagi jika salah satu dari pasangan tidak ada yang mau mengalah. Inilah yang dialami Lady Sandi. Suaminya John Dori, 34, terpaksa menceraikannya.
Niat Lady ingin membantu pemasukan ekonomi keluarga, namun berujung perceraian. Setelah mengarungi mahligai rumah tangga delapan tahun lamanya, suaminya menalaknya. Masalahnya berawal saat Lady memutuskan untuk berjualan online. John tentu menyetujuinya.
Ia berpikir pekerjaannya sebagai buruh pabrik dengan gaji UMR tak cukup untuk makan istri dan kedua anaknya. Belum juga untuk kebutuhan yang mendesak seperti biaya sekolah dan lainnya.
Tiga bulan pertama, Lady masih menjadi istri sebagaimana mestinya. Memasak, bersih-bersih rumah, mengurus anak dan suami. Namun saat pesanan ramai, Lady mulai lupa kewajibannya sebagai seorang istri. Ia sering pergi berkumpul dengan teman-temannya. Alasannya sharing produk. Tak hanya sekali, dua kali, hampir setiap hari ia pergi keluar. Kewajibannya pun dihiraukan.
“Sejak pesanan mulai ramai. Ia selalu sibuk bermain handphone dari pagi sampai malam. Memasak, mencuci, dan mengurus anak, sudah nggak pernah,” jelas John.
Hal ini membuat John marah. Beberapa kali Lady dipaksa untuk berhenti berjualan, tapi tak digubris. Pertengkaran pun terjadi setiap hari. Lady sudah terlanjur terbiasa menerima uang dari kerja kerasnya sendiri. Ia tak mau berhenti dan hanya meminta pada suami.
Rumah tangganya pun menjadi taruhannya. Pernikahan yang sudah dibina dengan susah payah berakhir di meja Pengadilan Agama (PA) Semarang. John menggugat cerai istrinya. Ia tak kuat dengan kelakuan Lady yang semakin menjadi-jadi.
“Orang lain dinomorsatukan. Tapi dia lupa sama anak dan suami. Mungkin lebih baik pisah saja biar tidak cek-cok terus,” pungkasnya. (cr4/ida)